tvOnenews.com - Tak sedikit umat muslim yang ikut puasa Ramadhan akan tetapi tidak shalat lima waktu.
Padahal shalat dan puasa di bulan suci Ramadhan sama-sama ibadah wajib bagi setiap muslim.
Terkecuali bagi orang-orang dengan kondisi tertentu seperti udzur, sakit, musafir dan sebagainya, boleh tidak berpuasa Ramadhan.
Puasa di bulan suci Ramadhan merupakan puasa wajib dalam Islam, sehingga apabila tidak mengerjakannya maka akan mendapatkan dosa besar.
Dalam salah satu ceramahnya, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bagaimana hukum orang yang ikut puasa Ramadhan tapi tidak shalat fardhu.
Dalam Islam sudah dijelaskan hal-hal yang membatalkan puasa secara langsung, seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan lain-lain.
Kemudian jika seseorang melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, maka jelas puasanya akan batal.
Lantas, bagaimana jika ada seseorang yang berpuasa tapi tidak shalat fardhu? Berikut penjelasan Ustaz Adi Hidayat.
Seperti diketahui, bahwa shalat fardhu atau shalat lima waktu merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim.
Lantas apakah jika seseorang mengerjakan puasa Ramadhan tapi tidak shalat, apakah puasanya akan tetap diterima?
Melansir dari YouTube Ustaz Adi Hidayat, Rabu (27/3/2024) beliau menjelaskan bahwa setiap perilaku yang dikerjakan manusia akan dinilai, termasuk saat berpuasa.
Lebih lanjut Ustaz Adi Hidayat menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan dalam hadist terkait hal ini.
Bahwa orang yang puasa tapi masih berkata kotor dan berbuat tercela, maka Allah SWT tidak butuh puasa Ramadhan yang dikerjakannya.
Menurutnya, hadist tersebut menggunakan bahasa yang sangat tegas tentang hukum orang yang berpuasa tapi masih mengerjakan perbuatan tercela.
"Nabi pernah menyampaikan, siapapun orang-orang yang puasa, meninggalkan makan-minumnya, tapi dia tidak terputus dengan kata-kata yang kotor, perbuatan tercela, maka Allah tidak butuh pada puasanya," kata Ustaz Adi Hidayat.
Perbuatan tercela yang dimaksud bisa mencuri, mencela, berdusta, memfitnah, dan lain-lain.
"Jadi kalau ada orang puasa yang suka mencuri, ada orang puasa yang suka mencela, kata Nabi, Allah tidak butuh pada puasanya. Ini bahasa yang sangat tegas," papar Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat menerangkan bahwa hadist tersebut berarti memberikan isyarat bahwa jangan sekali-kali menyandingkan puasa dengan maksiat.
Sebab puasa Ramadhan merupakan ibadah yang fungsinya untuk menutup maksiat.
"Artinya, jangan sekali-kali menyandingkan puasa dengan maksiat. Anda puasa fungsinya menutup maksiat," paparnya.
Ilustrasi Ikut puasa Ramadhan tapi tidak shalat, bagaimana hukumnya?. Source: istockphoto
"Jadi kalau ada orang puasa tapi masih mengerjakan maksiat, ada yang salah dengan puasanya," terangnya menambahkan.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, dalam hadist diterangkan bahwa puasa yang benar itu akan memberikan perisai dari kemaksiatan.
Maka orang yang berpuasa akan memiliki perisai dari hal-hal buruk, termasuk meninggalkan shalat.
"Jadi kalau dia benar puasanya, dia akan punya perisai dari yang buruk, yang kotor, yang tidak baik, dibuang," kata Ustaz Adi Hidayat.
Maka jelas orang berpuasa harus meninggalkan kata-kata kotor, perbuatan kotor, dan perbuatan maksiat. Jika dikerjakan, maka puasanya tidak bernilai.
"Maka orang puasa tidak boleh mengerjakan sesuatu yang kotor, kata-kata kotor, perbuatan kotor, dan lain-lain. Begitu dikerjakan, tidak ada nilai puasanya," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Lebih lanjut, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan ada hal-hal yang membatalkan puasa dan ada yang merusak pahala puasa.
Membatalkan puasa secara langsung seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan lainnya.
Sementara hal-hal yang merusak pahala puasa di antaranya ghibah, mencela, berdusta, dan hal-hal buruk lainnya.
Ustaz Adi Hidayat juga menjelaskan Allah tidak butuh puasanya orang yang berbuat jahala.
Dalam Islam, jahala merupakan perbuatan bodoh dan bisa menyebabkan maksiat bagi seseorang.
Misalnya, Anda tetap mengerjakan sesuatu meskipun sudah tahu itu perbuatan yang salah.
Contoh sederhana yakni bergosip, orang sudah tahu kalau bergosip merupakan dosa, tapi tetap menikmatinya.
Perbuatan jahala lainnya yaitu perbuatan yang bisa menurunkan kehormatan, sehingga menyebabkan orang lain melakukan dosa.
Misal, ada orang dewasa mengendarai sepeda mainan anak-anak keliling kompleks sehingga menyebabkan orang lain bergunjing, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan jahala atau tidak pantas.
"Orang yang berbuat jahala, maka Allah tidak butuh puasanya, apalagi meninggalkan shalat," tegas Ustaz Adi Hidayat.
(udn)
Baca artikel tvOnenews.com terkini dan lebih lengkap, klik google news.
Ikuti juga sosial media kami;
twitter @tvOnenewsdotcom
facebook Redaksi TvOnenews
Load more