tvOnenews.com - Sholat menjadi salah satu kewajiban ibadah yang dilakukan umat Muslim.
Seringkali seseorang merasa gatal pemicu adanya gerakan fisik di luar rukun sholat.
Padahal salah satu hal membatalkan sholat jika tubuh seseorang bergerak di luar rukun dengan jumlah yang banyak.
Habib Novel Alaydrus pernah mengatakan bahwa, fisik orang yang bergerak di luar gerakan sholat maka hukumnya tetap sah.
Ilustrasi sholat. (Freepik)
Bagi Anda ingin mengetahui penjelasan Habib Novel Alaydrus terkait hal tersebut, sebaiknya simak di sini agar tidak salah tafsirnya.
Dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Masjid Raya Bintaro Jaya TV, Habib Novel Alaydrus dalam kajiannya menjelaskan tentang tema gerakan sholat.
Habib Novel Alaydrus mengatakan seringkali ditemukan orang yang ketika sholat tiba-tiba ingin menggarukkan bagian tubuhnya.
Biasanya bagian tubuh seseorang merasa gatal di bagian wajah atau kepala.
Sebenarnya Habib Novel Alaydrus tidak membenarkan gerakan di luar rukun sholat.
Tetapi ia mengungkap bahwa, ada gerakan yang tidak bikin sholat menjadi batal.
"Sampai kalau mau bergerak itu malu sama Allah Ta'ala walaupun nggak batalin sholat," ujar Habib Novel Alaydrus.
Pendakwah itu memberikan contoh gerakan tak membatalkan sholat jika hanya menggerakkan satu jari tanpa gerakan tangan.
"Contoh nih, tangan satu jari, gatal ada di pipi, kemudian posisi seperti ini (tangan tanpa gerakan) garuk-garuk begini shalatnya batal enggak? Enggak, mau 1000 kali nggak batal," katanya.
Sebaliknya, apabila seseorang melakukan gerakan yang berlebihan maka ibadahnya batal.
"Kalau begini (tangan bergerak) itu baru batal karena gerakan besar, tapi kalau satu jari nggak batal," ucapnya.
Berdasarkan dari Kitab Fath al Mu'in terjemahan Tim Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah KTB, ada bagian sejumlah anggota tubuh seseorang yang bergerak tidak membatalkan sholat.
Gerakan tersebut meliputi telinga, kelopak mata, lidah, kemaluan, bibir, dan jari asalkan tangan tidak bergerak atau diam.
"Karena ke semuanya masih mengikuti (menempel tidak gerak) pada tempat pokoknya yang diam dan kokoh seperti jari-jemari." isi terjemahan dalam Kitab Fath al Mu'in.
Meski begitu, Habib Novel Alaydrus berharap umat Muslim saat sholat diusahakan tenang dan fisiknya tidak bergerak di luar rukun sholat.
"Kalau kita tenang berusaha betul-betul jaga ini waktunya saya sholat habis sholat saya zikir, saya doa, tenangkan fisiknya usahakan gak bergerak," tegasnya.
"Ketenangan yang hakiki diawali dengan ketenangan tubuhmu di hadapan Tuhanmu, tenang betul, ketika sholat, ketika baca Al-Qur'an, ketika zikir tubuhnya tenang," tambahnya.
Ia mengambil contoh saat seseorang mengambil rukuk, jika tidak ada gerakan maka hal itu salah satu kenikmatan kecil yang luar biasa.
"Orang rukuk tuma'ninah ketika rukuk itu harus sekujur tubuh tenang, Allahuakbar, rukuk, sekujur tubuh harus tenang sekadar bacaan, Subhanallah," katanya.
"Jadi kalau rukuk begini masih ada tangannya yang gerak-gerak kepalanya masih gerak-gerak ini belum tuma'ninah itu," lanjutnya.
Maka dari itu, ia menyarankan agar umat Muslim harus melatih fisiknya supaya tetap tenang.
Hal itu sangat mempengaruhi ibadahnya agar tetap khusyuk dan mendapat kenikmatan untuk diri sendiri.
"Kalau kita sudah berjuang melatih diri fisiknya tenang, nanti tiba-tiba hati ini enggak usah diapa-apain udah tenang enggak kemrungsung, hatinya nyantai," tuturnya.
"Makanya kita ini aneh kalau lihat orang-orang di luar Islam wah senam yoga atau ada orang-orang di luar Islam yang kemudian dia bersila tubuhnya bisa tenang," sambungnya.
Ia juga berpesan agar tidak menjadikan sholat sebagai formalitas tetapi harus betul-betul dinikmati.
"Bagaimana sholat kita bermakna untuk kita di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, ternyata di situ tenang," pesannya.
Kesimpulannya bahwa, Habib Novel Alaydrus menerangkan ada batasan gerakan yang tidak membatalkan dan ibadah sholatnya menjadi tidak sah.
Apabila penjelasan di atas belum menemukan jawaban Anda, langsung konsultasi atau dengar kajian dari para ulama, kyai, ustaz, dan tokoh agama lain.
Supaya Anda menemukan pandangan dari berbagai perspektif dan tidak hanya dari satu sudut pandang.
Wallahu A'lam Bishawab.
(hap)
Load more