Makassar, tvOnenews.com - Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, terbukti banyak UMKM mendapatkan rezeki berlimpah di momen bulan suci Ramadhan. Apalagi yang dijual adalah barang yang menjadi kebutuhan primer untuk beribadah, yakni sarung.
Sarung lontara, salah satu sarung hasil karya UMKM lokal di Makassar memanfaatkan momentum bulan suci Ramadhan untuk mengumpulkan pundi-pundi rezeki. Dibuat dengan memasukkan ciri khas Bugis Makassar yakni motif huruf lontara, sarung yang sehari-hari digunakan untuk beribadah bagi kaum adam ini, ternyata sangat diminati untuk dipakai beribadah.
Ya sarung lontara menjadi salah satu home industri yang merasakan manisnya berkah bulan suci Ramadhan. Melonjaknya permintaan akan sarung lontara membuat 'Wanua Panrita Kitta' produsen sarung lontara di Makassar ini, kewalahan dalam memenuhi permintaan konsumen.
“Kami sudah over permintaan, jadi kami sudah closed order di beberapa situs ecommerse,” ungkap Mimi Asmi, pemilik Sarung Lontara Wanua.
Foto : Proses Produksi Sarung Lontara
Sarung lontara dengan mengusung brand ‘Wanua Panrita Kitta’ ini diklaim sebagai sarung dengan motif lontara yang pertama di Indonesia.
“Karena melihat kebutuhan pasar, jadi ini yang pertama, bukan hanya di Makassar, Sulawesi Selatan tapi juga di Indonesia. Kalau sarung Toraja sudah banyak, tapi untuk motif Lontara Bugis Makassar masih belum ada awalnya,” papar Mimi Asmi.
Produksi sarung lontara ini dilakukan secara home industri, lokasinya pun di salah satu lorong di jalan Daeng Tata 1 blok 5 Makassar. Tempatnya sangat sederhana dan berukuran kecil, namun jangan ditanya soal penjualannya, bisa mencapai ribuan lembar selama bulan Ramadhan.
“Dalam satu hari produksi kami kurang lebih menghasilkan 100 lembar sarung dengan 4 tim produksi, namun alat atau mesin yang kami pakai sudah untuk industri,” jelas Mimi.
Awalnya Mimi Asmi, sang pencetus sarung lontara hanya menjual secara reseller, sarung Toraja. Namun lama kelamaan Mimi gelisah akan terbatasnya sarung motif bernuansa Bugis Makassar.
Ia ingin memproduksi sendiri sarung dengan motif Toraja dan Lontara, dengan niat agar huruf lontara juga lebih lestari.
“Kata-kata dalam motifnya berisi petuah-petuah Bugis Makassar, jadi secara tidak langsung bisa mengedukasi masyarakat bahwa ada kebajikan yang diajarkan dalam petuah Bugis Makassar,” ujar Mimi.
Namun, bisnis sudah pasti kerap menghadapi kendala-kendala. Seperti yang diungkapkan Mimi, bahwa salah satu tantangan dari usaha Sarung Lontara ini adalah plagiarisme yang tidak bisa dihindari.
“Kami UMKM berharap pemerintah memfasilitasi dan memberi kemudahan bagi kami untuk mengurus Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI ataupun Hak Cipta, karena sangat banyak yang sudah melakukan plagiarisme namun kami tidak bisa apa-apa,” harap wanita kelahiran kabupaten Sinjai ini.
Ternyata menambahkan unsur kearifan lokal dalam motif sarung, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Sulawesi Selatan baik yang ada di Makassar maupun di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Permintaanya pun datang dari seluruh pelosok Indonesia, seperti Papua, Kalimantan, Ternate dan Padang. (aku/ask)
Load more