Jakarta, tvOnenews.com - Grup band asal Ingris, Coldplay akan konser di Jakarta pada 15 November 2023 mendatang. Meski menuai perdebatan berbagai pihak, namun nyatanya, antusiasme masyarakat Indonesia akan konser Coldplay sangatlah tinggi.
Hal ini terbukti ware tiket atau penjualan tiket pre-sale konser Coldplay yang digelar pada Rabu (17/5/2023) ludes hanya dalam waktu kurang dari 30 menit.
Hal tersebut diketahui masyarakat melalui sebuah video viral di media sosial Twitter.
Dalam video tersebut, tampak sebuah momen pernikahan dimana pengantin prianya memberikan mahar kepada pengantin wanita berupa tiket konser Coldplay.
Dalam video viral tersebut, sang ayah dari mempelai wanita menjabat tangan pria tersebut saat prosesi ijab kabul dimana tiket Coldplay turut disebutkan sebagai mahar pernikahan.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan anak kandung saya, Anestasya Ayu Widyadhana, kepada engkau dengan mas kawin logam mulia, seperangkat alat shalat, dan tiket Coldplay dibayar tunai," ucap ayah dari mempelai wanita, seperti yang dikutip tvOnenews dari akun Twitter @IDWantsColdplay pada Rabu (24/5/2023)
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Anastasya Ayu Widyadana binti Ahmad dengan mas kawinnya yang tersebut tunai," sambung ucap pria yang memberikan mahar tiket Coldplay tersebut.
Unggahan video pernikahan dengan mahar tiket konser Coldplay itu pun sontak menuai komentar dari para Netizen.
"Ini klo pas war tiket kemarin gak dapat, apa nikahannya gak jadi? Wkwkkw," tulis salah satu Netizen.
"Ini pasti jalur orang dalam (dapat tiket Coldplay-nya)," tulis Netizen lainnya.
"Bener-bener si paling Coldplay klo ini @gareananda @haykalala," katanya.
"Niat kita beli tiket buat joget nyanyi jejingkrakan teriak2, dia beli tiket niatnya buat nikah pantesan kita gagal ga diridhoi," tulis Netizen lainnya.
Lantas sebenarnya, bagaimanakah hukum menjadikan tiket konser sebagai mahar pernikahan?
KH Haris Hakam menjelaskan bahwa menjadikan tiket konser sebagai mahar pernikahan pada dasarnya dibolehkan dalam Islam, asalkan halal.
“Pada dasarnya yang berhubungan dengan nominal untuk sebagai mahar, itu boleh. Asalkan halal,” ujar KH Haris Hakam saat dihubungi oleh tvOnenews pada Rabu (24/5/2023).
“Namun untuk urusan musik, konsernya berbeda pendapat lagi,” jelas KH Haris Hakam.
Jadi, KH Haris Hakam mengingatkan bahwa mahar boleh dalam bentuk apapun, namun haruslah halal.
“Halal, sah pernikahannya, maharnya harus halal, nominal halal, asal barangnya halal,” jelas KH Haris Hakam.
Mahar dalam konteks pernikahan adalah pemberian dari seorang pria kepada calon istri sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen dalam pernikahan.
Mahar biasanya berupa harta atau sesuatu materi yang bernilai dan telah disepakati antara kedua belah pihak atau sesuai dengan kebiasaan dan kemampuan masing-masing.
Mahar juga biasa disebut dengan shadaq atau maskawin, sebagaimana dikutip oleh tvOnenews dari NU Online pada Rabu (24/5/2023).
Penjelasan tentang mahar dapat dilihat dari pemaparan Mustafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha, al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhab al-Imam al-Syâfi’i (Surabaya: Al-Fithrah, 2000), juz IV, halaman 75.
الصداق هو المال الذي وجب على الزوج دفعه لزوجته بسبب عقد النكاح.
Artinya: “Maskawin ialah harta yang wajib diserahkan oleh suami kepada istri dengan sebab akad nikah.”
