Jakarta, tvOnenews.com - Sabar adalah satu ibadah yang tinggi. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Bani Adam untuk bersabar. Selain memperoleh ganjaran pahala untuk hamba yang bersabar, sifat sabar juga banyak mengandung faedah. Khusus untuk kaum wanita, sabar adalah satu kunci agar mendapat ridha Allah dan surga. Ada sebuah kisah dari Ummul Mukkminin, yang bisa menjadi pelajaran bagi para wanita dan para istri pada khususnya.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا
وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
هذا أمر من الله تبارك وتعالى لرسوله صلى الله عليه وسلم بأن يخير نساءه بين أن يفارقهن فيذهبن إلى غيره ممن يحصل لهن عنده الحياة الدنيا وزينتها وبين الصبر على ما عنده من ضيق الحال ولهن عند الله تعالى في ذلك الثواب الجزيل فاخترن "وأرضاهن الله ورسوله والدار الآخرة فجمع الله تعالى رضي الله عنهن كلهن بعد ذلك بين خير الدنيا وسعادة الآخرة.
"Ini merupakan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, ditujukan kepada Rasul-Nya agar Rasul memberitahukan kepada istri-istrinya, hendaknyalah mereka memilih antara diceraikan, lalu bebas kawin lagi dengan lelaki lain yang dapat memberi mereka kesenangan duniawi dan perhiasannya, atau tetap bersabar bersama Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang hidupnya begitu sederhana dan apa adanya, dimana nantinya dengan keadaan seperti itu kelak mereka akan mendapat pahala yang berlimpah di sisi Allah bila mereka bersabar. Ternyata para istri nabi pada akhirnya memilih Allah Ta'ala, rasulNya dan pahala di akhirat. Maka Allah menghimpunkan bagi mereka sesudah itu kebaikan dunia dan kebahagiaan di akhirat". (Tafsir Qur'anil 'Azhim)
"Allah Ta'ala hendak mengumpulkan para istri nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tatkala mereka menyaksikan para wanita Anshor dan Muhajirin dilapangkan dalam urusan nafkah karena adanya kemudahan dan kelapangan rizki di kalangan penduduk Madinah. Para istri nabi tersebut ingin meminta kelapangan dalam urusan nafkah sebagai teladan bagi yang lain. Jumlah mereka ketika itu ada sembilan orang. Maka hal itu (keinginan mereka tersebut) disampaikan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha kepada rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Beliau merasa prihatin mendengar hal itu mengingat ketidakmampuannya memenuhi permintaan mereka. Lantas beliau duduk di sebuah biliknya dan menyendiri di sana selama sebulan penuh sampai akhirnya Allah Ta'ala menurunkan ayat penawaran pilihan ini." (Aisarut Tafasir li Kalamil 'Aliyyil Kabir: lV / 262)
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم جَاءَهَا حِينَ أَمَرَهُ اللَّهُ أَنْ يُخَيِّرَ أَزْوَاجَهُ، فَبَدَأَ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "إِنِّي ذَاكِرٌ لَكِ أَمْرًا، فَلَا عَلَيْكِ أَنْ لَا تَسْتَعْجِلِي حَتَّى تَسْتَأْمِرِي أَبَوَيْكِ"، وَقَدْ عَلمَ أَنَّ أَبَوَيَّ لَمْ يَكُونَا يَأْمُرَانِي بِفِرَاقِهِ. قَالَتْ: ثُمَّ قَالَ: "وَإِنَّ اللَّهَ قَالَ: {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ} إِلَى تَمَامِ الْآيَتَيْنِ، فَقُلْتُ لَهُ: فَفِي أَيِّ هَذَا أَسْتَأْمِرُ أَبَوَيَّ؟ فَإِنِّي أُرِيدُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ
Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri yang mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, bahwa Aisyah radhiyallahu 'anha, istri Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam datang kepadanya saat Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepadanya agar memberitahukan hal ini kepada istri-istrinya. Istri yang mula-mula didatangi Rasulullah adalah dia(Aisyah) sendiri, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku akan menuturkan kepadamu suatu urusan, maka janganlah engkau tergesa-gesa mengambil keputusan sebelum meminta pendapat dari kedua ibu bapakmu. Rasulullah telah mengetahui bahwa kedua orang tuaku (Aisyah) belum pernah memerintahkan kepadaku untuk berpisah dari beliau. Kemudian Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan firman-Nya: Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu. (Al-Ahzab: 28), hingga akhir kedua ayat berikutnya. Maka aku menjawab, "Apakah karena urusan itu aku diperintahkan untuk meminta saran kepada kedua orang tuaku? Sesungguhnya aku hanya menginginkan Allah dan Rasul-Nya serta negeri akhirat."
