Jakarta, tvOnenews.com - Ada perbedaan pendapat mengenai amalan dalam menghidupkan malam nisfu syaban, dimana salah satunya adalah mengaji bersama.
Berikut penjelasan Syekh Ali Jaber dan Buya Yahya mengenai perbedaan pendapat dalam menghidupkan malam nisfu syaban dimana salah satunya mengaji bersama, yang dirangkum tvOnenews.com dari kanal YouTube ceramah beliau.
Perbedaan Pendapat Ngaji Bersama di Malam Nisfu Syaban, Buya Yahya dan Syekh Ali Jaber Sarankan Hal Ini (tvOne/Damai Indonesiaku)
Perbedaan pendapat itu kata Syekh Ali Jaber adalah hikmah dari kehidupan.
Ia mengatakan bahwa perbedaan pendapat yang ada karena pemahaman dan pikiran manusia berbeda.
“Oleh karena itu tidak akan bisa satukan umat dalam satu pendapat,” kata Syekh Ali Jaber.
“Yang bisa disatukan dalam satu pendapat kalau sudah jelas ada perintah atau larangan dalam ayat maupun dalam hadits,” sambungnya.
Syekh Ali Jaber menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah melarang umatNya untuk menghidupkan malam nisfu syaban.
“Boleh karena tidak ada larangan,” kata Syekh Ali Jaber.
“Karena Rasulullah sudah menjelaskan keutamaan malam nisfu syaban yang kita sudah sepakati haditsnya shahih,” jelasnya.
“Kalau memang ada selebih itu, kalau ada lebih daripada itu yang tidak boleh dilakukan, pasti Rasulullah tidak akan diam,” lanjut Syekh Ali Jaber.
Maka Syekh Ali Jaber menegaskan bahwa jika ada yang ingin membaca Al-Qur’an, shalawat atau shalat malam atau ibadah lainnya saat malam nisfu syaban itu diperbolehkan.
“Namun bagi yang punya dasar alasannya Rasul tidak lakukan silakan jika Anda tidak mau menghidupkan malam nisfu syaban,” ujar Syekh Ali Jaber.
“Ini Anda punya dasar, tapi tidak boleh Anda mengingkari orang lain shalat malam karena Rasulullah sendiri tidak pernah ingkari,” sambung Syekh Ali Jaber.
Syekh Ali Jaber kemudian mengingatkan kepada semua umat Muslim selalu mengingat hal berikut ini.
“Apapun persoalan dalam fikih tidak disepakati oleh ulama paham, ijma (sepakat) tidak ada satupun yang keluar dari kesepakatan itu,” kata Syekh Ali Jaber.
“Kalau belum ada kesepakatan dari ulama, umat itu masih dalam kebebasan. Yang mau A boleh, yang mau B boleh, yang mau D boleh,” lanjutnya.
Namun Syekh Ali Jaber mengatakan bahwa semua harus paham bahwa tidak akan bisa ada kesepakatan antara ulama kalau tidak ada ayat dan hadits yang kuat.
“Kenapa bisa muncul perbedaan?
Ini kan ada Syafi'i Maliki, namun sumbernya sama Qur’an dan hadits,” jelas Syekh Ali Jaber.
Maka dari itu Syekh Ali Jaber mengingatkan agar setiap Muslim tidak saling menyalahi terkait malam nisfu syaban.
“Ini kan kemampuan pikiran manusia, Imam Syafi’i sebagai orang ulama yang cerdas dan kuat di fiqih, sementara Imam Maliki lebih kuat ilmunya di sisi hadits. Kelebihan masing-masing ini kan karunia Allah,” jelas Syekh Ali Jaber.
Menurut Syekh Ali Jaber, hadits mengenai keutamaan malam nisfu syaban adalah shahih dan semua sepakat. Namun hanya ada masalah sedikit.
“Karena memang tidak ada ayat yang jagalah shalat malam nisfu syaban,” jelas Syekh Ali Jaber.
Namun sebagai umat Muslim marilah kita saling menghormati perbedaan pendapat yang ada selama tidak melenceng dari aqidah.
“Kita tetap sama-sama hormati,” saran Syekh Ali Jaber.
Perbedaan Pendapat Ngaji Bersama di Malam Nisfu Syaban, Buya Yahya dan Syekh Ali Jaber Sarankan Hal Ini (Tangkapan Layar/ Buya Yahya Official)
Senada dengan Syekh Ali Jaber, Buya Yahya menjelaskan bahwa tidak ada larangan bagi yang ingin menghidupkan malam nisfu syaban dengan berbagai amalan.
Namun yang harus diingat kata Buya Yahya jangan mengkhususkannya.
Tapi jika ingin menghidupkan malam nisfu syaban dengan melakukan amalan maka alangkah baiknya.
“Kalau ada kegiatan-kegiatan di kampung selama ini yang sudah menjadi rutin kebiasaan jangan diubah (selama tidak melenceng dari aqidah),” saran Buya Yahya,
Hal ini karena hal itu tidaklah bid’ah.
“Sehingga kalau seandainya Anda berkumpul malam itu malam nisfu syaban, mengaji, atau ada yang memberi makanan enak itu artinya sedekah,” jelasnya.
Kemudian Buya Yahya menjelaskan bahwa jika setelah berkumpul lalu shalawat dan istighfar bersama itu juga bagus.
“Terus ada yang baca shalawatan, istighfar sama-sama kemudian setelah itu saling memaafkan merenung dosa kepada siapa kita sehingga setelah itu langsung ketemu di masjid,” ujarnya.
Saling memaafkan diingatkan oleh Buya Yahya bahwa itu syarat seorang Muslim mendapatkan pengampunan dari Allah SWT.
Hal ini karena malam nisfu syaban adalah malam pengampunan.
Namun pada malam itu ada dua golongan yang tidak akan mendapatkan ampunan Allah SWT.
Berikut hadits yang dimaksud oleh Buya Yahya.
Hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda,
يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Selain itu, pada malam nisfu syaban juga dibolehkan membaca al-qur’an.
“Baca al-qur'an boleh karena anda seorang penghafal al-qur'an,” jelasnya.
Mengenai surat yang harus dibaca, Buya Yahya menegaskan bahwa boleh membaca surat apa saja,
Jika ingin membaca surat yasin dipersilakan, namun jika ingin surat lain juga diperbolehkan.
“Kalau anda seorang Faqih, belajar fiqih sah-sah aja,” jelasnya.
“Jadi jangan sampai tiba-tiba menjadi bid’ah dan sebagainya,” saran Buya Yahya.
Itulah penjelasan mengenai perbedaan pendapat mengenai ngaji bersama di malam nisfu syaban.
Semoga artikel ini bermanfaat.
Disarankan bertanya langsung kepada para ahli ulama, pendakwah atau ahli agama Islam, agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Wallahu’alam
(put)
Load more