Kemudian ada penyampaian khusus dari Raden Rahmat yang dikenal dengan Sunan Kalijaga, di wilayah dakwahnya, bahwa masyarakat disana punya kebiasaan, jika ada seseorang meninggal dunia, maka ada pesta.
"Jika ada yag meninggal dunia, yang terjadi ada pesta-pesta. Ada yang makan, minum, mabuk-mabuk dan sebagainya. Maka dilakukan selama tujuh hari, setelah itu kumpul lagi setelah 40 hari dan seterusnya," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian masyarakat sekitanya, mengajukan pertemuan kepada dewan wali, bagaimana caranya agar kebiasaan ini bisa berubah.
Maka salah satu caranya kata beliau, saya akan merubah isinya. Karena merubah kebiasaan tersebut sekaligus, itu tidak mungkin dilakukan.
"Jadi kalau dilarang sekaligus, maka Islam akan ditinggalkan. Dakwah sulit masuk. Beliau survey dulu. Maka disitu tidak langsung disetujui, kata Sunan Giri, jangan lakukan," pungkas Ustaz Adi Hidayat.
Karena Sunan Giri khawatir hal tersebut dianggap jadi bagian dari agama. Namun Sunan Kalijaga bermaksud, kegiatan tujuh hari, 40 hari tersebut tetap berlangsung, tapi isinya dirubah dengan kalimat-kaliamat tahlil, tahmid.
"Dipopulerkan dengan istilah tahlilan, untuk membedakan dengan istilah tahlil yang pertama. Tahlilan, diisi dengan kalimat Lailahaillallah, cuman waktunya tidak dirubah," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Load more