Jakarta, tvOnenews.com - Sayyidah Khadijah binti Khuwailid (Siti Khadijah RA) merupakan istri tercinta Nabi Muhammad SAW.
Siti Khadijah RA adalah orang yang pertama kali mengikuti ajaran Rasulullah.
Bukan hanya menjadi penopang dari dakwah Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah RA juga merupakan perempuan pertama yang dapat merasakan kenabian pada diri suaminya.
Sebagaimana dijelaskan dalam artikel sebelumnya tentang penyebaran Islam di awal masa dakwah Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah RA adalah pelipur dan penenang Nabi Muhammad yang paling utama.
Namun, Siti Khadijah RA akhirnya meninggal dunia.
Ummul Mukminin itu menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah SAW.
Siti Khadijah RA, wafat pada hari ke-11 bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian.
Beliau wafat tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Yatsrib atau nama kota Madinah saat itu.
Siti Khadijah RA wafat pada usia 65 tahun saat Rasulullah berusia sekitar 50 tahun.
Makam Nabi Muhammad SAW (u-report)
Meninggalnya Siti Khadijah RA sempat membuat Nabi Muhammad SAW patah semangat dan jatuh ke lembah kesedihan.
Kesedihan itu semakin mendalam, karena tiga bulan berikutnya tepatnya di bulan Rajab, Abu Thalib, paman yang selalu melindungi Rasulullah juga meninggal dunia.
Kedua orang terkasihnya meninggal dunia saat Nabi Muhammad SAW sedang berada di tengah kekejaman kaum Quraisy yang semakin merajalela.
Sebagaimana dikisahkan dalam artikel tentang awal dakwah Nabi Muhammad SAW, meski tak memeluk Islam, namun Abu Thalib selalu menjaga dan melindungi Nabi Muhammad SAW dari orang-orang Quraisy yang ingin mencelakakannya.
Ilustrasi Nabi (tim tvOne/viva.co.id)
Kesetiaan dan kasih sayang Abu Thalib kepada keponakannya itu berlangsung sekitar empat puluh tahun hingga ia wafat.
Abu Thalib bahkan rela jika harus menyatakan permusuhan kepada siapapun yang berani menyakiti dan menentang Rasulullah SAW.
Abu Thalib meninggal karena sakit yang semakin hari semakin parah.
Dilansir dari Buku Sejarah Lengkap Penyebaran Islam karya Prof. Dr. Thomas W. Arnold, sepeninggal Siti Khadijah RA dan Abu Thalib, meninggalnya sang paman membuat Nabi Muhammad semakin didera penghinaan dan penganiayaan secara terbuka.
Ilustrasi (pixabay)
Setelah 10 tahun menyampaikan ajaran-ajaran Islam, Nabi Muhammad berpikir kembali, barangkali ada kalangan lain yang lebih siap mendengar ajaran-ajarannya.
Nabi Muhammad SAW berharap, barangkali bibit-bibit akidah bisa lebih diterima dan berkembang subur di tempat tersebut.
Dengan harapan tersebut, Nabi Muhammad SAW pergi ke Ta’if, sebuah kota yang terletak sekitar 70 mil dari Makkah.
Sebelum bertemu dengan kepala suku dari Kota Ta’if, Nabi Muhammad SAW menjelaskan ajaran ketauhidan Tuhan dan misi yang beliau emban sebagai rasul yang mengajarkan keyakinan ini.
Pada saat bersamaan, Nabi Muhammad SAW memohon perlindungan dari para penindasnya di Makkah.
Namun ternyata, pilihan Nabi Muhammad SAW saat itu ternyata kurang tepat.
Nabi Muhammad SAW malah diejek oleh masyarakat Ta’if.
Bahkan orang-orang Ta’if melempari Nabi Muhammad SAW dengan batu saat mengusir beliau.
Sepulang dari Kota Ta’if, peluang kesuksesan Nabi Muhammad SAW semakin kecil daripada sebelumnya.
