Jakarta, tvOnenews.com - Mandi junub wajib dilakukan jika ingin melaksanakan ibadah, seperti shalat atau membaca Al-Qur’an dan lainnya.
Hal ini karena syarat sah dari ibadah adalah suci dari hadas, baik kecil atau besar.
Untuk menghilangkan hadas kecil adalah dengan melakukan wudhu.
Sedangkan untuk menghilangkan hadas besar dengan mandi wajib atau janabah atau junub.
seseorang disebut junub adalah ketika mengalami salah satu dari dua hal berikut ini.
Hal pertama seseorang dikatakan junub adalah jika keluar mani dari alat kelamin, baik sengaja atau pun tidak.
Kemudian hal kedua yang membuat seseorang dikatakan junub adalah jika melakukan hubungan suami istri, meskipun itu tidak sampai keluar mani.
Jangan Asal-asalan! Begini Tata Cara Mandi Junub yang Benar (istockphoto)
Mandi junub tidak boleh dilakukan asal-asalan.
Dalam melaksanakan mandi junub, terdapat dua rukun.
Berikut tata cara mandi junub yang dilansir tvOnenews.com dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag).
Lafadz niat dalam mandi junub adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ مِنَ اْلِجنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul-ghusla lirafil ḫadatsil-akbari minal-jinâbati fardlan lillâhi ta‘ala
Artinya:
"Saya niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena Allah ta'ala."
Dalam madzhab Syafi'i, niat harus dilakukan bersamaan dengan saat air pertama kali disiramkan ke tubuh.
Saat mandi junub, seluruh badan bagian luar harus terguyur air, termasuk rambut dan bulu-bulunya.
Sementara untuk bagian tubuh yang berambut atau berbulu, air harus bisa mengalir sampai ke bagian kulit dan pangkal rambut/bulu sehingga tubuh tidak tertempel najis.
Jangan Asal-asalan! Begini Tata Cara Mandi Junub yang Benar (pixabay)
Ada sejumlah kesunnahan yang bisa dilakukan saat melaksanakan mandi junub.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Bidâyatul Hidâyah, di antaranya adalah sebagaimana berikut:
1. Membasuh tangan hingga tiga kali.
2. Membersihkan segala kotoran atau najis yang masih menempel di badan.
3. Berwudhu dengan sempurna.
4. Mengguyur kepala sampai tiga kali, bersamaan dengan itu melakukan niat menghilangkan hadats besar.
5. Mengguyur bagian badan sebelah kanan hingga tiga kali, kemudian dilanjutkan dengan badan sebelah kiri juga tiga kali.
7. Menggosok-gosok tubuh, depan maupun belakang, sebanyak tiga kali.
8. Menyela-nyela rambut dan jenggot (bila punya).
9. Mengalirkan air ke lipatan-lipatan kulit dan pangkal rambut. Sebaiknya hindarkan tangan dari menyentuh kemaluan, kalau pun tersentuh, sebaiknya berwudhu lagi.
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكٰرٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا اِلَّا عَابِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗوَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُوْرًا
Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā taqrabuṣ-ṣalāta wa antum sukārā ḥattā ta‘lamū mā taqūlūna wa lā junuban illā ‘ābirī sabīlin ḥattā tagtasilū, wa in kuntum marḍā au ‘alā safarin au jā'a aḥadum minkum minal-gā'iṭi au lāmastumun-nisā'a falam tajidū mā'an fa tayammamū ṣa‘īdan ṭayyiban famsaḥū biwujūhikum wa aidīkum, innnallāha kāna ‘afuwwan gafūrā(n).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati shalat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk sampai kamu sadar akan apa yang kamu ucapkan dan jangan (pula menghampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub, kecuali sekadar berlalu (saja) sehingga kamu mandi (junub). Jika kamu sakit, sedang dalam perjalanan, salah seorang di antara kamu kembali dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapati air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci). Usaplah wajah dan tanganmu (dengan debu itu). Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Itulah tata cara mandi junub.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam, disarankan bertanya langsung kepada Ulama, Pendakwah atau Ahli Agama Islam.
Wallahu’alam
(put)
Load more