Jakarta, tvOnenews.com - Sebelum menghadap Ka'bah, kiblat umat Islam masih mengarah ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis yang ada di Yerusalem.
Kemudian diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW setiap hari menengadahkan wajahnya ke langit seraya menunggu petunjuk dari Allah SWT.
Kemudian turunlah firman Allah SWT, Surah Al Baqarah ayat 144.
Kompleks Al Aqsa atau Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis, Yerusalem (tim tvOnenews/Cahyo Junaedy)
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Qad narā taqallubaka wajhika fis-samā'(i), fa lanuwalliyannaka qiblatan tarḍāhā, fawalli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa ḥaiṡumā kuntum fawallū wujūhakum syaṭrah(ū), wa innal-lażīna ūtul-kitāba laya‘lamūna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ya‘malūn(a).
Artinya:
Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab) benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.
Berikut tafsir dari Surah Al-Baqarah ayat 144 yang dikutip oleh tvOnenews.com dari Kementerian Agama (Kemenag).
Sebelum arah kiblat dipindahkan kembali ke Ka’bah, Nabi sering menengadahkan wajahnya ke arah langit.
Nabi sangat berharap agar Allah segera memindahkan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, maka turunlah ayat ini.
Kami melihat wajahmu, wahai Nabi Muhammad, sering menengadah ke langit.
Kami Maha Mengerti tentang keinginanmu, oleh karena itu akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi.
Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.
Dan di mana saja engkau berada, wahai pengikut Nabi Muhammad, hadapkanlah wajahmu ke arah itu.
Dengan pemindahan ini, Baitul Maqdis sudah tidak lagi menjadi kiblat shalat yang sah.
Orang Yahudi dan Nasrani tahu benar akan hal ini.
Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab Taurat dan Injil tahu bahwa pemindahan kiblat itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka.
Hal itu mereka ketahui dari kitab-kitab suci mereka.
Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.
Allah pasti akan mencatat semua langkah perbuatan mereka yang melawan ketentuan-Nya.
Sebagaimana telah diterangkan dalam riwayat tentang sebab turunnya ayat tersebut di atas, Nabi Muhammad saw ingin sekali agar kiblat itu ditetapkan Allah ke arah Ka‘bah.
Oleh sebab itu, beliau sering menengadahkan mukanya ke langit menantikan wahyu yang akan memerintahkan perpindahan kiblat itu.
Maka, turunlah ayat ini menetapkan perpindahan kiblat tersebut dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.
Di sini disebutkan arah Masjidil Haram, bukan Ka‘bah, sebagai isyarat yang membolehkan kita menghadap “ke arah Ka‘bah” pada waktu shalat apabila Ka‘bah itu jauh letaknya dari kita dan tidak dapat dilihat.
Sebaliknya, jika kita dekat dengan Ka‘bah, maka kita menghadap Ka‘bah pada waktu shalat.
Jadi tidak diwajibkan menghadap ke bangunan Ka‘bah itu, kecuali orang-orang yang dapat melihatnya. Dengan demikian, semua kaum Muslimin di berbagai penjuru bumi wajib menghadap "ke arah Ka‘bah" dalam shalat.
Untuk melaksanakan tugas itu mereka diwajibkan (wajib kifayah) mengetahui ilmu bumi untuk mengetahui arah kiblat dalam shalat, sebagaimana mereka sebaiknya mengetahui ilmu falak untuk mengetahui jadwal waktu shalat.
Pemindahan kiblat ke Ka‘bah, adalah ketetapan yang benar dari Allah, tetapi orang yang kurang akal membantah kebenaran ini, bahkan mereka menimbulkan fitnah dan menyebarkan keragu-raguan di antara Muslimin yang lemah imannya.
Itulah tafsir tentang Surah Al Baqarah ayat 144.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Disarankan bertanya langsung kepada ulama, pendakwah, atau ahli agama Islam, agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Wallahua’lam
Load more