Begitu juga saat orang mandi dada dahulu disiramkan di dada saat pertama kali berarti dada itu mengucapkan awwalul gushli. “Pokoknya yang setiap bersamaan niat, awwalul fardhi, paham ya, jadi bebas. Semua bentuknya awal bebas, cuma apapun pilihan Anda, langsung dibersamai niat,” beber Gus Baha.
Gus Baha menegaskan sesuatu yang tidak dibarengi dengan niat maka hal tersebut tidak dihitung sebagai mulai fardhu.
“Misalnya ada orang junub, terus ada sisa-sisa sperma langsung ia mandi junub disiram, kan, air yang melewati sperma tadi potensinya jadi mutaghoyyir berganti sebab sperma tadi,” tutur Gus Baha.
Sehingga bila air tersebut jadi mutaghoyyir, maka air tersebut tidak mempunyai kegunaan rof’ul janabah
“Makanya halangan-halangan ini wajib dihilangkan, serta kotoran yang berpotensi mengganti air wajib kita hilangkan, termasuk adat mengenakan sampo itu hentikan ya, bahaya itu,” tambah Gus Baha.
“Jadi misalnya nawaitu raf’al hadtsil akbar terus kalian gunakan sampo, resikonya tadi semua proses ini mutaghoyyir, sebab berbau sampo,” sambung Gus Baha. Kecuali, lanjut Gus Baha, bila Kamu bisa membenarkan sampo itu bersih, tetapi mungkin hal itu sangat kecil.
“Ya itu tadi buktinya, barangkali kalian menyangka mandi sudah berakhir begitu gunakan handuk masih berbusa, lah masih berbusa kan fakta seluruh air tadi kita berbau sampo, berarti statusnya mutaghoyyir.”
Oleh karena itu, Gus Baha berpesan, untuk mandi junub tidak butuh mengenakan sabun ataupun sampo terlebih dulu hingga selesai mandi junub. Setelah itu baru dapat menggunakan sabun ataupun sampo itu. “Jadi nanti seumpama tidak bersih-bersih banget, sudah selesai. Ya jadi jangan sampai ada sesuatu yang seperti meniru mutaghoyyir.”
Load more