Ia menyebut pada prinsipnya tradisi ini berfungsi sebagai tanda waktu shalat, pengingat datangnya bulan suci Ramadhan, serta menjadi sarana untuk menyalurkan gembira dalam menjalankan ibadah puasa.
“Memang ada beberapa yang beda penentuannya. Tapi dalam perbedaan itu kita tetap melaksanakan ibadah puasa bersama-sama. Maknanya kita menyambut datangnya Ramadhan dengan suka cita,” ujarnya.
Goemelar menyampaikan tradisi "Dlugdag" sudah berjalan sejak ratusan tahun lalu dan masih eksis hingga saat ini, karena Keraton Kasepuhan terus melestarikan kebiasaan tersebut.
Tradisi tersebut, kata dia, dilakukan juga oleh Sunan Gunung Jati pada masa lampau untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon dan sekitarnya.
Load more