Salah satu mufasir kenamaan bernama Ibnu ‘Asyūr terlihat menyetujui pendapat ketiga ini.
Semua pendapat di atas masing-masing memiliki tendensi dan tentunya pendapat mayoritas ulama memiliki banyak riwayat yang keabsahannya tidak diragukan lagi.
Merujuk kepada pendapat mayoritas ulama, Ahmad al-Ṣāwī dalam tafsirnya menarasikan proses turunnya al-Qur`an secara lebih spesifik.
Ilustrasi Seorang Membaca Al-Qur'an (istockphoto)
Menurutnya, Al-Qur`an turun dimulai dari malaikat Jibril yang memperolehnya dari lawḥ al-mahfūẓ, kemudian Jibril turun ke langit dunia dan mendiktekannya kepada para malaikat al-Safarah.
Mereka (al-Safarah) lantas menulisnya di atas lembaran-lembaran yang urutannya sama dengan mushaf di bumi.
Kejadian ini bertempat di baitul ‘izzah, salah satu tempat di langit dunia.
Setelah itu, barulah Al-Qur`an diturunkan secara berkala kepada Nabi Muhammad SAW, selama (kurang lebih) 23 tahun sesuai konteks yang ada.
Tahap akhir ini dilakukan Jibril dengan mengambil kembali ayat-ayat yang telah ditulis oleh al-Safarah, lalu ia sampaikan kepada Nabi.
Berbeda dengan al-Ṣāwī, al-Balkhī dalam tafsirnya terhadap al-Dukhān [44]: 1. Dalam tafsirnya ada narasi yang berseberangan dengan al-Ṣāwī.
Load more