bahwa suatu ketika sahabat Abu Bakar radhiyallahu 'anhu datang dan meminta izin untuk menemui Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Pada saat itu orang-orang berada di depan pintu rumah beliau sedang duduk-duduk menunggu. Sedangkan Nabi sedang duduk di dalam rumahnya, beliau tidak mengizinkan Abu Bakar untuk masuk. Kemudian datanglah Umar radhiyallahu 'anhu dan meminta izin untuk masuk, tetapi ia pun tidak diizinkan masuk. Tidak lama kemudian Abu Bakar dan Umar diberi izin untuk masuk, lalu keduanya masuk. Saat itu Nabi sedang duduk, sedangkan semua istrinya berada di sekelilingnya, beliau hanya diam saja. Umar berkata dalam hatinya bahwa ia akan berbicara kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam suatu pembicaraan yang mudah-mudahan akan membuat beliau dapat tersenyum. Maka Umar berkata, "Wahai Rasulullah, seandainya anak perempuan Zaid (yakni istri dia sendiri) meminta nafkah kepadaku, pastilah aku akan menamparnya." Maka Nabi tersenyum sehingga gigi serinya kelihatan, lalu bersabda: Kebetulan mereka pun yang ada di sekelilingku ini meminta nafkah kepadaku. Maka Abu Bakar bangkit menuju tempat Aisyah dengan maksud akan memukulnya. Umar bangkit pula menuju tempat Hafsah dengan maksud yang sama. Lalu keduanya berkata, "Kamu berdua meminta kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam nafkah yang tidak ada padanya?" Tetapi Nabi melarang keduanya. Dan semua istri beliau berkata, "Demi Allah, kami tidak akan lagi meminta kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sesudah pertemuan ini sesuatu yang tidak ada padanya." Dan Allah menurunkan ayat khiyar, lalu beliau memulainya dari Aisyah, Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku akan menceritakan kepadamu suatu urusan yang aku tidak suka bila engkau tergesa-gesa mengambil keputusan tentangnya sebelum engkau meminta saran dari kedua orang tuamu." Aisyah bertanya, "Urusan apakah itu?" Maka Nabi membacakan kepadanya firman Allah Ta'ala: Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu. (Al-Ahzab: 28), hingga akhir ayat. Aisyah berkata, "Apakah berkenaan dengan engkau aku harus meminta saran kepada kedua orang tuaku? Tidak, bahkan aku tetap memilih Allah subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Dan aku meminta, sudilah engkau tidak menceritakan kepada istrimu yang lain tentang pilihanku ini." Maka Rasulullah menjawab:
إِنَّ الله تعالى لَمْ يَبْعَثْنِيْ مُعَنِّفًا وَلَكِنْ بَعَثَنِيْ مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا لَا تَسْأَلْنِيْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ عَمّا اخْتَرْتِ إلَّا أَخْبَرْتُهَا
"Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang kejam, melainkan Dia mengutusku sebagai pengajar lagi pemberi kemudahan. Tiada seorang wanita pun dari mereka yang menanyakan kepadaku tentang pilihanmu melainkan aku akan menceritakan kepadanya tentang pilihanmu itu"
Kecerdasan dan kemuliaan istri-istri nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, dimana mereka diberikan pilihan yang berat yaitu memilih antara kenikmatan kehidupan dunia atau tetap berada disisi rasulullah dan membantu perjuangan beliau serta mengharap pahala disisi Allah dengan berbagai resiko yang ada, lalu mereka memilih kebahagian akhirat dengan tetap bersama rasulullah dalam kefakiran dunia. Dan pilihan yang mereka lakukan ini memiliki indikasi jelas bahwa CINTA DUNIA dan CINTA AKHIRAT tidak akan pernah bertemu serta tidak akan mungkin terhimpun secara bersamaan dalam hati orang yang lurus imannya. Sebab condong kepada dunia melemahkan keimanan, sedangkan keteguhan diatas keimanan pasti melemahkan dunia di dalam hati seorang muslim.
