Jakarta, tvOnenews.com - Peristiwa Karbala adalah saat dimana Sayyidina Husein atau Imam Husein, cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW dibunuh dengan cara dipenggal pada 10 Muharram.
Muslim bin Aqil adalah ahlul bait yang ditugaskan oleh Sayyidina Husein atau Imam Husein untuk menemui masyarakat Kufah usai beliau menerima ratusan surat.
Muslim bin Aqil adalah ahlul bait pertama yang tewas dalam tragedi Karbala.
Ujar Buya Yahya, setelah Muawiyah menyerahkan kekuasaan kepada Yazid, Sayyidina Husein memilih untuk meninggalkan Madinah menuju Mekkah.
“Imam Husein bersama orang-orang yang mencintai beliau dari putra sahabat-sahabat Rasulullah dan ahlul bait untuk meninggalkan Madinah menuju Makkah,” jelasnya, sebagaimana dikutip oleh tvOnenews pada Kamis (26/7/2023) dari ceramah Buya Yahya tentang Tragedi Karbala di Kanal YouTube Al-Bahjah TV.
Saat itu bulan Sya'ban tahun 60 Hijriah.
“Imam Husein bersama sahabat-sahabat atau pecinta pecinta beliau dari putra-putra sahabat Rasulullah pergilah ke Madinah ke Makkah,” ujar Buya Yahya.
Suasana Mekkah Saat Ini (tim tvOnenews/Budi)
Hingga pada bulan Dzulqa’dah, datanglah surat dari Kufah.
“Masyarakat kufah mendengar kalau Imam Husein berada di Makkah sehingga dari masyarakat Kufah itu pada mengirim surat kepada Imam Husein,” ujar Buya Yahya.
Isi surat itu kata Buya Yahya adalah sebagai berikut.
Bismillahirohmanirohim.
Kepada Imam Husein pemimpin kami kami warga kufah menanti kedatanganmu, kami butuh pemimpin adil sepertimu. Cepat dan cepatlah datang.
“Tandatangan diterima oleh Imam Husein terkumpul dari ratusan hingga ribuan,” kata Buya Yahya.
Namun Sayyidina Husein tidak peduli dengan tanda tangan. Karena beliau tidak ingin menginginkan kekuasaan.
“Tetapi semakin hari terkumpul semakin banyak tanda tangan itu.Tercatat sampai 4.000 tanda tangan dalam riwayat sampai 16.000 tanda tangan, dikirim yang isinya akan membaiat Imam Husain,” kata Buya Yahya.
Kemudian Sayyidina Husein berpikir bagaimana jika benar sungguh kasihan.
Namun jika tidak Sayyidina Husein berpikir dapat kembali dengan selamat.
Ilustrasi Padang Gurun (freepik)
“Akhirnya Imam Husein mengambil keputusan untuk mengutus satu orang yang saat itu diutus adalah anak paman beliau yang bernama Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein memerintahkan Muslim bin Aqil untuk pergi ke kufah dan melihat seperti apa yang terjadi di kufah dan mencari kebenaran.
“Yang sebetulnya Sayyidina Muslim bin Aqil saat itu sudah ragu-ragu,” kata Buya Yahya.
Muslim bin Aqil mengingatkan kepada Sayyidina Husein mengenai kejadian yang menimpa ayah dan kakaknya akibat perbuatan orang Kufah.
Namun Sayyidina Husein mengatakan jika benar yang dikatakan oleh Kufah maka ia malu dengan Rasulullah.
“Tandatangan ini jika benar alangkah kasihannya mereka, beban aku di hadapan kakekku Rasulullah,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein juga mengatakan jika harus dibunuh tak ingin di Mekkah.
“Sungguh aku tidak mau kalau ternyata aku harus mati di Mekkah, aku tidak ingin darahku tertumpah di Makkah,” kata Buya Yahya saat menjelaskan perkataan Sayyidina Husein
Oleh karenanya, sepupunya tersebut yakni Muslim bin Aqil menerima tugas tersebut dan pergilah ke Kufah.
