Jakarta,tvOnenews.com-Mudik merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang rantau untuk pulang ke kampung halaman nya. Mudik sendiri di Indonesia biasa dilakukan saat hari raya idul fitri. Sedangkan safar adalah perjalanan yang jauh yang ditempuh secara waktu kisarannya 80 Kilometer.Dan apakah kemudian safar diperbolehkan tidak melakukan puasa? Berikut penjelasan Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa safar belum tentu diperbolehkan tidak puasa. Diukur dari jarak perjalanan nya dan tingkat kesulitan melakukan safar itu.
“Nah apakah kemudian safar yang dimaksudkan bisa membolehkan kita berbuka puasa? Belum tentu,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
“Karena ulama pun memberikan sebab kedua dari safar ini, yaitu disebut masyaqqah. Masyaqqah itu kadar kesulitan perjalanan yang membuat kesulitan untuk menunaikan ibadah puasa.” Sambung Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat juga menceritakan sepenggal cerita kisah seorang yang terlihat lemas saat berpuasa dan sedang melakukan safar, lalu nabi menyuruh orang itu untuk berbuka. Namun ketika orang lain juga melakukan safar, tapi tidak disuruh berbuka oleh Rasulullah. Safar dinyatakan boleh berbuka puasa dilihat dari tingkatan kesulitan dari perjalanan nya itu sendiri.
“Disebut dalam riwayat, seorang menjalani satu perjalanan, tiba-tiba dia kelelahan dan beristirahat di bawah satu naungan pohon, lalu nabi datang dan bertanya ‘Kenapa anda begini?’ dia katakan saya puasa, lalu nabi berkata ‘Tidak bagus kamu berpuasa dalam keadaan safar’. Tapi orang-orang ada yang melakukan safar, melakukan perjalanan di luar sana tapi tetap berpuasa dan tidak dilarang nabi,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Load more