Kemudian Sayyidina Husein berpikir bagaimana jika benar sungguh kasihan.
Namun jika tidak Sayyidina Husein berpikir dapat kembali dengan selamat.
Ilustrasi Padang Gurun (freepik)
“Akhirnya Imam Husein mengambil keputusan untuk mengutus satu orang yang saat itu diutus adalah anak paman beliau yang bernama Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein memerintahkan Muslim bin Aqil untuk pergi ke kufah dan melihat seperti apa yang terjadi di kufah dan mencari kebenaran.
“Yang sebetulnya Sayyidina Muslim bin Aqil saat itu sudah ragu-ragu,” kata Buya Yahya.
Muslim bin Aqil mengingatkan kepada Sayyidina Husein mengenai kejadian yang menimpa ayah dan kakaknya akibat perbuatan orang Kufah.
Namun Sayyidina Husein mengatakan jika benar yang dikatakan oleh Kufah maka ia malu dengan Rasulullah.
“Tandatangan ini jika benar alangkah kasihannya mereka, beban aku di hadapan kakekku Rasulullah,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein juga mengatakan jika harus dibunuh tak ingin di Mekkah.
“Sungguh aku tidak mau kalau ternyata aku harus mati di Mekkah, aku tidak ingin darahku tertumpah di Makkah,” kata Buya Yahya saat menjelaskan perkataan Sayyidina Husein
Oleh karenanya, sepupunya tersebut yakni Muslim bin Aqil menerima tugas tersebut dan pergilah ke Kufah.
Ilustrasi Rombongan Muslim sedang di Tengah Gurun (freepik)
Di tengah perjalanan, penunjuk jalan Muslim bin Aqil meninggal. Ia pun memberi kabar kepada Sayyidina Hasan dan berharap akan dibatalkan tugasnya.
“Akan tetapi Imam Husein tetap mengatakan lanjutkan wahai Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Setelah tersesat, akhirnya sampailah Muslim bin Aqil di kufah.
“Biarpun Muslim bin Aqil datang dalam sembunyi-sembunyi akan tetapi di sana mendapatkan sambutan yang luar biasa,” ujar Buya Yahya.
Muslim bin Aqil tinggal di rumah seorang warga Kufah dan datanglah orang satu per satu dan memberikan lembaran surat kepada Sayyidina Husein.
Load more