Ilustrasi Rombongan Muslim sedang di Tengah Gurun (freepik)
Di tengah perjalanan, penunjuk jalan Muslim bin Aqil meninggal. Ia pun memberi kabar kepada Sayyidina Hasan dan berharap akan dibatalkan tugasnya.
“Akan tetapi Imam Husein tetap mengatakan lanjutkan wahai Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Setelah tersesat, akhirnya sampailah Muslim bin Aqil di kufah.
“Biarpun Muslim bin Aqil datang dalam sembunyi-sembunyi akan tetapi di sana mendapatkan sambutan yang luar biasa,” ujar Buya Yahya.
Muslim bin Aqil tinggal di rumah seorang warga Kufah dan datanglah orang satu per satu dan memberikan lembaran surat kepada Sayyidina Husein.
“Tercatat lebih dari 20.000 bahkan tertulis sampai 60.000 orang ingin membaiat Imam Husein,” kata Buya Yahya.
Akhirnya, Muslim bin Aqil membuat surat dan dikirimkan kepada Sayyidina Imam Husein.
Ilustrasi Seseorang di Gurun (unsplash.com)
Adapun isi surat tersebut:
Wahai Imam, ketahuilah sungguh masyarakat Kufah benar-benar telah menantimu. Segeralah datang
“Surat berjalan, Sayyidina bin Aqil berada di Kufah yang kebetulan hadir di masjid saat itu penguasa yang bernama Ibnu Ziyad,” kata Buya Yahya.
Ibnu Ziyad belum lama berkuasa. Namun ia membenci Sayyidina Ali dan Sayyidina Husein.
“Ibnu Ziyad menyampaikan khotbahnya, ia berceramah di situ dan di dalam ceramah itu memberikan ancaman kepada siapapun yang melindungi Husein,” kata Buya Yahya.
Siapapun yang melindungi Sayyidina Husein dan berhubungan akan mendapatkan ancaman berat dari negeri.
“Dikumandangkan di mimbar. Bahkan termasuk Sayyidina Husein dan Sayyidina Ali adalah orang yang biasa dikutuk mimbar saat itu,” kata Buya Yahya.
Muslim bin Aqil mendengar khotbah semacam itu merasa tidak nyaman, sehingga keluar dari masjid pindah dari tempatnya ia tinggal saat itu.
Ia pergi ke tempat seseorang yang kebetulan di rumah itu ada seorang tua yang sedang sakit yang disegani oleh Ibnu Ziyad.
“Sehingga disaat Sakit Ibnu Ziyad berusaha untuk berkunjung ke tempatnya,” kata Buya Yahya.
Saat itulah Muslim bin Aqil diberitahu bahwa itu kesempatan emas untuk membunuh Ibnu Ziyad. Namun Muslim bin Aqil tidak melakukannya.
“Sambil tersenyum Sayyidina muslim bin Aqil berkata, aku tidak ingin menumpahkan darah di tempatnya Hanik karena Hanik tidak menginginkan ada kejadian semacam ini, yang pertama,” kata Buya Yahya.
“Yang kedua imankulah yang melarang untuk membunuh tanpa dasar kebenaran. Tidak mungkin aku akan membunuh orang yang semacam ini dalam keadaan ia menjadi tamu,” sambung Buya Yahya.
Buya Yahya mengingatkan itulah sifat keluarga Rasulullah SAW.
“Ahlul bait dalam keadaan dia terdesak seperti apapun, ia masih menjaga iman, ia masih menjaga akhlak, ia masih menjaga kemuliaan,” kata Buya Yahya.
Maka Ibnu Ziyad yang menghina dan membenci Ahlul Bait lolos dari kematian.
Namun lama kelamaan, Ibnu Ziyad akhirnya mengetahui bahwa Muslim bin Aqil berada di Kufah.
