tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat menceritakan sejarah tentang KH Ahmad Dahlan yang ternyata keturunan Nabi. Pada tahun 1911 saat datang, kemudian diundanglah tokoh-tokoh ulama yang terhubung di Nusantara.
Dilansir Selasa (12/06/23) dari tayangan youtube channel Audio Dakwah dengan judul "SEJARAH DISEMBUNYIKAN⁉️ KH Ahmad Dahlan Ternyata Keturunan Nabi - Ustadz Adi Hidayat LC MA," yang diunggah pada 19 Desember 2018.Bahwa diantara yang datang itu adalah seorang bernama Muhammad Darwis. Ia telah menempuh pendidikan di Makkah dengan guru Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.
Muhammad Darwis adalah seorang ulama kelahiran tahun 1860, pulang ke Nusantara kemudian didapat julukan yang baru dengan nama yang sangat indah bernama Ahmad Dahlan.
"KH Ahmad Dahlan datang ke pertemuan itu, berdiskusi dan tidak banyak orang tahu bahwa dia adalah seorang keturunan Habaib," ujar Ustaz Adi Hidayat.
"KH Ahmad Dahlan itu Habib, tapi tidak pernah memperkenalkan diri ya. Ya Habib, keturunan Nabi kalo disambungkan nasabnya sampai ke Nabi itu," tutur Ustadz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat kemudian menjelaskan bahwa KH Ahmad Dahlan keturunan dari Bin KH Abu Bakar, Bin Kyai Ilyas, Bin Kyai Sulaiman, Bin Demang Jurung Kapindo, Bin Demang Juru Sapisan, Bin Kyai Grebek, Bin Maulana Ishaq.
Maulana Ishaq adalah adalah anak dari Jamaludin Al Akbar Al Husaidi, seorang tokoh besar dalam sejarah Islam Nusantara.
Ia memiliki dua anak, pertama adalah Maulana Ishaq dan Syarif Abdullah yang menetap di Mesir. Saat beliau berhaji kemudian bertemu dengan Syarifah Mudaim atau Rara Santang.
Rara Santang lahir pada tahun 1426 dan memiliki seorang kakak bernama Abdullah Iman atau Walang Sungsang yang lahir pada tahun 1423.
Adik bungsunya adalah Raja Sengara yang lahir pada tahun 1427. Ketiga orang ini adalah anak dari Prabu Siliwangi yang dikenal dengan Pamenah Rasa disingkat jadi Menah Rasa.
Prabu Siliwangi memimpin Kerajaan Banten yang membentang dari Banten sampe ke perbatasan Jawa.
Saat inspeksi ke daerah Karawang, ia menemukan seorang wanita yang sedang membaca Al-Quran. Wanita ini adalah murid dari Syekh Hasanuddin yang merupakan seorang alumni dari Makkah.
Ia dikenal dengan nama Ummul Quro dan dikenal di Indonesia dengan nama Syekh Quro. Ia kemudian ke Karawang mendirikan pondok pesantren bernama pesantren Syekh Quro.
Nyai Subang Larang adalah murid perempuan terbaik, Syekh Quro kemudian terpikat dan menikah dengan Nyai Subang Larang dan akhirnya Nyai masuk Islam. Mereka pun dikaruniai tiga orang anak.
Syarifa Mudaim dengan Abdullah Iman menunaikan ibadah haji, bertemu dengan Syarif Abullah dan menikah di Makkah. Saat kakaknya Abdullah Iman pulang dan menghadap kepada ayahnya, diberikan daerah dan berdakwah di Lemahwungkuk.
Di daerah Lemahwungkuk hidup tiga etnis, pertama adalah Nusantara, kedua etnis Arab, dan ketiga Etnis Cina. Perkumpulan daerah itu dalam bahasa lokal disebut Caruban, dan mereka juga suka membuat udang terasi atau rebon yang dikeringkan airnya.
Air dalam bahasa lokal disebut dengan cai, cai rebon, cai rebon, lama-lama menyatu dan menjadi Cirebon. Daerahnya disebut Cirebon, sedangkan Caruban bertahan daerah Lasem.
"Jadi dari Cirebon mau ke Lasem, anda teruskan jalur pantura, sampai masuk ke arah Semarang, lurus tembus ke Demak. Lalu nembus ke Kudus, Pati, Rembang, ada wilayah namanya Caruban. Pantai Caruban," tutur Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian Syarifah Mudaim menikah dengan Syarif Abdullah, memiliki seorang anak bernama Syarif Hidayatullah. Ia belajar di Mesir selama 20tahun, beliau pulang ke Nusantara dan diberikan wilayah di Gunung Jati. Dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati menikah dan memiliki tujuh orang anak. Anak pertama Muhammad, anak kedua seorang perempuan dan menikah dengan seorang Pangeran dari Pasai dikenal dengan Fatahillah atau Faletehan.
Ia diperintahkan oleh Sunan Gunung Jati untuk membebaskan Sunda Kelapa dari kungkungan Portugis yang pada saat itu datang ke Nusantara lewat Selat Malaka pada tahun 1511. Disitulah terjadi perjanjian Prodesias. Tahun 1494 dunia dibagi dua oleh Paus Alexander yang ke-6.
Barat diserahkan kepada Spanyol, dan Timur diserahkan pada Portugis yang datang lewat Selat Malaka dan menguasai bagian Sunda Kelapa. Maka Fatahillah bermohon kepada Allah untuk berjihad membela keutamaan negara pada saat itu.
Maka berangkat, dan ditaklukkanlah Portugis pada saat itu. Mereka tahu ini bukan sekadar ikhtiar, karena tidak mungkin tangan kosong melawan senjata yang canggih.
"Allah yang bantu. Maka mereka kemudian teringat dengan ayat Al-Quran. Pembukaan dari Allah bukan hanya berjuang. Maka disebutkanlah nama kota itu dengan nama pertama di surat ke 47 ayat 1," ujar Ustaz Adi Hidayat.
"Maka diganti nama Sunda Kelapa menjadi Fatham Mubina. Dalam bahasa lokal disebut Jayakarta, disingkat Jakarta. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 ramadhan, hari Jumat tahun 1933 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 22 Juni tahun 1527," terang Ustaz Adi Hidayat.
Sampai sekarang ulang tahun Jakarta diperingati pada tanggal 22 Juni. Hubungan dengan KH Ahmad Dahlan adalah karena Syarif Abdullah adalah saudaranya Maulana Ishaq.
Maulana Ishaq dari Jamaluddin Al Husaini keturunan dari Zaenal Al Qabir Bin Zaenal Abidin Bin Al Husein, adik dari Al Hasan. Keduanya merupakan anak dari Ali Bin Abi Thalib suami dari Fatimah az-Zahra Binti Muhammad, Rasulullah SAW Bin Abdullah Bin Abdul Muthalib Bin Hasyim Bin Abdul Manab.
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News.
(udn)
Load more