Kalau semula kehidupan itu diciptakan oleh Allah dalam keadaan baik dan indah, maka manusia hanya diperbolehkan mengambil manfaat yang sebesar-besarnya, dengan tetap menjaga dan melestarikan sifat keindahan dan kebaikan alam tersebut.
Kalau kehidupan diciptakan dalam keadaan harmoni, selaras dan teratur, maka manusia hanya boleh memanfaatkan semaksimal mungkin, dengan tetap memelihara keharmonian, keselarasan dan keteraturan ekosistem kehidupan tersebut.
Ilustrasi Kebakaran di Lereng Gunung (ant)
Sifat merusak, rakus, dan semena-mena terhadap kehidupan sangat dicela dalam Islam.
Oleh sebab itu patutlah Allah mendapatkan pujian (al-hamdu lillāh). Dengan anugerah Allah kita dapat melakukan sesuatu dan atas kasih sayang-Nya, kita mendapatkan segala yang baik dan tepat, meski mungkin kita sering kurang menerimanya secara total, karena anggapan kita salah. Kalimat al-hamdu lillāh pada ayat kedua ini berbentuk berita (khabāriyyah), namun juga dipergunakan untuk perintah (insyāiyyah).
Dimaksudkan dengan khabāriyyah ialah penetapan bahwa pujian yang baik dalam bentuk apa pun telah menjadi kenyataan yang tetap bagi-Nya, sebab Dia disifati dengan segala sifat yang terpuji.
Dengan demikian sifat-sifat-Nya sangat agung, kebaikan-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya, sebab Dia adalah sumber dari seluruh makhluk yang ada di alam raya, sehingga segala pujian hanya milik Allah.
Dimaksudkan dengan insyāiyyah ialah bahwa hendaknya segala pujian diarahkan kepada Allah semata.
Disiapkan dan disarikan dari Tafsir at-Tanwir Muhammadiyah
Oleh: Asep Setiawan
Load more