Kepada Pimpinan BK DPR RI, MUI Bali juga menyampaikan bahwa mereka turut bangga jika petugas depan atau front liner di bandara adalah gadis Bali, namun ketika menyentuh politik identitas seperti mengatakan ‘tidak mau orang yang pakai penutup kepala tidak jelas this is not middle east’, maka mereka menafsirkan ucapan AWK sebagai bentuk kebencian.
“Dia mengatakan yang dimaksud penutup tidak jelas itu topi bukan hijab, memangnya di rapat itu ada yang pakai topi, kan tidak ada, yang ada disana Kakanwil Bea Cukai Bandara Ngurah Rai yang baru, ibu-ibu yang kebetulan muslimah pakai hijab, dan pandangan matanya (AWK) menurut keterangan diarahkan ke kakanwil dengan nada marah-marah, kami sudah koordinasi,” kata dia.
Agus bercerita ketika dia bersama Ketua Umum MUI Bali Mahrusun Hadyono dan Komisi Hukum MUI Bali Muhammad Zainal Abidin menghadap BK DPD RI, mereka mendapat apresiasi karena bersedia hadir memberi keterangan.
Ke depan, MUI yang didukung sekitar 25 kelompok Muslim di Pulau Dewata akan menerima dinamika atas aduan ini, baik berlanjut secara hukum maupun potensi selesai secara kekeluargaan.
BK DPD yang hadir dalam sidang ini sendiri dipimpin oleh Made Mangku Pastika dan Habib Ali Alwi, namun hingga berita ini diturunkan proses sidang masih berlangsung dengan pengumpulan keterangan Bea Cukai Bandara Ngurah Rai dan keterangan terlapor Arya Wedakarna.(ant/bwo)
Load more