Setelah pembangunan selesai, Tjong A Fie menyerahkan Masjid Lama ini kepada Sultan Ma'mun Al Rasyid yang merupakan putra sulung Sultan Osman.
"Pertama kali itu ditunjuk oleh sultan untuk memakmurkan masjid adalah Syekh Haji Muhammad Yakub. Beliau salah seorang penasehat di Kesultanan Deli waktu itu," ungkap Nasrun.
Sejak Syekh Haji Muhammad Yakub memiliki tugas baru menjadi nazir Masjid Lama, maka Yakub berkolaborasi dengan Datuk Kesawan Muhammad Ali melakukan berbagai inovasi.
Salah satu inovasi yang bisa dijumpai para jemaah Masjid Bengkok hingga kini adalah bubur anyang khas Melayu ketika Ramadhan tiba. "Sejak pertama dulu, kalau bulan puasa disediakan bubur anyang. Dulunya bubur ini dibagikan ke warga kampung dan jemaah untuk berbuka puasa di masjid ini," kata Nasrun.
Multietnis di Kota Medan
Sejarawan Universitas Negeri Medan, Prof Dr Phil Ichwan Azhari, MS, menyebut arsitektur Masjid Lama cenderung bergaya Tiongkok karena dibangun saudagar dermawan Tjong A Fie.
Hal ini tidak terkait multietnis di wilayah ibu kota Provinsi Sumatera Utara, termasuk bangsa luar negeri yang terus berkembang sejak ratusan tahun lalu di Kota Medan.
"Orang Melayu di Medan sebagai tuan rumah, tapi dia tidak bisa mewarnai karena dominannya para pendatang," kata Ichwan.
Sensus penduduk pada 2020 oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan sebaran penduduk di Kota Medan sekitar 2,43 juta orang atau 16,46 persen dari total penduduk di Sumatera Utara.
Load more