Padang, tvOnenews.com - Sebagai provinsi yang mayoritas memeluk Agama Islam, sesuai falsafah hidupnya yakni Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Sumatera Barat tentunya memiliki banyak masjid sebagai rumah ibadah.
Mengikuti perkembangan zaman, masjid bertumbuh dengan berbagai arsitektur. Dari modern hingga mengadopsi rumah adat Minangkabau.
Seperti Masjid Raya Sumatera Barat di Jalan Khatib Sulaiman, dengan arsitektur tanpa kubah, namun menjadikan atap Rumah Bagonjong sebagai bentuk utama masjid.
Juga hal yang sama dengan Masjid Al Hakim di kawasan Pantai Padang, orang menyebutknya Taj Mahal nya Padang. Dan banyak lagi masjid-masjid bergaya Timur Tengah yang di kawinkan dengan model bangunan di Eropa maupun Tiongkok.
Namun, dari ratusan masjid bergaya modern, seolah ‘tak lapuak di hujan dan tak lakang dek paneh’ (tak lapuk kena hujan dan tidak lekang kena panas), Masjid Raya Ganting tetap berdiri kokoh dan menjadi simbol kuatnya pengaruh syiar Islam di Kota Bingkuang ini.
Meski berarsitektur klasik, masjid ini tetap dipenuhi umat muslim sehari-hari apalagi di bulan suci Ramadhan.
Masjid tertua di Kota Padang yang terletak di Jalan Ganting, Kelurahan Ganting Selatan, Padang Timur, Sumatera Barat ini, selalu dipenuhi masyarakat untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Mulai dari sekedar bercerita sembari menunggu masuknya waktu sholat, bertadarus, berdzikir, hingga sekedar tidur-tiduran menunggu bedug Magrib untuk berbuka puasa.
Masjid Raya Ganting jika dilihat dari jalan raya, memang disorot langsung cahaya matahari lantaran pohon pelindungnya berada jauh di pagar masjid. Namun suasana berbeda terasa ketika kita masuk ke dalamnya.
Sangat sejuk dan dari puluhan celah masjid termasuk pintu dan jendela, angin dengan leluasa keluar masuk. Membuat kita merasakan kenyamaman yang sempurna sembari beribadah.
Dengan bergaya Neo Klasik Eropa bercampur dengan arsitektur Tiongkok, Masjid Raya Ganting memang tergolong bermodel kuno.
Memiliki denah persegi panjang dan beratap tumpeng dengan jumlah 5 tingkat. Semua ciri-ciri bangunan kuno ada di Masjid Raya Ganting, sehingga tak salah jika masjid ini merupakan masjid tertua yang dimiliki kota padang sejak zaman penjajahan Belanda.
Dari Batang Arau Masjid Raya Ganting Bermula
Pada tahun yang tidak diletahui, surau tersebut dipindahkan ke Kampung Ganting di tepi sungai Batang Arau, yang diberi nama Surau Kampung Ganting.
Didirikan diatas tanah Haji Umar dari Suku Chaniago, seperti yang ditulis Zein, Abdul Baqir tahun 1999, dalam bukunya berjudul ‘Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia’.
Sedangkan masjid Raya Ganting yang berdiri sekarang merupakan pengganti Surau Kampung Ganting dan surau terdahulu dari Kapalo Koto.
Pendirian masjid sejalan dengan pembentukan nagari oleh delapan suku di Padang yang bernama Nagari Nan Salapan Suku, paparan Safwan Mardanas (1987) dalam buku Sejarah Kota Padang.
Masih dalam tulisan Safwan Mardanus, Menurut adat Minangkabau, sebuah nagari dapat berdiri salah satunya apabila memiliki masjid.
Namun, kapan persisnya masjid dibangun tidak diketahui pasti. Meski demikian, Masjid Raya Ganting jamak disebut sebagai masjid tertua di Padang.
Kementerian Agama RI melansir pada 14 Oktober 2011 dalam artikelnya menulis bahwa, bangunan awal Masjid Raya Ganting memiliki ruang utama berukuran 30×30 m, ditambah serambi selebar 4 m mengelilingi bangunan utama.
Pada awal abad ke-20, lantai bangunan mulai dicor dengan semen buatan Jerman dan dipasang tegel dari Belanda yang dipesan melalui NV Jacobson van den Berg.
Pada mihrab tempat imam memimpin salat dan menyampaikan khotbah, dibuat ukiran kayu mirip ukiran Tiongkok.
Di bagian tengah ruangan salat, dibangun sebuah muzawir berukuran 4×4 m berbentuk panggung dari kayu dan diberi ukiran Tiongkok. Muzawir berfungsi sebagai tempat penyambung suara imam sehingga makmum dapat mendengar aba-aba imam.
Saat salat Jumat, suara imam nyaris tak terdengar jamaah paling belakang. Setelah ada pengeras suara, muzawir tidak digunakan lagi sehingga pengurus masjid membongkar bangunan tersebut pada 1978.
Pada 1960, dilakukan pemasangan keramik pada 25 tiang ruang utama yang aslinya terbuat dari batu bata.
Pada 1967, dibangun menara pada bagian kiri dan kanan fasad masjid serta sebuah tempat wudu permanen dan tertutup. Pada 1995, dilakukan pemasangan keramik pada dinding ruang utama.
Al Mijum,Wakil Ketua Pengurus Masjid Raya Ganting, menyebutkan bahwa masjid tertua di Kota Padang ini didirkan pada tahun 1805 dan pembangunannya berjalan selama lima tahun hingga tahun 1810.
Karena Masjid Raya Ganting adalah masjid cagar budaya berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.54/PW.007/MKP/2010 Tahun 2010, sudah tentu keasliannya harus dijaga dan tidak berubah-ubah.
“Masjid ini pernah direnovasi besar-besaran akibat gempa tahun 2009 yang lalu. Namun bukan dirubah bentuk hanya saja dibangun kembali dengan bentuk yang sama namun dengan bahan yang berbeda, dan ukuran juga sama 30 kali 30 meter bujur sangkar,” urai Al Mijum.
Bangunan masjid ini memang bergaya Neo Klasik Eropa terlihat dari bentuknya yang persegi panjang dan simetris.
Selain itu, tiang utama masjid yang berjumlah 25 juga mencerminkan tentang 25 rasul yang diimani oleh umat Islam hingga saat ini.
Memperkuat arti tiang 25 tersebut, ukiran kaligrafi nama ke-25 Rasul terdapat pada setiap tiang berbentuk segi enam, berdiameter 40 cm dan tinggai 4,2 meter tersebut.
Sementara pintunya berjumlah 7 buah dengan bentuk yang berbeda antara ruang utama dengan pintu sisi bangunan. Ukuran pintu rata-rata 2,45 x 1,7 meter yang terbuat dari kayu dan kaca.
Wajar masjid ini sangat sejuk meski diterpa cahaya matahari langsung, lantaran banyaknya jumlah dan pintu yang terbuka serta dinding yang dilapisi keramik yang mampu menahan hawa panas dari luar.
JIka saat ini anda berada di Kota Padang, atau disaat libur Idul Fitri nanti, singgahlah ke Masjid Raya Ganting yang sangat estetis dan bernilai sejarah yang sangat tinggi ini untuk beribadah.
Karena masjid ini adalah masjid tertua di Kota Bingkuang dan kebanggaan ‘nak rang Padang’ (anak orang Padang). (yud/fhr)
Load more