Jakarta, tvOnenews.com - Pada 10 malam terakhir Ramadhan, setiap Muslim sebaiknya banyak melakukan ibadah. Hal ini karena akan ada malam istimewa yang bernama Lailatul Qadar.
Hal itu sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas RA.
Dia berkata,
Suatu ketika, Nabi Muhammad menceritakan sebuah kisah tentang seorang lelaki dari Bani Israel kepada para sahabatnya.
Ia selalu membawa pedang di antara kedua pundaknya selama 1000 tahun yang ia gunakan untuk berjuang di jalan Allah.
Para sahabat pun dibuat kagum mendengar kisah tersebut dan mereka pun bertanya kepada Nabi:
“Apakah kami juga bisa mendapatkan pahala yang sama seperti lelaki itu, wahai Rasulullah?”
“Aku tak tahu pasti...” jawab Rasulullah.
Nabi berharap agar umatnya juga bisa menyamai pahala lelaki tersebut.
Lantas beliau memohon seraya berkata:
يا رب, جعلت أمتي أقصر الأمم أعمارا وأقلها أعمالا...
“Ya Allah, Engkau jadikan umatku sebagai umat dengan umur paling singkat, amal mereka pun tak seberapa banyak...”
Mengetahui kekasihnya memohon, Allah SWT kemudian mengabulkan permintaan sang kekasih.
Bahkan Allah memberikan Nabi hal yang lebih baik dari 1000 bulan, yakni satu malam yang dinamakan Lailatul Qadar.
Dengan adanya malam ini, maka umat Nabi Muhammad SAW tidak usah repot-repot harus menenteng pedang untuk berjihad di jalan Allah, seperti lelaki Bani Israel tadi.
Mereka hanya perlu menemukan satu malam itu di bulan Ramadhan dan malam ini selalu ada di setiap bulan Ramadan sampai hari kiamat tiba.
Lailatul Qadar merupakan keistimewaan yang hanya dimiliki oleh kita, umat Nabi Muhammad SAW.
Maka alangkah beruntunglah kita menjadi umat terbaik, sebab memiliki Nabi yang terbaik pula.
Sosok lelaki yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW ternyata bernama Syam’un, ia merupakan seorang Nabi.
Ia telah berperang melawan banyak musuh selama 1000 bulan lamanya, pelana kudanya pun selalu basah dan tak pernah kering.
Ia selalu memukul mundur pasukan orang kafir berkat kemampuan fisik dan keberanian yang luar biasa, nyali musuh pun ciut saat berhadapan dengannya.
Mereka sadar tidak akan bisa mengalahkan Nabi Syam’un dalam hal adu fisik, mereka mengirim utusan untuk menemui dan menawarkan barang mewah kepada istrinya.
Mereka menjanjikan sebuah guci yang terbuat dari emas dan dipenuhi dengan emas pula, jika ia bisa mengikat suaminya agar pasukan bisa menahannya di markas dan mereka tak perlu risau dengan kekuatannya lagi.
Ketika Nabi Syam’un tertidur pulas, sang istri mulai menjalankan aksinya dengan mengikatkannya dengan tali yang terbuat dari akar serabut.
Setelah terbangun dari tidurnya, Nabi Syam’un berusaha agar terlepas dari ikatan yang menjeratnya, dengan kekuatan fisik yang ia miliki, Nabi Syam’un bisa terlepas dengan begitu mudah.
Dia pun menanyakan tentang alasan sang istri melakukan hal itu, istrinya pun menjawab kalau dia hanya ingin menguji seberapa besar kekuatan suaminya itu.
Setelah gagal mengikatnya menggunakan akar serabut, dilakukanlah percobaan kedua dengan menggunakan rantai dan kembali gagal.
Lalu, datanglah iblis membisikkan salah satu pasukan agar meminta sang istri untuk mencari tahu tentang kelemahan suaminya, maka sang istri pun menanyainya dan sang suami pun menjawab bahwa kelemahanya adalah rambut panjangnya.
Nabi Syam’un memiliki rambut yang panjang, bahkan hampir menyentuh tanah sangking panjangnya.
Setelah suaminya tertidur, sang istri mulai memotong rambut suaminya secara diam-diam, potongan rambut tersebut kemudian digunakan untuk mengikat tangan dan kaki sang suami. Tak berselang lama, datanglah bala pasukan untuk menangkap dan membawa Nabi Syam’un ke markas mereka untuk disiksa dan dieksekusi mati.
Markas musuh sangat tinggi dan luas, bangunan itu memiliki satu tiang inti dan di tiang itulah Nabi Syam’un disiksa dengan amat sadis.
Ia pun bermunajat kepada Allah agar ia diberikan kekuatan untuk bisa melepas tali yang melilitnya dan bisa mendorong tiang utama sehingga bangunan tersebut bisa roboh serta ia bisa keluar dengan selamat.
Permintannya dikabulkan oleh Allah SWT, kekuatannya pulih sepenuhnya.
Dengan kekuatan itu ia bisa melepaskan diri dan membuat tiang utama goyah, hingga pada akhirnya tiang itu berhasil dijatuhkan diikuti oleh atap bangunan yang juga jatuh menimpa pasukan yang ada di bawahnya.
Tak ada yang selamat dari kejadian itu, termasuk istri Syam’un.
Satu-satunya orang yang selamat dari peristiwa itu adalah Syam’un, berkat munajatnya kepada Allah.
Itulah kisah Syam’un, sosok yang ada di balik malam Lailatul Qadar.
Wallahu’alam
(Sofyan Qurthuby/put)
Load more