Penderitaan Nabi Muhammad SAW yang teramat dalam membuat beliau mengungkapkan kalimat yang pernah diabadikan oleh nabi Nuh AS.
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
Berikut isi Surah Nuh Ayat 5-7
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارًاۙ
qāla rabbi innī da’autu qaumī lailaw wa nahārā
"Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam,"
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا
fa lam yazid-hum du’ā`ī illā firārā
"tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran)."
Ayat 7
وَاِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْٓا اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَاَصَرُّوْا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًاۚ
wa innī kullamā da’autuhum litagfira lahum ja’alū aṣābi’ahum fī āżānihim wastagsyau ṡiyābahum wa aṣarrụ wastakbarustikbārā
"Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.
Suasana Masjid Nabawi, Madinah Kini (tim tvOne)
Sudah menjadi kebiasaan Nabi Muhammad SAW pada saat melaksanakan haji setiap tahun untuk mengunjungi perkemahan-perkemahan berbagai suku Arab dan mendiskusikan berbagai permasalahan bersama mereka.
Oleh beberapa kalangan, kata-kata beliau disambut dengan mengejek.
Namun akhirnya datanglah kabar gembira dari pelosok yang tak pernah diduga sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW bertemu dengan sebuah kelompok kecil sekitar enam sampai tujuh orang yang memperkenalkan diri berasal dari Madinah atau daerah yang dulu disebut dengan Yatsrib.
“Dari suku mana kalian?’ tanya Nabi Muhammad SAW kepada mereka dengan lembut.
“Kami berasal dari suku Khazraj,” jawab mereka.
“Teman-teman kamu kaum Yahudi?” tanya Nabi.
“Benar,” jawab mereka.
“Apakah kalian berkenan duduk sebenar agar aku bisa berbicara dengan kalian?”
“Tentu saja bisa,” jawab mereka dengan ramah.
Kemudian orang-orang Yahudi Bani Khazraj itu duduk bersama Nabi Muhammad SAW.
Beliau segera menjelaskan kebenaran Tuhan dan ajaran Islam.
Nabi Muhammad SAW juga membaca Al-Qur’an di hadapan mereka.
Sedemikian menakjubkan Tuhan menempa keindahan Islam yang ditemukan di negeri Yahudi, negeri yang juga memiliki kitab dan kebijaksanaan.
Padahal mereka justru menjadi tak bertuhan atau penyembah berhala.
Setelah bertemu dan mendengarkan apa yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, Kini orang Yahudi seakan memegang bara api di tangan,
Kemudian, terjadilah perselisihan di antara mereka.
“Akan segera lahir seorang rasul dan saatnya telah tiba, ia akan kita ikuti dan bersamanya kamu akan membunuh serta penganiaya Ad dan Iram,” kata salah satu dari mereka.
Kemudian ketika Nabi Muhammad SAW menyuruh mereka menyeru orang-orang itu untuk beriman kepada Allah satu sama lain berkomentar.
“Ketahuilah, orang itu adalah seorang Nabi yang telah diperingatkan oleh orang-orang Yahudi kepada kita. Mari kita segera dan menjadi orang pertama yang mengikuti Nabi itu,” kata salah seorang dari rombongan itu.
Kemudian saat itu juga, mereka memeluk Islam seraya berkata kepada Nabi Muhammad SAW:
“Bangsa kami telah lama terpelosok dalam permusuhan yang sangat pedih dan membuat kami saling membinasakan satu sama lain. Semoga kini Tuhan berkenan mempersatukan mereka bersama melaluimu dan ajaranmu, karena itu, kami akan mengajari mereka dan memberitakan agama yang telah kamu terima darimu ini,”
Dengan keyakinan teguh, akhirnya orang-orang Bani Khazraj yang sudah memeluk Islam kembali negeri mekra.
Demikianlah peristiwa tersebut dianggap sebagai titik balik dari dakwah Nabi Muhammad SAW.
Wallahua’lam
Load more