Di setiap malam itu, Allah Taālā menurunkan ayat-ayat yang sudah diatur-Nya untuk diturunkan pada tahun tersebut.
Setelah itu barulah ayat-ayat tadi diturunkan kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam, secara berangsur, dalam kurun waktu satu tahun. Menurut Imam al-Rāzī, kedua pendapat ini dimungkinan benar.
3.‘Āmir bin Sharāḥīl al-Sha’bī berasumsi jika yang dimaksud al-Qadr [97]: 1 adalah permulaan diturunkannya al-Qur`an, yakni pada malam Lailatul Qadar.
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
Baru setelah itu, Al-Qur`an diturunkan secara gradual sesuai konteks yang ada.
Hal ini al-Sha’bī sampaikan setelah memahami pula kandungan dari al-Isrā’ [17]: 106.
Salah satu mufasir kenamaan bernama Ibnu ‘Asyūr terlihat menyetujui pendapat ketiga ini.
Semua pendapat di atas masing-masing memiliki tendensi, dan tentunya pendapat mayoritas ulama memiliki banyak riwayat yang keabsahannya tidak diragukan lagi.
Merujuk kepada pendapat mayoritas ulama, Ahmad al-Ṣāwī dalam tafsirnya menarasikan proses turunnya al-Qur`an secara lebih spesifik.
Menurutnya, Al-Qur`an turun dimulai dari malaikat Jibril yang memperolehnya dari lawḥ al-mahfūẓ, kemudian Jibril turun ke langit dunia dan mendiktekannya kepada para malaikat al-Safarah.
Mereka (al-Safarah) lantas menulisnya di atas lembaran-lembaran yang urutannya sama dengan mushaf di bumi.
Ilustrasi Al-Qur'an (pexels)
Kejadian ini bertempat di baitul ‘izzah, salah satu tempat di langit dunia.
Load more