Jakarta, tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat membagikan satu amalan yang dianjurkan untuk dikirimkan kepada orang yang meninggal dunia.
Dalam Islam, hari jumat atau malam jumat adalah sangat istimewa.
Maka jika ingin mengirimkan sesuatu ke arwah yang sudah meninggal, amalan ini sangat baik untuk dilakukan.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan bahwa amalan ini ada di dalam Kitab Adab al-Mufrad No 44 karangan Imam Al Bukhari.
Oleh karenanya, Ustaz Adi Hidayat menyarankan keluarga yang masih hidup mengirimkan ini kepada anggota keluarga yang sudah meninggal.
“Apa haditsnya? salah satunya doa,” ujar Ustaz Adi Hidayat, dikutip oleh tvOnenews.com dari potongan video ceramah Ustaz Adi Hidayat yang diunggah di kanal YouTube Jejak Wali dengan judul "Kenapa orang meninggal dibacakan Surat Yasin? yang diunggah pada 14 Desember 2021.
“Dalam hadits itu disebutkan, saat seorang anak beristighfar saja, memohon ampun kepada Allah untuk ayahnya yang meninggal dunia tiba-tiba di alam kuburnya diangkat satu derajat,” sambung Ustaz Adi Hidayat.
Ilustrasi Seorang Wanita Muslim sedang Ziarah Kubur (pexels)
Kata Ustaz Adi Hidayat, saat seorang anak mengirimkan doa maka orang tua yang sudah meninggal seketika itu diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
“Apa ini? Ini adalah kalimat istighfar yang dimohonkan untukmu oleh anakmu,” kata Ustaz Adi Hidayat menjelaskan pertanyaan ruh yang diangkat derajatnya itu.
Namun harus diketahui, amalan ini tidak harus dilakukan pada malam jumat saja.
Doa kepada keluarga yang sudah meninggal dapat dilakukan kapan saja.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa yang diharapkan oleh orang meninggal hanyalah dua.
“Kata Nabi, yang diharapkan 2 hal, permohonan ampunan untuknya dan doa,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Oleh karenanya, selepas shalat dianjurkan untuk mengirimkan doa kepada orang tua.
“Keterlaluan anak yang saat hidup tak bisa berbuat baik, saat meninggal juga tidak bisa,” tandas Ustaz Adi Hidayat.
Ilustrasi Keluarga yang sedang Ziarah Kubur (ANTARA)
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ (وَعَذَابِ النَّارِ)
Allaahummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkholahu, waghsilhu bilmaa-i wats-tsalji wal barod, wa naqqihi minal khothooyaa kamaa naqqoitats-tsaubal abyadho minad-danas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi, wa adkhilhul jannata, wa a’idzhu min ‘adzaabil qobri (wa ‘adzaabin-naar).
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia (mayit), berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air, salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663.)
Ilustrasi Keluarga yang sedang Ziarah Kubur (tim tvOnenews/Ahmidal Yauzar)
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَها وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيِرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهَا وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا، وَأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
Arab Latin: Allaahummaghfir laha warham ha wa’aafi ha wa’fu anha wa akrim nuzula ha wa wassi’ madkhola ha waghsil ha bil maa-i wats-tsalji wal barodi wa naqqi ha minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad danasi wa abdil ha daaron khoiron min daari ha wa ahlan khoiron min ahli ha wazaujan khoiron min zaoji ha wa adkhil hal jannata wa ‘aidz ha min ‘adzaabil qobri wafitnati hi wa min ‘adzaabin naar.
Artinya: "Ya Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilan rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta suami yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia ke dalam surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnah nya, dan dari siksa api neraka."
Dok. Saat Presiden Jokowi Takziyah ke Rumah Duka Almarhum Pakdenya, Miyono Suryosardjono, di Surakarta, Senin (28/2/2022)/Tim tvOne - Efendi Rois
Takziah sendiri kata Ustaz Adi Hidayat menjelaskan berasal dari kata azza, bukan melayat, melainkan sesuatu yang tinggi, perangkat, mendorong.
Jika didepan ditambah dengan kata 'tak', dan 'iah' di belakangnya, huruf depan 'tak' berarti makna usaha yang serius.
"Jadi usaha yang sungguh-sungguh untuk mengangkat, mendorong, menaikkan lagi sesuatu yang turun," terang Ustaz Adi Hidayat.
Pesan Nabi Muhammad SAW soal takziah ada dua.
Pertama kita bisa mengangkat amalan orang-orang meninggal agar disampaikan kepada orang-orang yang belum meninggal dunia untuk diketahui.
"Makanya Nabi berpesan, kalau ada yang meninggal dunia, ayo angkat kebaikan-kebaikannya. Aibnya tutup, kebaikannya angkat. Bukan dibicarakan buruknya," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat kemudian berpesan agar umat muslim selalu meminta kepada Allah untuk berlindung dari keburukan fitnah saat meninggal.
"Jadi ada orang, hidup dibicarakan, meninggal pun jadi gunjingan, contohnya Abu Jahal, Abu Lahab, sampai sekarang sudah 15 abad yang yang dibicarakan keburukannya saja," terang Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa kita diminta oleh Nabi Muhammad untuk selalu berdoa untuk minta dilindungi dari fitnah saat meninggal.
“Hadits Muslim nomor 588,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Ilustrasi Seorang Muslim sedang Berdoa (Ist)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Baca: Allahumma inni audzubika min adzabi jahannama, wa min adzabil-qabri, wa min fitnati al-mahya wal-mamati, wa min syarri fitnati al-masiihi ad-Dajali.
Artinya:
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari siksa neraka jahanam dan siksa kubur. Dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari keburukan fitnah Dajjal."
Doa tersebut dianjurkan selalu dibaca saat shalat sebelum salam.
Kemudian Ustaz Adi Hidayat berpesan bahwa jika ada orang meninggal jangan pernah diungkit keburukannya.
“Yang diungkap kebaikannya saja, kemudian angkat lagi sehingga ketika kebaikannya diangkat jadi inspirasi untuk orang-orang yang takziah,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian dari inspirasi yang didengar tadi, diamalkan.
Maka dengan begitu orang yang meninggal dunia bisa mendapat royalti pahala.
Sebagaimana dijelaskan dalam Hadist Muslim 1893.
“Siapa yang bisa menujukkan kebaikan, dapat pahala yang sama dengan pahala yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan ketika manusia meninggal dunia, semua amalnya terputus, kecuali tiga hal.
Pertama sedekah jariyah. Kedua, anak yang saleh yang mendoakan kedua orang tuanya dan ketiga ilmu yang bermanfaat.
Sementara untuk mengangkat orang yang meninggal tersebut yang pertama dengan doa.
Itulah amalan yang dapat dilakukan untuk arwah orang yang sudah meninggal.
Semoga artikel ini bermanfaat. Disarankan bertanya langsung kepada Ulama atau Ahli Agama Islam agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Wallahua’lam
Load more