tvOnenews.com - Suatu waktu ketika Kyai Hasyim nyantri di Bangkalan beliau diberi tugas untuk mengurusi kuda milik Kyai Kholil, hingga waktu untuk mengaji pun tak banyak.
Sampai pada suatu hari Kyai Kholil kedatangan tamu kyai dari Jawa. Setelah dijamu, tamu tersebut mengutarakan keperluannya.
“Kyai Kholil, saya ke sini pertama niat silaturahmi. Kedua, saya hendak menikahkan putri saya yang sudah dewasa. Kiranya patut kyai carikan jodoh, apalagi usia saya sudah ada di ujung pintu ajal,” kata sang tamu.
Kyai Hasyim datang terbirit-birit mendengar namanya dipanggil oleh Kyai Kholil.
Kyai Hasyim kemudian mengatakan kepada tamu bahwa inilah calon menantumu dan akan meneruskan perjuanganmu.
Sang tamu disebutkan sempat ragu dengan Kyai Hasyim yang sekilas nampak meragukan. Apakah ia memiliki cukup ilmu untuk meneruskan pesantrennya?
Sementara Kyai Hasyim sendiri mengaku terkejut dirinya akan dijodohkan dengan anak kyai yang mulia, berkarisma, dan memiliki banyak santri.
Seakan mengetahui perdebatan pikiran tamu dan santrinya, Kyai Kholil melanjutkan perkataannya.
“Sudah, kamu (tamu) sekarang pulang dan siapkan selamatannya di rumahmu. Tiga hari lagi akad nikah dilaksanakan. Dan kamu Hasyim kembali ke belakang!,” perintah Kyai Kholil.
Kyai Hasyim pun kembali ke tempatnya bertugas dengan hati risau, pikiran kacau, dan perasaan galau. Sembari bertanya di hati kecilnya.
“Bagaimana saya bisa menjalani semua ini? Kenapa guru tidak memberitahu saya sebelumnya atau paling tidak menawarkannya?,” gumamnya.
Di saat-saat pikiran gundah gulana itu, datang hidayah kepada Kyai Hasyim. Beliau teringat suatu hari gurunya itu pernah berpesan kala mengajar kitab.
“Barang siapa di antara kalian yang ingin tercapai hajatnya maka bacalah salawat nariyah sebanyak-banyaknya dan pada waktu ijabah sangat dianjurkan yaitu setelah separuh malam hingga menjelang subuh,” jelasnya.
Saat malam kira-kira jam 12 malam, Kyai Hasyim melaksanakan apa yang diperintahkan gurunya itu.
Dan ketika menjelang subuh beliau ketiduran dan hal ajaib terjadi. Dalam tidur singkatnya, Kyai Hasyim bermimpi bertemu Kyai Kholil.
Beliau bermimpi diajari hadis-hadis shahih selama 40 tahun oleh gurunya itu. Beliau kemudian terbangun dan terkejut.
Pada malam yang kedua, beliau kembali bermimpi bertemu Kyai Kholil dan diajarkan kitab-kitab fiqh selama 40 tahun lamanya.
Di malam ketiga beliau bermimpi lagi berjumpa dengan Kyai Kholil. Kali ini beliau diajarkan kitab-kitab tasawuf selama 40 tahun.
Setelah bangun, beliau terkejut, dan bertanya-tanya apa makna dari semua mimpi ini?
Keesokan harinya beliau berniat menanyakan mimpinya itu kepada gurunya. Namun tidak ada kesempatan, Kyai Kholil malah menyuruh bersiap-siap berangkat ke rumah calon mertua untuk melangsungkan akad nikah.
Lantas keduanya pun berangkat ke tempat tujuan dan prosesi akad nikah langsung dilaksanakan.
Selesai akad, Kyai Kholil segera bergegas pulang menuju Madura. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut beliau mulai di Bangkalan, perjalanan, hingga akad nikah selesai dilakukan.
Baru saat Kyai Kholil hendak pulang, beliau berbicara kepada Kyai Hasyim dan disaksikan oleh banyak santri dan tamu undangan.
“Hasyim jangan nyeleweng-nyeleweng, ya! Ibadah ikut dicontohkan nabi melalui ulamanya. Dan ikuti ulamanya agar selamat, Allah pasti bersamamu,” tuturnya.
Dan kepada mertua Kyai Hasyim dikatakan: “Jangan ragu kepada Hasyim, dia sudah ngaji 120 tahun lamanya,” ucap Kyai Kholil.
Baik Kyai Hasyim, mertua, dan para tamu undangan tak mengerti serta kebingungan menafsiri pernyataan Kyai Kholil.
Pasalnya bagaimana mungkin Kyai Hasyim sudah mengaji selama 120 tahun, sementara usianya belum genap 50 tahun.
Kyai Kholil pun pulang ke Bangkalan. Keesokan harinya Kyai Hasyim diuji oleh mertuanya, sembari ingin membuktikan seberapa alim santri yang dijagokan Kyai Kholil itu.
Kyai Hasyim juga gugup berada di masjid mertuanya itu. Apalagi di sana sudah disiapkan dua kitab tafsir dan hadis.
Nah, di sini keajaiban terjadi. Tanpa harus memegang apalagi membuka kitab-kitab tersebut, Kyai Hasyim langsung menjelaskan isinya dengan fasih.
Layaknya seorang syaikh yang sudah kenyang dengan segudang ilmu, tak ada satupun yang salah.
Mertua, ustaz, dan para santri senior yang mulanya meragukan kemampuan Kyai Hasyim seketika dibuat takjub.
Sejak hari itu dan seterusnya, Kyai Hasyim lah yang mengajar kitab-kitab tebal dari berbagai cabang ilmu agama Islam di sana.
Itulah satu dari sekian banyak karomah Kyai Kholil kepada Kyai Hasyim dan masih-masih banyak lagi kisah karomah Kyai Kholil kepada para santrinya.
Load more