Jakarta, tvOnenews.com - Setelah Ramadhan, seluruh umat muslim kini telah memasuki bulan yang bernama Syawal. Bulan ke-10 dalam kalender hijriah ini memiliki keistimewaan, salah satunya adalah puasa Syawal.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa salah satu keistimewaan bulan Syawal adalah ganjaran pahala yang nilainya setara dengan satu tahun bagi siapa yang berpuasa selama enam hari.
“Seakan-akan orang yang menyempurnakan puasa ramadhan lalu ditambah puasa 6 hari di bulan Syawal itu, seperti ia menyempurnakan puasa sepanjang tahun,” tambah Ustaz Adi Hidayat.
(envato element)
Ustaz Adi HIdayat menjelaskan bahwa puasa 6 hari setelah Ramadhan dapat dijelaskan secara tekstual dan kontekstual.
Pertama maksud hal tersebut secara tekstual adalah puasa ramadhan lalu ditambah 6 hari di syawal jika dihitung maka kebaikannya sama dengan setahun.
“Ada ulama yang melogikakan dengan menghitung, jika menjalankan puasa Ramadhan, setiap hari dapat 10 kebaikan, maka jika dikalikan dengan 29 atau 30 artinya setelah selesai bulan Ramadhan maka nilai kebaikannya 30 dikali 10, maka total 300,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Kemudian 300 ditambah dengan 6 hari puasa Syawal. 6 hari dikali 10 sama dengan 60 kebaikan, jika ditotal 300 ditambah 60 maka 360 kebaikan,” tambah Ustaz Adi Hidayat.
(Istimewa)
Sementara dalam hitungan kalender, setiap tahun ada sekitar 366 hari. Maka angka kebaikan di atas mendekati jumlah hari dalam setahun.
“Mendekati hitungan setahun,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Sementara jika dibahas berdasarkan kontekstual, kebaikan senilai setahun itu adalah jika kita dapat menjaga ritme ibadah kita hingga 11 bulan berikutnya.
“Orang-orang yang konsisten menunaikan ibadah Ramadhannya lalu ia menyempurnakan ibadah ramadhan itu dengan bersyukur kepada Allah dengan meningkatkan ibadahnya,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Syukur yang dimaksud adalah ketika kita mampu meningkatkan ibadah saat Ramadhan dan mampu istiqomah.
(pexels)
“Syukur ketika diberikan kemampuan untuk meningkat ibadah saat ramadhan adalah berupaya menjaga ritme ibadah itu sehingga tetap berjalan baik usai ramadhan, meski tak seoptimal ramadhan,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
“Misal sebelum ramadhan mengajinya hanya 3 lembar setelah ramadhan 1 halaman atau 1 lembar, tak apa yang penting konsisten,” tambah Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian ibadah itu semakin ditingkatkan dengan dimulai dari puasa Syawal selama enam hari.
“Lalu ditunjukkan juga dengan kita berkomitmen meningkatkan ibadah puasanya, diawali dengan puasa sunnah di bulan syawal,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan bahwa itulah yang terpenting dan sangat mahal nilainya.
(Pexels)
“Itu yang mahal. Jadi poinnya ketika kita mampu mensyukuri nikmat menunaikan ibadah di bulan ramadhan kemudian mampu mengaktualisasikan semua nikmat itu dengan meneruskan konsisten semua ibadah kita, itu yang diapresiasi tinggi oleh Allah, itu esensinya,” tandas Ustaz Adi Hidayat.
“Jadi bukan hanya dihitung, esensinya bagaimana kita bisa menjaga spirit Ramadhan kita sehingga berlangsung kontinu sehingga berlangsung hingga akhir ramadhan dan berlanjut di 11 bulan berikutnya, seakan-akan kita sedang puasa selama satu tahun,” tambah Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian jika melihat dari tekstual dan kontekstual, maka puasa 6 hari di bulan Syawal amatlah penting.
“Maka jika dipadukan secara tekstual pahala seakan-akan pahala didapatkan selama 1 tahun, secara kontekstual ia terjaga selama 1 tahun dengan spirit puasanya, meningkat ibadahnya menghindari dosa sampai bertemu di ramadhan berikutnya dan dia ada kebanggaan saat bertemu Rabbnya,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Hal ini karena kata Ustaz Adi Hidayat, ada dua kebahagiaan bagi setiap orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
“Ada dua kebahagiaan bagi siapa yang menunaikan puasa, yang pertama saat berbuka, saat puncaknya memasuki idul fitri. Kedua saat menghadap Rabbnya, bawa pahala puasanya karena berhasil menaklukkan nafsunya dan berhasil menjaga ritme puasanya dengan kondisi spiritual yang baik hingga wafatnya,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Puasa Syawal dapat dikerjakan mulai hari kedua setelah Idul Fitri sampai akhir bulan syawal.
(u-report)
“6 hari ini bisa dilakukan berturut-turut misal langsung hari ketiga setelah idul fitri. Tapi jika waktu terpisah karena ada kegiatan lain yang tak bisa ditinggalkan, misal halal bihalal, silaturahmi boleh dijeda, bahkan waktunya terbentang hingga akhir syawal,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
“Berurutan baik, tidak berurutan juga tidak masalah,” tandas Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa jika seseorang masih memiliki utang puasa Ramadhan, maka yang harus didahulukan adalah membayar atau qadha puasa ramadhannya.
“Memang benar qadha puasa ini masih bisa dikerjakan hingga bulan Syaban tahun depan, namun kita tak tahu kapan ajal datang, daripada berpulang dengan status berutang, maka lebih baik selesaikan qadha dulu baru kemudian mengerjakan puasa sunnah Syawal, dengan waktu yang tersisa dan dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah SWT,” ujar Ustadz Adi Hidayat.
(istimewa)
“Ingat sebuah kemuliaan dilihat oleh Allah SWT dari niat dan juga kepentingan hati Anda,” tambah Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat juga menjelaskan bahwa Allah SWT tidak asal dalam menghukum seorang muslim. Namun Allah SWT akan melihat dari niat dan perbuatan seseorang tersebut.
"Mari kita optimis memaksimalkan tujuan dan niat kita, optimis dalam berikhtiar, semoga Ramadhan yang telah ditunaikan bisa diikuti dengan kesempurnaan penunaian puasa selama 6 hari di bulan Syawal,” terang Ustaz Adi Hidayat.
(unsplash.com)
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa informasi penting tentang Syawal ini disampaikan oleh salah seorang sahabat bernama Ayub al Ansori.
Informasi tersebut dirangkum oleh Imam Muslim dalam sebuah kitab shahih dengan nomor hadits 1164.
Rasulullah bersabda,
Pertama, Rasulullah SAW memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada umat muslim agar mereka dapat menyempurnakan amalannya dengan berpuasa selama 6 hari di bulan syawal.
Nilai pahala seseorang yang mengerjakan puasa syawal selama 6 hari setara dengan satu tahun dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-An'am Ayat 160:
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Artinya: Barangsiapa berbuat kebaikan akan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan akan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan (dizalimi).
Wallahua'lam
(put)
Load more