Jakarta, tvOnenews.com - Malam ke-17 dikatakan sebagai Nuzulul Quran. Hal ini karena berdasarkan salah satu mazhab Syafii yang mengatakan bahwa al-Qur'an turun pada malam ke-17.
"Salah satu mazhab yang mengatakan malam ke 17 adalah Mazhab Syafi'i dalilnya yaitu yang kami turunkan pada hamba kami pada malam Furqon malam pembebas dan pembeda antara yang haq dan yang batil. Bertemunya dua pasukan kafir dan muslim tepat pada tanggal 17 Ramadan hari Jumat Perang Badar," ujar Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagaimana dikutip dari kanal YouTubenya pada Sabtu (8/4/2023).
Namun secara pasti kapan turunnya Al-Qur'an dikatakan oleh Ustaz Abdul Somad tidak dipastikannya oleh Allah.
"Allah tidak pastikan karena dikhawatirkan nanti yang ibadah akan pilih-pilih, akan sepi di tanggal yang bukan turunnya al-qur'an," tandas Ustaz Abdul Somad.
Berikut beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menceritakan proses turunnya kitab suci Islam tersebut, sebagaimana dilansir dari tulisan Aan Niamulloh, Santri Nahdlatul Ulama (NU).
إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (الدخان [44]: 3)
Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatul Qadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan. (al-Dukhān [44]: 3)
شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ (البقرة [2]: 185)
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an (al-Baqarah [2]: 185)
إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (القدر [97]: 1)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur`an) pada Lailatul Qadar (al-Qadr [97]: 1)
Ilustrasi Seorang Muslimah Membaca Al-Qur'an (pixabay)
Ayat-ayat di atas, antara satu dengan yang lainnya saling menjelaskan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh Al-Qur`an diturunkan sekaligus di bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
Hal ini dikarenakan redaksi ayat menggunakan lafal anzalna (diturunkan langsung semuanya). Lailatul Qadar (yang saat itu A-Qur`an diturunkan) sendiri dalam beberapa riwayat bertepatan dengan tanggal 24 Ramadhan.
Namun, menurut Ibnu ‘Asyūr, mayoritas riwayat menyebutkan tanggal 27 Ramadhan. Sementara menurut Muhammad al-Qurṭūbī, para ulama sepakat jika Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur`an.
Tapi ternyata tidak semua dari mereka sepakat. Sufyan bin ‘Uyaynah dan al-Husain bin al-Fadl mislanya, mereka menafsiri al-Baqarah [2]: 185 dengan,
“Bulan Ramadhan merupakan bulan, yang Al-Qur`an diturunkan untuk menegaskan keutamaan bulan tersebut.”
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
Tafsir lain datang dari Ibn al-Anbārī yang memaknainya bahwa,
“Bulan Ramadhan adalah bulan, yang Al-Qur`an diturunkan untuk memberitahu kewajiban puasa di dalamnya.”
Mungkin yang dimaksud al-Qurṭūbī adalah mayoritas ulama, bukan seluruh dari mereka. Sementara dalam menceritakan proses diturunkannya Al-Qur`an, para ulama juga berbeda pendapat.
Berdasarkan sumber dari kitab-kitab tafsir, secara garis besar perbedaan tersebut bisa dikategorikan menjadi tiga sudut pandang:
1. Mayoritas ulama mengatakan bahwa Al-Qur`an diturunkan secara keseluruhan pada malam Lailatul Qadar, pada bulan Ramadhan.
2. Muqātil bin Sulaiman al-Balkhī berpendapat jika Al-Qur`an diturunkan ke langit dunia setiap kali malam Lailatul Qadar selama 23 tahun.
Dikatakan bahwa di setiap malam itu, Allah Taālā menurunkan ayat-ayat yang sudah diatur-Nya untuk diturunkan pada tahun tersebut.
Ilustrasi. Al-Qur'an (istockphoto)
Setelah itu barulah ayat-ayat tadi diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur, dalam kurun waktu satu tahun. Menurut Imam al-Rāzī, kedua pendapat ini dimungkinan benar.
3. ‘Āmir bin Sharāḥīl al-Sha’bī berasumsi jika yang dimaksud al-Qadr [97]: 1 adalah permulaan diturunkannya Al-Qur`an, yakni pada malam Lailatul Qadar.
Baru setelah itu, Al-Qur`an diturunkan secara gradual sesuai konteks yang ada. Hal ini al-Sha’bī sampaikan setelah memahami pula kandungan dari al-Isrā’ [17]: 106.
Salah satu mufasir kenamaan bernama Ibnu ‘Asyūr terlihat menyetujui pendapat ketiga ini.
Semua pendapat di atas masing-masing memiliki tendensi dan tentunya pendapat mayoritas ulama memiliki banyak riwayat yang keabsahannya tidak diragukan lagi.
Merujuk kepada pendapat mayoritas ulama, Ahmad al-Ṣāwī dalam tafsirnya menarasikan proses turunnya al-Qur`an secara lebih spesifik.
Ilustrasi Seorang Membaca Al-Qur'an (istockphoto)
Menurutnya, Al-Qur`an turun dimulai dari malaikat Jibril yang memperolehnya dari lawḥ al-mahfūẓ, kemudian Jibril turun ke langit dunia dan mendiktekannya kepada para malaikat al-Safarah.
Mereka (al-Safarah) lantas menulisnya di atas lembaran-lembaran yang urutannya sama dengan mushaf di bumi.
Kejadian ini bertempat di baitul ‘izzah, salah satu tempat di langit dunia.
Setelah itu, barulah Al-Qur`an diturunkan secara berkala kepada Nabi Muhammad SAW, selama (kurang lebih) 23 tahun sesuai konteks yang ada.
Tahap akhir ini dilakukan Jibril dengan mengambil kembali ayat-ayat yang telah ditulis oleh al-Safarah, lalu ia sampaikan kepada Nabi.
Berbeda dengan al-Ṣāwī, al-Balkhī dalam tafsirnya terhadap al-Dukhān [44]: 1. Dalam tafsirnya ada narasi yang berseberangan dengan al-Ṣāwī.
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
Bagi al-Balkhī, saat Al-Qur`an diturunkan dari lawḥ al-mahfūẓ, para malaikat al-Safarah-lah yang memiliki peran pertama dalam menerimanya.
Pada momen ini Al-Qur`an diturunkan secara bersamaan. Kemudian para malaikat al-Safarah memberikannya kepada malaikat Jibril selama 20 bulan dan kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dalam jangka waktu (kurang lebih) 20 tahun.
Pendapat al-Balkhī ini sekaligus merupakan asumsi keduanya (selain yang sudah disebut), mengenai proses diturunkannya Al-Qur`an.
Perbedaan ulama dalam menentukan waktu turunnya Al-Qur`an dari baitul ‘izzah kepada Muhammad SAW antara 20, 23, atau bahkan 25 tahun dikarenakan perbedaan mereka dalam merekam hidup Nabi Muhammad SAW di Makkah usai diutus.
Adapun kehidupan Nabi Muhammad SAW di Madinah, semua ulama sepakat itu 10 tahun.
Wallahualam
Load more