“Maka Ibnu Ziyad segera marah besar lalu menyuruh kepada siapapun yang bisa menangkap Muslim bin Aqil akan mendapatkan hadiah dan siapapun yang melindungi akan dihukum,” ujar Buya Yahya.
Maka setiap orang menjadi ketakutan. Hingga kemudian Muslim bin Aqil pergi ke rumahnya satu orang yang ternyata saat itu sudah dikepung oleh pasukan-pasukan Ibnu Ziyad.
“Sehingga Muslim bin Aqil pun harus melakukan perlawanan,” kata Buya Yahya.
Namun pasukan Ibnu Ziyad jumlahnya 30 sementara Muslim bin Aqil sendirian. Beliau akhirnya ditangkap.
“Dengan penuh luka-luka di tubuhnya, dan dibawa langsung ke istana Ibnu Ziyad,” ujar Buya Yahya.
Saat Muslim bin Aqil ditangkap, surat kepada Sayyidina Husein yang ia kirimkan sampai.
“Berangkatlah Sayyidina Husein dengan membawa keluarga dan para Ansor,” kata Buya Yahya.
Total rombongan Sayyidina Husein saat itu adalah 73 orang.
Ilustrasi Pedang (freepik/fxquadro)
Setelah ditangkap, Ibnu Ziyad meminta Muslim bin Aqil memberi salam, namun beliau berkata bahwa salam tidak pantas untuk pembunuh.
“Dijawab oleh Muslim bin Aqil, Akankah Aku mengucapkan salam kepada orang yang akan membunuhku,” kata Buya Yahya.
“Ahlul Bait tidak pernah takut nggak ada sembunyi- sembunyi dalam keadaan terdesak masih berani,” sambung Buya Yahya.
Mendengar hal itu, Ibnu Ziyad marah. Lalu dibawa Muslim bin Aqil ke atas istana dan dibunuh.
“Inilah awal kesyahidan ahlul bait,” ujar Buya Yahya.
Namun sebelum dibunuh, Muslim bin Aqil sempat membisikkan permohonan kepada seseorang yang ia percaya.
“Tolong sampaikan kepada Imam Husein bahwa keadaanku seperti ini,” kata Buya Yahya.
Surat itu diterima Sayyidina Husein saat beliau mendekati Karbala.
“Sayyidina Husein berlinang air mata dan di depannya ternyata mereka pasukan kuda dipimpin Al Hur,” kata Buya Yahya.
Kemudian tragedi Karbala pun terjadi. satu persatu ahlul bait meninggal di Karbala.
Dalam peristiwa itu kata Buya Yahya, para Ahlul Bait, putra-putra sahabat Nabi dan semua pecinta Imam Husein berusaha melindungi cucu Rasulullah SAW tersebut.
“Hingga hanya Sayyidina Husein,” kata Buya Yahya.
Buya Yahya juga menegaskan bahwa pasukan yang diperintahkan untuk membunuh Imam Husein juga tak mau karena tahu beliau cucu Rasulullah SAW.
“Yang dipukul hanya kuda, bukan kaki Imam Husein,” kata Buya Yahya.
Imam Husein kemudian turun dari kuda namun pasukan yang diperintahkan membunuhnya juga masih belum berani.
“Mereka berharap orang lain yang melakukan,” kata Buya Yahya.
Namun akhirnya teriaklah Syimr bin Dzil Jausyan dan ia meminta pasukan memegang Sayyidina Husein dan kemudian ia memenggal kepala cucu Rasulullah SAW itu.
“Bersama jatuhnya Imam Husein maka ketahuilah terperosok terjerumus manusia terkutuk ke dalam neraka jahannam,” kata Buya Yahya.
Imam husein meninggal dalam keadaan mati syahid pada 10 Muharram 61 Hijriah.
Buya Yahya mengingatkan bahwa Sayyidina Husein adalah Imam semua umat Muslim.
Wallahua’lam
Load more