tvOnenews.com - Bulan syawal memiliki identik jaga semangat umat Islam untuk terus meraih amalan dan ibadah.
Selama Syawal berharap tren ibadah umat Islam harus tetap dijaga meski saat Ramadhan memiliki kenaikan signifikan.
Pasalnya sebagian spirit ibadah umat Islam sering mengalami tren penurunan selama di bulan Syawal.
Dari hal itu, penting bagi umat Islam merenungi kembali betapa pentingnya ibadah untuk menambah amalan selama Syawal.
Upaya mempertahankan dan peningkatan kualitas maupun kuantitas ibadah pasca Ramadhan sudah sejalan dengan Firman Allah SWT dari Surat Al-Hasyr ayat 18, begini bunyinya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Ḥasyr: 18)
Di sisi lain penerapan dalam menjaga kualitas dan kuantitas ibadah selama Syawal terdiri dari 3M, yakni muhasabah, mujahadah, dan muraqabah diri yang dilansir dari kanal resmi MUI.
Kegiatan evaluasi dan introspeksi diri untuk perbaiki ibadah selama di bulan Ramadhan.
Biasanya kegiatan ini mengajukan sejumlah pertanyaan refelektif yang ditujukan kepada diri sendiri.
Terutama pada pertanyaan tentang hakikat dan makna selama ibadah di bulan Ramadhan.
Hal itu akan menimbulkan motivasi agar kita kembali dan terus beribadah sesuai dengan Hadits riwayat Tirmidzi terkait sabda Rasulullah SAW tentang muhasabah, begini bunyinya:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: "Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR Tirmidzi)
Diri kita berjanji untuk bersungguh-sungguh terhadap itikad mempertahankan tren upaya ibadah pada bulan Ramadhan.
Kesungguhan seseorang untuk membangunkannya memanglah sulit, tetapi kita harus mengingat ibadah kepada Allah SWT bersifat kontinuitas.
Allah SWT juga memberikan motivasi kepada orang yang bersungguh dan berjanji untuk menjaga ibadahnya sesuai firman-Nya yang tertuang di dalam Al Quran surat Al-Ankabut ayat 69.
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang orang yang berbuat baik.”
Kegiatan ini upaya mendekatkan dan merasa dekat dengan Allah SWT.
Ini berkaitan terhadap kewaspadaan dalam menunjukkan perilaku dan beribadah kepada Allah SWT.
Bahwasanya dari kewaspadaan ini akan memicu kesadaran diri yan diperoleh seseorang tentang hakikat manusia sesuai dengan Hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu...” (HR Bukhari)
Ketiga aktivitas itu bukti menunjukkan umat Islam sebagai hakikat penghambaan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Semoga bermanfaat.
(hap)
Load more