Allah menurunkan ayat diatas (surat al-Ahzab: 28 dan 29) adalah sebagai kritikan terhadap sebuah kejadian, kususnya bagi para istri nabi. Dan kedua ayat tersebut memberikan contoh, serta pelajaran agar dapat dijadikan sebagai teladan bagi setiap muslimah dimanapun dan kapanpun.
Allah Ta'ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah". (Qs. Al-Ahzab: 21)
Dalam kasus ini, para istri nabi menjadi teladan utama bagi kaum muslimah yang menanggung beban diatas jalan dakwah serta lebih memilih keras dan sulitnya kehidupan dengan tetap komitmen pada iman daripada kemewahan, kenikmatan dan kelapangan hidup yang disertai kekufuran. Mereka telah memberikan contoh terbaik dalam hal ini yang tetap terukir sebagai pelajaran disepanjang sejarah.
Sudah menjadi tabiat wanita bahwa setinggi apapun kedudukannya, kecenderungan kepada dunia adalah tabiat dan wataknya. Oleh sebab itu watak seperti ini harus terus diluruskan dan dibatasi dengan batasan-batasan syari'at yang jelas nan baku. Karena jika seorang wanita dibiarkan begitu saja bersama hasrat-hasrat duniawi yang remeh, tentu nyala keimanan dalam hatinya akan padam. Ia akan lalai dari kenikmatan akhirat dan usaha untuk mendapatkan keridhoan Allah sehingga Ia akan merasa berat melakukan berbagai ibadah ketaatan.
Oleh karena itu seorang lelaki dengan kekuasaannya dalam rumah tangga harus terjun langsung dalam memikul tanggung jawab rumah tangganya, ia harus meluruskan watak, membatasi angan-angan duniawi dan memotivasi istrinya dengan apa yang ada disisi Allah berupa surga dan kenikmatannya. Seorang lelaki tidak boleh bosan mengingatkan istrinya tentang hinanya kehidupan dunia, dan cepat atau lambat kita semua akan meninggalkannya. Rasulullah bersabda:
إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ ، و إنّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُم فيها فَنَاظِرٌ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ
"Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah memilih kalian sebagai khalifah padanya lalu Allah melihat bagaimana kalian beramal" (HR Muslim)
1. Hendaklah para wanita mempraktekkan hadits rasulullah berikut ini.
تَعِسَ عَبْدُ اَلدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
"Celakalah hamba-hamba dinar dirham dan kain beludru. Jika diberi ia rela dan jika tidak diberi ia tidak rela." (HR Bukhari)
- Janganlah menjadi orang yang jika diberi kemewahan dunia maka hatinya senang serta muncul kemesraannya terhadap suami, namun jika nafkahnya kurang maka hatinya jengkel dan hilang kemesraannya dalam rumah tangganya.
Ingatlah wahai saudariku muslimah !
Jika engkau sering galau karena kurangnya nafkah dunia maka mestinya engkau sangat galau ketika tidak adanya nafkah akhirat berupa bimbingan dan pengajaran ilmu agama. Dan jika engkau tidak ridho dengan kekurangan nafkah duniamu maka tentu engkau harus lebih tidak ridho lagi jika nafkah ilmu agamamu berkurang.
