“Karena menjaga ketentraman umat agar tidak terjadi perpecahan dan tidak terjadi pertumpahan darah saat itu,” jelas Buya Yahya.
Namun sebagian lagi lebih memilih untuk tidak ikut membaiat Yazid.
Hingga pada suatu ketika datang perintah dari Yazid yang saat itu berada di Syam.
Perintah Yazid itu disampaikan ke gubernur- gubernur yang ada di daerah-daerah, termasuk yang ada di kufah dan Madinah.
Perintah itu berisi bahwa semuanya harus segera membaiat Yazid.
Perintah itupun akhirnya sampai ke Sayyidina Husein, para ahlul bait dan pecinta Sayyidina Husein.
“Sehingga saat didatangi oleh pasukan, oleh petugas dari Walid Bin utbah Sayyidina Imam Husein meminta tempo tolong berikan waktu aku untuk berpikir,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein akhirnya merenung mengenai tindakan apa yang akan diambil.
“Kesempatan itu digunakan oleh Imam Husein bersama orang-orang yang mencintai beliau dari putra sahabat-sahabat Rasulullah dan ahlul bait untuk meninggalkan Madinah menuju Makkah,” jelas Buya Yahya.
Saat itu bulan Sya'ban tahun 60 Hijriah.
“Imam Husein bersama sahabat-sahabat atau pecinta pencinta beliau dari putra-putra sahabat Rasulullah pergilah ke Madinah ke Makkah," kata Buya Yahya.
Hingga pada bulan Dzulqa’dah, datanglah surat dari Kufah.
“Masyarakat kufah mendengar kalau Imam Husein berada di Makkah sehingga dari masyarakat Kufah itu pada mengirim surat kepada Imam Husein,” ujar Buya Yahya.
Pemakaman Baqi, Tempat Dimana Ahlul Bait Dimakamkan (ANTARA)
Isi surat itu kata Buya Yahya adalah sebagai berikut.
Bismillahirohmanirohim.
Kepada Imam Husein pemimpin kami kami warga kufah menanti kedatanganmu, kami butuh pemimpin adil sepertimu. Cepat dan cepatlah datang.
“Tandatangan diterima oleh Imam Husein terkumpul dari ratusan hingga ribuan,” kata Buya Yahya.
Namun Sayyidina Husein tidak peduli dengan tanda tangan. Karena beliau tidak ingin menginginkan kekuasaan.
“Tetapi semakin hari terkumpul semakin banyak tanda tangan itu.
Tercatat sampai 4.000 tanda tangan dalam riwayat sampai 16.000 tanda tangan, dikirim yang isinya akan membaiat Imam Husain,” kata Buya Yahya.
Kemudian Sayyidina Husein berpikir bagaimana jika benar sungguh kasihan.
Namun jika tidak Sayyidina Husein berpikir dapat kembali dengan selamat.
“Akhirnya Imam Husein mengambil keputusan untuk mengutus satu orang yang saat itu diutus adalah anak paman beliau yang bernama Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein memerintahkan Muslim bin Aqil untuk pergi ke kufah dan melihat seperti apa yang terjadi di kufah dan mencari kebenaran.
“Yang sebetulnya Sayyidina Muslim bin Aqil saat itu sudah ragu-ragu,” kata Buya Yahya.
Muslim bin Aqil mengingatkan kepada Sayyidina Husein mengenai kejadian yang menimpa ayah dan kakaknya akibat perbuatan orang Kufah.
Namun Sayyidina Husein mengatakan jika benar yang dikatakan oleh Kufah maka ia malu dengan Rasulullah.
“Tandatangan ini jika benar alangkah kasihannya mereka, beban aku di hadapan kakekku Rasulullah,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Hasan juga mengatakan jika harus dibunuh tak ingin di Mekkah.
“Sungguh aku tidak mau kalau ternyata aku harus mati di Mekkah, aku tidak ingin darahku tertumpah di Makkah,” kata Buya Yahya saat menjelaskan perkataan Sayyidina Hasan.
Oleh karenanya, sepupunya tersebut yakni Muslim bin Aqil menerima tugas tersebut dan pergilah ke Kufah.
Di tengah perjalanan, penunjuk jalan Muslim bin Aqil meninggal. Ia pun memberi kabar kepada Sayyidina Hasan dan berharap akan dibatalkan tugasnya.
“Akan tetapi Imam Husein tetap mengatakan lanjutkan wahai Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Setelah tersesat, akhirnya sampailah Muslim bin Aqil di kufah.
“Biarpun Muslim bin Aqil datang dalam sembunyi-sembunyi akan tetapi di sana mendapatkan sambutan yang luar biasa,” ujar Buya Yahya.
Muslim bin Aqil tinggal di rumah seorang warga Kufah dan datanglah orang satu per satu dan memberikan lembaran surat kepada Sayyidina Husein.
“Tercatat lebih dari 20.000 bahkan tertulis sampai 60.000 orang ingin membaiat Imam Husein,” kata Buya Yahya.
Akhirnya, Muslim bin Aqil membuat surat dan dikirimkan kepada Sayyidina Imam Husein.
Adapun isi surat tersebut:
Wahai Imam, ketahuilah sungguh masyarakat Kufah benar-benar telah menantimu. Segeralah datang
Load more