Para ulama sebenarnya memiliki perbedaan pendapat dalam menentukan 10 malam yang dimaksud Allah SWT dalam ayat tersebut.
Penafsiran para ulama ahli tafsir mengerucut pada tiga pendapat, yakni 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, 10 malam terakhir bulan Ramadhan, dan 10 hari pertama bulan Al Muharram.
Namun dari tiga pendapat itu, yang paling kuat adalah menyatakan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini dikarenakan dua hal sebagai berikut:
Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari Jabir radhiyallaahu ‘anhuma
Pertama, “Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 bulan Al Adha (bulan Dzulhijjah), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adha. (HR. Ahmad, An-Nasaa’i, hadits ini dinilai shahih oleh Al-Haakim dan penilaiannya disepakati oleh Adz-Dzahabi).
Kedua, konteks ayat dalam surat Al Fajr. Sebagian ulama yang menafsirkan “al fajr” dalam ayat tersebut memaknai fajar itu adalah yang ada pada hari raya Idul Adha. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan “malam kesepuluh adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Ilustrasi Al-Qur'an (istockphoto)
Load more