Ilustrasi Nabi (tim tvOne/viva.co.id)
Kesetiaan dan kasih sayang Abu Thalib kepada keponakannya itu berlangsung sekitar empat puluh tahun hingga ia wafat.
Abu Thalib bahkan rela jika harus menyatakan permusuhan kepada siapapun yang berani menyakiti dan menentang Rasulullah SAW.
Abu Thalib meninggal karena sakit yang semakin hari semakin parah.
Dilansir dari Buku Sejarah Lengkap Penyebaran Islam karya Prof. Dr. Thomas W. Arnold, sepeninggal Siti Khadijah RA dan Abu Thalib, meninggalnya sang paman membuat Nabi Muhammad semakin didera penghinaan dan penganiayaan secara terbuka.
Ilustrasi (pixabay)
Setelah 10 tahun menyampaikan ajaran-ajaran Islam, Nabi Muhammad berpikir kembali, barangkali ada kalangan lain yang lebih siap mendengar ajaran-ajarannya.
Nabi Muhammad SAW berharap, barangkali bibit-bibit akidah bisa lebih diterima dan berkembang subur di tempat tersebut.
Dengan harapan tersebut, Nabi Muhammad SAW pergi ke Ta’if, sebuah kota yang terletak sekitar 70 mil dari Makkah.
Sebelum bertemu dengan kepala suku dari Kota Ta’if, Nabi Muhammad SAW menjelaskan ajaran ketauhidan Tuhan dan misi yang beliau emban sebagai rasul yang mengajarkan keyakinan ini.
Pada saat bersamaan, Nabi Muhammad SAW memohon perlindungan dari para penindasnya di Makkah.
Namun ternyata, pilihan Nabi Muhammad SAW saat itu ternyata kurang tepat.
Nabi Muhammad SAW malah diejek oleh masyarakat Ta’if.
Bahkan orang-orang Ta’if melempari Nabi Muhammad SAW dengan batu saat mengusir beliau.
Load more