Jakarta, tvOnenews.com - Mudik atau kembali ke udik (kampung dan desa) merupakan salah satu tradisi jelang hari raya.
Bagi masyarakat urban, momen mudik akan selalu dinanti.
Meksi butuh tenaga ekstra dan biaya yang tidak sedikit, namun masyarakat akan tetap semangat untuk kembali ke tempat asalnya.
Hal ini berarti, sekitar 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia akan melakukan pergerakan dari satu daerah ke daerah lain.
Selain pergerakan orang dalam skala besar, mudik juga diprediksi membawa pengaruh perputaran uang di jalur-jalur mudik sampai kampung-kampung di pelosok negeri.
Jika setiap kepala keluarga atau perorangan melakukan mudik dengan berbekal sekitar tiga juta rupiah saja, maka perputaran uang selama mudik di daerah seluruh Indonesia diprediksi mencapai Rp157,3 triliun.
Mudik dapat dikatakan sebuah hajat besar secara nasional yang harus disukseskan, sekalipun tidak ada panitia penyelenggaranya.
Pemerintah hanya bertanggung jawab memberikan pelayanan umum dan bukan sebagai pelaksana penyelenggaraan mudik.
Inilah keunikan mudik sebagai bentuk partisipasi publik secara luas.
Sukses dan tidaknya, aman dan tidaknya, lancar dan tidaknya, serta nyaman dan tidaknya pada prinsipnya sangat ditentukan oleh komitmen bersama, dari tiap-tiap masyarakat yang menjalani mudik.
Secara psikis, komitmen biasanya beririsan dengan spirit dan motivasi.
Masyarakat berduyun-duyun melakukan perjalanan darat, laut, dan udara menjelang lebaran pada dasarnya karena spirit dan motivasi dapat merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan sanak famili di kampung halaman.
Dengan kata lain setiap pemudik harus menciptakan keamanan dan ketertiban selama perjalanan supaya sampai di kampung halaman secara aman.
Tanpa komitmen ini bisa jadi gambaran suasana kampung halaman yang tentram dan menggembirakan dengan berkumpul bersama keluarga tidak dapat direalisasikan.
Secara teologis, spirit dan motivasi mudik tak ubahnya seperti perjalanan hidup manusia.
Dari mana asal manusia maka ke situ pula manusia kembali.
Manusia pada dasarnya ingin kembali dengan selamat. Dalam agama, manusia yang dapat kembali dengan selamat digambarkan sebagai manusia yang berjiwa tenang (nafsul mutmainnah), dilansir dari laman Kementerian Agama (Kemenag) RI..
Nafsul mutmainnah adalah jiwa pada diri orang-orang yang patuh dan taat.
Kepada siapa?
Secara agama kepatutan dan ketaatan manusia ditujukan kepada Tuhan yang mengatur dunia. Tuhan adalah sumber dari asal-usul manusia dan kelak manusia akan kembali menghadap kepada-Nya, yang mematuhi ajaran agama maka ia akan kembali kepada Tuhannya dengan ketenangan dan kebahagiaan yang luar biasa (Rabbika radiyyatan mardhiyyah).
Mudik diilustrasikan dengan perjalanan kembalinya manusia kepada Tuhan merupakan spirit yang patut diperhatikan. Tujuannya supaya pemudik dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa selama melakukan perjalanan dari kota ke desa.
Pada akhirnya kita semua berharap supaya mudik lebaran Idul Fitri 1445 H berjalan lancar dan aman.
Seluruh tenaga dan biaya yang dikeluarkan para pemudik untuk dapat berkumpul dengan keluarga dan saudara di kampung halaman semoga menjadi energi positif untuk kepentingan bersama. (M. Ishom el-Saha/put)
Load more