Bedug di Masjid Al Mubarok
"Keunikan Masjid Al Mubarok mengindikasikan bahwa terjadi akulturasi budaya itu diperkuat dengan hiasan di setiap dinding, mimbar khotbah dan tempat bedug. Di dinding tembok terdapat ukiran khas. Bahkan ukiran ini juga dipadukan dengan kepala arca kala (betara kala) di pintu utama ruang tengah masjid," ungkap Syururi.
Angka tahun yang sama juga terdapat di rak tempat Al-Qur’an. Rak dengan tinggi satu meter yang terbuat dari kayu jati itu masih utuh. Bahkan di pintu masjid dengan tulisan huruf arab terdapat angka tahun juga, angka tahun juga ada di tempat bedug. Di tempat bedug ini masih terlihat tulisan jawa kuno dengan huruf arab.
Lebih lanjut Muhammad Syururi menambahkan, selain bedug terdapat juga batu umpak atau batu asah orang jawa menyebutnya watu ungkal. Batu ini berada di samping kanan atau selatan masjid, letaknya di depan pintu pesarean atau makam Kiai Kanjeng Djimat, yang selalu ramai diziarahi masyarakat.
"Masjid ini dibangun sekitar tahun 1745, oleh Kiai Kanjeng Djimat, yang juga sebagai Adipati Pertama Nganjuk. Dan bangunan masjid juga kental dengan nuansa Hindu, agar pada waktu itu masyarakat yang masih memeluk agama Hindu mau datang ke Masjid untuk beribadah," terang Muhamad Syururi.
Pada komplek masjid ini juga terdapat pemakaman kuno pendiri masjid ini, yakni Kanjeng Djimat, yang selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah. Puncak keramaian pengunjung biasanya terjadi pada saat malam Jumat legi.
Load more