Hal senada disampaikan Nurman Kholis dari BRIN. Dia mengungkapkan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi adalah kurangnya rujukan kamus yang valid untuk Bahasa Betawi.
“Para penerjemah dan juga akademisi dalam bidang Bahasa Betawi sangat perlu menaruh atensi atas perlunya pengembangan kamus istilah keagamaan dalam Bahasa Betawi untuk memudahkan proses penerjemahan ditambah Bahasa Betawi merupakan salah satu bahasa daerah terkenal di Indonesia dan sangat kental akan budayanya,” ujar Nurman.
Diskusi juga membahas sinkronisasi antara akademisi dan praktisi budayawan dalam proses penerjemahan Al Quran dalam Bahasa Betawi. Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi H. Beky turut menekankan bahwa sinkronisasi penting untuk memastikan terjemahan tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Betawi secara kultural dan religius.
Program penerjemahan Al Quran dalam Bahasa Betawi juga diharapkan akn menghasilkan produk yang bermanfaat, seperti buku-buku dan kamus-kamus, yang dapat memperkaya warisan budaya Betawi dan memudahkan akses masyarakat Betawi terhadap pesan-pesan Al Quran. (ant/iwh)
Load more