Jakarta, tvOnenews.com - Salah satu hadits sahih yang berkaitan dengan kiamat (as-sāʽah) menyebutkan bahwa salah satu tanda kiamat kubra (besar) adalah munculnya makhluk yang bernama dajjal. Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskan bentuk dajjal dan cara berlindung dari makhluk tersebut.
Bersama dengan para pengikutnya, nantinya Dajjal akan mengembara di bumi dan mengajak setiap manusia untuk menjadi pengikutnya.
Munculnya Dajjal dijelaskan dalam hadits riwayat muslim berikut ini.
مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ خَلْقٌ أَكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ
Artinya: "Tidak ada satupun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya lebih besar dari Dajjal." (HR Muslim).
Ilustrasi (freepik)
Ustaz Abdul Somad dalam ceramahnya pernah menjelaskan bahwa dajjal berbentuk manusia namun memiliki beberapa kelebihan.
“Dajjal itu manusia, bukan raksasa, yang telinga panjang, mata satu atau lainnya, itu mitos,” kata UAS, dikutip tvOnenews melalui kanal YouTube rindu rosul pada Jumat (23/6/2023).
Kemudian UAS menjelaskan lebih lanjut mengenai ciri-ciri dari dajjal tersebut.
“Cirinya bagaimana? ia tunjuk langit, maka turun hujan, ia tunjuk tanah tumbuh tanaman, ia tunjuk orang mati, hidup orang itu,”
Maka banyak yang mengira bahwa ia adalah Nabi Isa.
“Ia mirip Nabi Isa, makanya di pangkal namanya Al Masih Dajjal, karena dia mirip Al Masih, tapi dia dajjal, dia Al Masih palsu,” jelas UAS.
Maka untuk membunuh dajjal, akan turunlah Imam Mahdi, keturunan Nabi Muhammad SAW.
“Imam mahdi adalah orang saleh keturunan nabi yang diutus di akhir zaman, Ia yang akan membunuh dajjal,” kata UAS.
Ilustrasi Kiamat (istockphoto)
Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk membaca Surah Al Kahfi, agar terlindung dari fitnah Dajjal.
Seperti yang kita ketahui, Surah Al Kahfi memiliki keutamaan, terutama untuk 10 ayat pertama dan 10 ayat terakhirnya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan An Nawas bin Sam’an.
Ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ
“Barangsiapa di antara kalian mendapati zamannya Dajjal, bacalah awal-awal surah Al Kahfi” (HR. Muslim no. 2937).
Sementara Imam Nawawi rahimahullah berkata, “(Kenapa yang dianjurkan untuk dibaca adalah surat Al Kahfi?) Karena di awal surat tersebut terdapat ayat-ayat yang menakjubkan.
Siapa yang mau merenungkannya, niscaya ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal. Sebagaimana pula dalam akhir-akhir ayat surat tersebut, Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil (hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?)” (QS. Al Kahfi: 102)” (Syarh Shahih Muslim, 6: 93).
Di antara waktu yang baik untuk membaca surat Al Kahfi adalah di hari Jumat. Hal ini disebutkan dalam hadits dari Abu Sa’id Al Khudri berikut ini,
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah” (HR. Ad Darimi 2: 546. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471).
Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubro 3: 249. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470).
Lebih khusus, barangsiapa yang membaca sepuluh ayat terakhir surat Al Kahfi di Hari Jumat, maka akan terlindung dari fitnah Dajjal.
Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ آخِرِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ ». قَالَ حَجَّاجٌ « مَنْ قَرَأَ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ سُورَةِ الكَهْفِ
“Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi, maka ia akan terlindungi dari fitnah Dajjal.”
Hajjaj berkata, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al Kahfi” (HR. Ahmad 6: 446. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa sanad hadits ini shahih, perawinya tsiqoh termasuk dalam periwayat shahihain –Bukhari dan Muslim- selain Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mari yang termasuk perawi Muslim).
Ilustrasi Al-Qur'an (freepik)
ۨالَّذِيْنَ كَانَتْ اَعْيُنُهُمْ فِيْ غِطَاۤءٍ عَنْ ذِكْرِيْ وَكَانُوْا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ سَمْعًا ࣖ
Allażīna kānat a‘yunuhum fī giṭā'in ‘an żikrī wa kānū lā yastaṭī‘ūna sam‘ā(n).
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mata (hati)-nya dalam keadaan tertutup dari ingat kepada-Ku dan mereka tidak sanggup mendengar.
اَفَحَسِبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ يَّتَّخِذُوْا عِبَادِيْ مِنْ دُوْنِيْٓ اَوْلِيَاۤءَ ۗاِنَّآ اَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ نُزُلًا
Afaḥasibal-lażīna kafarū ay yattakhiżū ‘ibādī min dūnī auliyā'(a), innā a‘tadnā jahannama lil-kāfirīna nuzulā(n).
Artinya: Maka, apakah orang-orang yang kufur mengira bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan (neraka) Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ
Qul hal nunabbi'ukum bil-akhsarīna a‘mālā(n).
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?”
اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
Al-lażīna ḍalla sa‘yuhum fil-ḥayātid-dun-yā wa hum yaḥsabūna annahum yuḥsinūna ṣun‘ā(n).
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا
Ulā'ikal-lażīna kafarū bi'āyāti rabbihim wa liqā'ihī fa ḥabiṭat a‘māluhum falā nuqīma lahum yaumal-qiyāmati waznā(n).
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhannya dan (kufur pula terhadap) pertemuan dengan-Nya. Maka, amal mereka sia-sia dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.
ذٰلِكَ جَزَاۤؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوْا وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَرُسُلِيْ هُزُوًا
Żālika jazā'uhum jahannamu bimā kafarū wattakhażū āyātī wa rusulī huzuwā(n).
Artinya: Itulah balasan mereka (berupa neraka) Jahanam karena mereka telah kufur serta menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olokan.
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ
Innal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti kānat lahum jannātul-firdausi nuzulā(n).
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai tempat tinggal.
خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا
Khālidīna fīhā lā yabgūna ‘anhā ḥiwalā(n).
Artinya: Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.
قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا
Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimāṭu rabbī wa lau ji'nā bimiṡlihī madadā(n).
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Tuhanku selesai (ditulis) meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
Ayat 110
قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ
Qul innamā ana basyarum miṡlukum yūḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid(un), faman kāna yarjū liqā'a rabbihī falya‘mal ‘amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi‘ibādati rabbihī aḥadā(n).
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapapun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.
Wallahua’lam
Load more