tvOnewnews.com - Bulan Ramadhan 1445 Hijriah telah tiba, di mana setiap muslim diwajibkan untuk mengerjakan ibadah puasa.
Puasa Ramadhan merupakan puasa yang hukumnya wajib dalam Islam, sehingga apabila tidak mengerjakannya akan mendapatkan dosa besar.
Puasa merupakan menahan hawa nafsu dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbitnya fajar hingga waktu maghrib.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bagaimana hukumnya orang yang berpuasa tapi tidak shalat. Sumber: YouTube
Dalam puasa, ada hal-hal yang membatalkan puasa secara langsung, seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan lain-lain.
Apabila mengerjakan hal-hal yang membatalkan puasa, maka jelas puasanya akan batal.
Lantas, bagaimana jika ada orang yang berpuasa tapi tidak mengerjakan shalat fardhu?
Seperti diketahui, shalat fardhu atau shalat lima waktu merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim.
Jika mengerjakan puasa Ramadhan tapi tidak shalat, apakah puasanya akan diterima? Simak penjelasan Ustaz Adi Hidayat berikut ini.
Setiap perilaku yang dikerjakan manusia akan dinilai, termasuk ketika berpuasa.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan dalam hadits, bahwa orang yang puasa tapi masih berkata kotor dan berbuat tercela, maka Allah tidak butuh pada puasanya.
Hadits tersebut menggunakan bahasa yang sangat tegas tentang hukum orang yang berpuasa tapi masih mengerjakan perbuatan tercela.
Perbuatan tercela bisa perbuatan apa saja, misalkan mencuri, mencela, berdusta, memfitnah, dan lain-lain.
"Jadi kalau ada orang puasa yang suka mencuri, ada orang puasa yang suka mencela, kata Nabi, Allah tidak butuh pada puasanya. Ini bahasa yang sangat tegas," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat menerangkan, hadits tersebut berarti memberikan isyarat bahwa jangan sekali-kali menyandingkan puasa dengan maksiat, sebab puasa merupakan ibadah yang fungsinya untuk menutup maksiat.
"Artinya, jangan sekali-kali menyandingkan puasa dengan maksiat. Anda puasa fungsinya menutup maksiat," kata UAH.
"Jadi kalau ada orang puasa tapi masih mengerjakan maksiat, ada yang salah dengan puasanya," tambahnya.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, dalam hadits diterangkan bahwa puasa yang benar itu akan memberikan perisai dari kemaksiatan.
Maka orang yang berpuasa akan memiliki perisai dari hal-hal buruk.
"Jadi kalau dia benar puasanya, dia akan punya perisai dari yang buruk, yang kotor, yang tidak baik, dibuang," kata Ustaz Adi Hidayat.
Maka jelas orang berpuasa harus meninggalkan kata-kata kotor, perbuatan kotor, dan perbuatan maksiat. Jika dikerjakan, maka puasanya tidak bernilai.
"Maka orang puasa tidak boleh mengerjakan sesuatu yang kotor, kata-kata kotor, perbuatan kotor, dan lain-lain. Begitu dikerjakan, tidak ada nilai puasanya," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Lebih lanjut, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan ada hal-hal yang membatalkan puasa dan ada yang merusak pahala puasa.
Membatalkan puasa secara langsung seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan lainnya.
Sementara hal-hal yang merusak pahala puasa di antaranya ghibah, mencela, berdusta, dan hal-hal buruk lainnya.
Ustaz Adi juga menjelaskan Allah tidak butuh puasanya orang yang berbuat jahala. Jahala merupakan perbuatan bodoh dan bisa menyebabkan maksiat.
Misal, tetap mengerjakan sesuatu meskipun sudah tahu itu perbuatan yang salah. Contohnya bergosip, orang sudah tahu kalau bergosip merupakan dosa, tapi tetap menikmatinya.
Perbuatan jahala lainnya yaitu perbuatan yang bisa menurunkan kehormatan, sehingga menyebabkan orang lain melakukan dosa.
Misal, ada orang dewasa mengendarai sepeda mainan anak-anak keliling kompleks sehingga menyebabkan orang lain bergunjing, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan jahala atau tidak pantas.
"Orang yang berbuat jahala, maka Allah tidak butuh puasanya, apalagi meninggalkan shalat," tegas Ustaz Adi Hidayat. (Gwn)
Load more