Jakarta, tvOnenews.com - Aa Gym menjelaskan bahwa ada sesuatu yang harus disiapkan bagi seorang muslim yang belum mampu berhaji.
Hal ini karena haji mabrur adalah perjalanan suci yang mengalir dalam hati tanpa terikat oleh dunia.
“Latihan pertama jika ingin jadi haji mabrur, meski belum berangkat ke tanah suci, walaupun baru niat marilah kita melepas kecintaan kita pada dunia,” kata Aa Gym sebagaimana dikutip oleh tvOnenews dari Instagram resmi @aagym pada Selasa (13/6/2023).
Aa Gym kemudian menjelaskan bahwa melepaskan dunia maksudnya adalah tidak pernah memasukkan ke hati apa yang dimilikinya di dunia ini.
Ilustrasi. Jemaah Calon Haji yang Akan Menuju Tanah Suci (ant)
“Dunia hanya ada di tangan tidak di hati, sepatu hanya ada di kaki jangan di hati, kalau sepatu di hati sepatu bagus jadi tinggi hati,lihat yang lebih bagus iri hati, sepatu hilang sakit hati,” tandas Aa Gym.
Hal ini karena ketika menjalankan ibadah haji, hati kita haruslah suci dan tidak memikirkan duniawi.
“Ketika menuju tanah suci, hati yang tulus menyucikan diri, membebaskan diri dari ikatan duniawi,” kata Aa Gym.
Dengan kerendahan hati dan penyerahan penuh kepada Allah, seorang Muslim berhaji untuk menemukan keberkahan.
“Di tengah keramaian dan keindahan beribadah, hati yang mabrur menjalin ikatan erat dengan Allah,” kata Aa Gym.
Ilustrasi. Jemaah Calon Haji yang Akan Menuju Tanah Suci (ant)
“Haji yang mabrur adalah pribadi yang mengangkat kita menghindari kesia-siaan dunia, menuju cahaya kebenaran yang Allah berkahi,” tambah Aa Gym.
Haji merupakan rukun islam yang kelima dan diwajibkan dilakukan oleh umat Islam yang mampu secara fisik, mental dan finansial.
Ibadah haji hanya dapat dilakukan pada bulan haji, dimana puncaknya pada tanggal 8-13 Dzulhijjah.
Kewajiban hukum melaksanakan haji salah satunya tercantum dalam firman Allah SWT Surah Ali Imran ayat 97.
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya:
Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.
Firman Allah lainnya tentang kewajiban berhaji adalah Surah Al Hajj ayat 27.
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
Artinya:
Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.
Puncak dari ibadah haji adalah disebut Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah. Hari raya ini disebut juga dengan Lebaran Haji atau Idul Kurban. Hal ini karena Idul Adha identik dengan penyembelihan kurban.
Sebagaimana dilansir oleh tvOnenews.com melalui laman resmi Kementerian Agama (kemenag), penyebab dari penyebutan lebaran haji itu karena Hari Raya Idul Adha bertepatan dengan pelaksanaan haji seluruh umat Islam dari seluruh dunia.
Sehari sebelumnya, yakni pada 9 Dzulhijjah, jemaah menjalankan salah satu rukun haji yakni melaksanakan wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah.
Pada tanggal 9 Dzulhijjah itu, jemaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa dan berdzikir hingga matahari terbenam.
Selanjutnya, jemaah haji akan menuju Muzdalifah untuk bermalam di sana. Di saat bersamaan, bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnahkan untuk berpuasa Arafah.
Mengenai penyebutan Idul Kurban ini lantaran Hari Raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban.
Adapun hukum dari menyembelih hewan kurban adalah sunnah muakkadah bagi umat Islam yang sudah baligh, berakal, dan mampu.
Wallahua’lam
Load more