Dari penjelasan di atas, maka hukum mahar adalah wajib. Hal ini diperkuat dari keterangan lanjutan kitab al-Fiqh al-Manjhaji berikut ini:
الصداق واجب على الزوج بمجرد تمام عقد الزواج، سواء سمي في العقد بمقدار معين من المال: كألف ليرة سورية مثلاُ، أو لم يسمِّ، حتى لو اتفق على نفيه، أو عدم تسميته، فالاتفاق باطل، والمهر لازم.
Artinya: “Mas kawin hukumnya wajib bagi suami dengan sebab telah sempurnanya akad nikah, dengan kadar harta yang telah ditentukan, seperti 1000 lira Syiria, atau tidak disebutkan, bahkan jika kedua belah pihak sepakat untuk meniadakannya, atau tidak menyebutkannya, maka kesepakatan tersebut batal, dan maskawin tetap wajib”.
Sementara dalam Al-qur’an, dalil wajibnya mahar dijelaskan dalam Surah An-Nisa ayat 4.
وَآتُواْ النَّسَاء صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً
Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.”
Adapun tujuan utama dari kewajiban pemberian mahar ini adalah untuk menunjukkan kesungguhan (shidq) niat suami untuk menikahi istri dan menempatkannya pada derajat yang mulia.
Selain itu, pemberian mahar kepada sang wanita, juga berfungsi banyak. Berikut beberapa tujuan dari pemberian mahar:Menunjukkan Tanggung Jawab
Pemberian mahar merupakan tanda komitmen dan tanggung jawab seorang pria terhadap calon istrinya.
Dengan pemberian mahar, menunjukkan bahwa pria tersebut bersedia memberikan pengabdian dan kepastian dalam pernikahan.
Mahar juga dapat berfungsi sebagai jaminan keuangan untuk calon istri.
Suatu saat, jika sudah menikah lantas terdesak dengan kebutuhan ekonomi, mahar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Mahar juga dapat dianggap sebagai simbol penghormatan dan penghargaan terhadap calon istri.
Sementara untuk nilai atau jenis mahar dapat bervariasi, tergantung pada kesepakatan dan kebiasaan masing-masing budaya atau individu.
Mahar dapat berupa uang, emas, harta benda, atau pemberian lainnya, asalkan sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak.
Dengan mewajibkan mahar, maka Islam telah menunjukkan bahwa wanita merupakan makhluk yang patut dihargai dan punya hak untuk memiliki harta.
Perlu atau tidaknya disebutkannya mahar dalam akad nikah, bisa kita temukan jawabannya dalam Syekh Muhammad bin Qasim dalam Fathul Qarib (Surabaya: Kharisma, 2000), hal. 234:
[ويستحب تسمية المهر في] عقد [النكاح] … [فإن لم يُسَمَّ] في عقد النكاح مهرٌ [صح العقد]
Artinya: “Disunnahkan menyebutkan mahar dalam akad nikah… meskipun jika tidak disebutkan dalam akad, nikah tetap sah.”
Lebih lanjut dalam kitab Fathul Qarib dijelaskan bahwa tidak ada nilai minimal dan maksimal dalam pemberian mahar.
Mahar dapat berupa apapun yang sah untuk dijadikan sebagai alat tukar, baik berupa barang ataupun jasa.
Namun mahar disunnahkan tidak kurang dari 10 dirham dan tidak lebih dari 500 dirham (satu dirham setara dengan 2,975 gram perak).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah menyatakan bahwa sebentuk cincin terbuat dari besi pun bisa menjadi mahar.
Sementara dalam keterangan yang lain, Rasulullah pernah menyinggung bahwa sebaik-baik perempuan adalah yang paling murah maharnya.
Hal ini menunjukkan bahwa mahar bukanlah tujuan utama sebuah pernikahan dan ukuran nominal harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing pihak. (put)
Load more