Hasan al-Bashri berkata: "Barangsiapa yang mencintai dunia dan ia merasa senang dengannya maka akan lenyap rasa takut terhadap akhirat dari dalam hatinya."
2. Wahai saudariku muslimah!, sesungguhnya siapa yang melihat kepada dunia dwngan pandangan jernih, ia akan yakin bahwa kenikmatannya adalah ujian, kehidupannya adalah masalah dan kesusahan, kejernihannya adalah keruh, pemiliknya selalu dalam suasana takut kehilangan.
Saudariku !
Dunia ini kalau bukan kenikmatan semu, berarti ia cobaan yang datang atau kenikmatan yang membunuh.
Saudariku agar engkau tidak terus berada dalam suasana keruh tentang kehidupan dunia maka amatilah sabda nabi berikut ini !
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ, وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ, فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اَللَّهِ عَلَيْكُمْ
"Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (Muttafaq Alaihi)
Saudariku!
Ambillah kebaikan-kebaikan dunia yang Allah halalkan bagimu, namun tetap terukur, sehingga engkau tidak menjadi mangsa baginya.
Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasiq." (Qs. Al-Hasyr: 19)
3. Jadikanlah segala aktifitasmu di dalam rumahmu sebagai ibadah. Dengan begitu engkau akan menganggapnya sebagai pekerjaan yang mengantarkanmu kepada kebahagiaan akhirat sehingga engkau dengan ikhlas melakukannya dan tidak membutuhkan pekerjaan yang lain.
Rasulullah bersabda :
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
"Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari". Ditanyakan: "Apakah mereka mengingkari Allah?" Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu". (HR. Bukhari)
Bukanlah merupakan suatu keadilan jika kita dalam keadaan marah lalu kita mengingkari semua kebaikan suami. Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata : Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
ثلاث لا يقبل الله لهم صلاة ...... و المرأة الساخط عليها زوجها
"Tiga golongan yang Allah tidak menerima sholat mereka, yakni .... dan wanita yang suaminya murka kepadanya." (Hr Thabroni dan Ibnu Hibban dalam shahihnya)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
"Wahai para wanita bersedekahlah dan perbanyaklah istigfar. Karena sesungguhnya aku melihat mayoritas kalian adalah penghuni neraka, dikatakan karena sebab apa wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : Kalian banyak melaknat dan mengkufuri suami." (Hr Bukhari)
Wahai saudariku !
Perbanyaklah bersedekah serta perbanyaklah beristigfar terutama ketika kalian sedang marah dan menyakiti suami dengan sebab yang tidak benar.
Rasulullah bersabda :
لَا تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا إِلَّا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ لَا تُؤْذِيهِ قَاتَلَكِ اللَّهُ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ أَوْشَكَ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا
"Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya didunia melainkan istrinya dari kalangan bidadari yang bermata jeli akan berkata, Jangan engkau sakiti dia. Semoga Allah membinasakanmu, Sesungguhnya dia disismu tidak lain seperti seorang yang mampir saja, yang hampir meninggalkanmu menuju kepada kami." (Hr Tirmidzi dan Ibnu Majah dan dishohihkan oleh al-Bani)
Saudariku muslimah !
Terkadang jiwamu condong untuk membuat masalah serta memberikan rasa yang tidak nyaman kepada suamimu dalam masalah-masalah yang sebenarnya kecil dan sepele. Sebab itu ingatlah bahwa para bidadari jannah mendoakan kejelekan kepadamu atas sikapmu yang tidak ramah terhadap suamimu.
Allah berfirman :
لئن شكرتم لأزيدنكم
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya pasti Aku akan menambahkan nikmat kepadamu." (Qs Ibrahim : 7)
Sebagai penutup marilah kita renungi ucapan berikut ini !
Ali bin Zaid berkata dari Hasan, bahwa ia berkata :"Wanita mana saja yang mengatakan pada suaminya, Aku tidak melihat ada suatu kebaikan padamu, maka amalannya telah gugur." (Lihat Faidhul Qadir 1/411)
Wabillahi taufiq
(fis)
Load more