"Bagaimana hukumnya baca doa tahlil dengan perantara membakar kemenyan?," tanya salah satu jamaah pada Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad menyampaikan bahwa di Mesir, bahwa pagi-pagi ada satu petugas yang bakar menyan di seluruh toko-toko.
"Di toko-toko, petugas keliling, bakar menyan. Saya waktu pertama sampai di Mesir. Wah, nampaknya orang Mesir panggil setan juga," terang Ustaz Abdul Somad.
"Setelah lama-lama di Mekkah, saya lihat kemenyan itu berbungkal-bungkal. Rupanya menyan itu bukan mau manggil setan, tapi untuk pengharum. Pengharum ruangan," sambungnya UAS.
UAS juga menceritakan pengalamannya ketika datang Habib Umar bin Hafidz asal Yaman ke Indonesia.
Ketika datang Habib Umar bin Hafidz asal Yaman, dibakar juga di Istiqlal, cuman bukan menyan, tapi serbuk kayu. Bahasa kitanya gaharu. Kenapa orang dikampung kita pakai menyan? Kenapa tidak pakai gaharu? Saya tahu setelah saya cearamah di Kalimantan Utara," ungkap Ustaz Abdul Somad.
UAS menjelaskan bahwa salah satu faktor masyarakat Indonesia lebih memilih membakar kemenyan dibanding gaharu, karena harganya yang sangat mahal.
Load more