tvOnenews.com - Membaca shalawat Nabi saat tahiyat akhir dalam shalat termasuk salah satu rukun yang harus dikerjakan, tapi apakah harus pakai sayyidina?
Apabila shalawat Nabi ini tidak disempurnakan apalagi tidak dibaca, maka bisa membuat shalat menjadi tak sah.
Namun apakah saat membaca shalawat Nabi dalam tahiyat akhir harus menyebutkan sayyidina atau tidak?
Apakah membaca shalawat menggunakan sayyidina membuat shalat menjadi tidak sah?
Atau justru harus pakai sayyidina?
Seperti dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Ustaz Adi Hidayat, berikut penjelasan tentang hukum sayyidina saat tahiyat akhir shalat.
Ustaz Adi Hidayat menerangkan bahwa penggunaan Sayyidina di luar shalat pada dasarnya boleh digunakan.
"Sayyidina itu bisa mencangkup beberapa makna, untuk menghormati orang lain dengan panggilan kalau kita 'tuan', atau 'bapak' walaupun bukan bapak biologis," jelas Ustaz Adi Hidayat.
Selama itu bukan termasuk bentuk pengkultusan yang berlebihan, maka menurut Ustaz Adi Hidayat tak masalah menggunakan sayyidina saat shalawat atau menyebut Nabi.
"Yang tidak boleh itu adalah mengkultuskan dengan itu mengangkat berlebihan," kata Ustaz Adi Hidayat.
"Di Arab itu, kalau orang ingin mendapat perhatian, memberikan pengkultusan yang berlebihan supaya orang memberikan perhatian yang melebihi batas kewajaran," lanjutnya.
Kemudian Ustaz Adi Hidayat menerangkan sebuah kejadian ketika Nabi mengingatkan masalah penggunaan sebutan Sayyidina ini.
"Satu kali Nabi kedatangan seseorang yang ingin mencari perhatian di dalam kaumnya, Nabi kan orang populer saat itu, sangat dekat taat kepada Allah, popularitasnya sangat kuat," ujar Ustaz Adi Hidayat.
"Kemudian datang orang ini, mengangkat Nabi berlebihan, Ya Sayyidina ya Sayyidina, supaya orang itu memberikan perhatian dan tahu siapa dia," lanjutnya.
Karena penggunaan sayyidina tersebut berlebihan dan cenderung mengkultuskan maka Nabi melarangnya.
"Apa kata Nabi, jangan angkat pengkultusan saya berlebihan seperti Nabi Isa dikultuskan oleh umat Nasrani," terang Ustaz Adi Hidayat.
"Maksud Nabi menolak panggilan itu bukan menapikkan kata Sayyidina dipanggil kepada Nabi karena Nabi pun menyebut Umar Sayyid, Abu Bakar Sayyidul, maka Nabi mengatakan pada dirinya saya adalah Sayyid bagi seluruh anak cucu Adam," lanjutnya.
Adapun menurut Ustaz Adi Hidayat, di Madinah juga sudah biasa pengucapan shalawat menggunakan Sayyidina.
"Kalau saya katakan anda sayyid kami maka bahasa Arabnya sayyidina, maka kita katakan Sayyidina Muhammad, anda penghulu kami, anda contoh teladan kami," ujar Ustaz Adi Hidayat.
"Itu biasa, di Madinah juga mengucapkan shalawat allahumma shalli'ala sayyidina Muhammad, di Mekkah demikian, saya hidup tinggal di beberapa tempat di Arab itu enggak ada masalah, yang dilarang itu mengkultuskan," lanjutnya.
Lalu bagaimana jika dalam shalat, apakah boleh pakai sayyidina?
"Dalam shalat ada ikhtilaf, ada yang membenarkan, ada yang tidak," jelas Ustaz Adi Hidayat.
Secara pribadi, Ustaz Adi Hidayat lebih cenderung untuk tidak pakai sayyidina dalam shalat.
"Tapi saya mendukung untuk tidak mengucapkan itu dalam shalat karena yang dipertuankan dalam shalat hanya Allah SWT," ujar Ustaz Adi Hidayat.
"Karena itu tahiyyat dalam riwayat yang sahih ketika Nabi mengucapkan kalimat tahiyyat itu tidak ditemukan kalimat sayyidina," lanjutnya.
Ada dua alasan mengapa Ustaz Adi Hidayat lebih cenderung tidak menggunakan sayyidina dalam shalat.
"Maka dalam shalat kalau saya lebih cenderung kepada kalimat yang tidak menggunakan kata sayyidina dengan dua alasan," kata Ustaz Adi Hidayat.
"Pertama, karena yang dipertuankan hanya Allah pada saat itu, alasan kedua, mengikuti kalimat yang langsung diajarkan oleh Nabi," lanjutnya.
Wallahua'lam.
(far)
Dapatkan berita menarik lainnya dari tvOnenews.com di Google News, Klik di Sini
Load more