tvOnenews.com - Kurban menjadi cara ibadah yang dilakukan umat Muslim senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT saat Idul Adha.
Dalil Al-Quran melalui Surat Al-Kautsar ayat 1-3 mengenai anjuran kurban sebagai bentuk kenikmatan jika tidak bisa ibadah haji, begini bunyinya:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ, اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ
Innaa a‘tainaakal-kausar. Fasalli lirabbika wanhar. Inna syaani'aka huwal-abtar.
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Kautsar, 108:1-3)
Ilustrasi sapi menjadi hewan kurban layak disembelih saat Idul Adha. (Freepik/nuraghies)
Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan sebuah ritual larangan potong kuku dan rambut bagi yang menyumbangkan hewan kurban sebelum disembelih.
Ustaz Adi Hidayat menyebut bagi yang berkurban patuhi larangan potong kuku dan rambut sebelum penyembelihan hewan kurban akan dapat pahala setara wukuf di Arafah saat ibadah haji.
Bagi Anda ingin mengetahui penjelasan Ustaz Adi Hidayat terkait ritual tersebut, mari simak di sini agar tidak salah tafsir!
Dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Adi Hidayat Official, Selasa (11/6/2024), Ustaz Adi Hidayat menjelaskan amalan ibadah kurban.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan bahwa, salah satu amalan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu berbuat kebaikan melalui ibadah kurban.
"Dalam Bahasa Arab sesuatu yang bertambah kedekatannya dan membuat kita semakin semangat mengerjakan beragam jenis kebaikan, dampak dari kedekatan itu disebut dengan kurban namanya," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Pendakwah berusia 39 tahun itu menyatakan ada banyak keistimewaan di dalamnya saat menyumbangkan hewan kurban yang belum diketahui umat Muslim.
Sesuai Hadits Riwayat Ibnu Majah dalam Kitab Al-Adahi dengan hadits Nomor 3142 mengenai bagi yang ikut memberikan hewan kurban akan mendapat pahala, Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang menyembelih hewan kurban dengan ikhlas semata-mata karena mencari keridhaan Allah, maka dia mendapatkan pahala dan balasan sebanding dengan setiap bulu pada hewan kurban." (HR. Ibnu Majah)
Ustaz Adi Hidayat menyampaikan bagi yang berkurban tidak potong kuku dan rambut sebelum waktu penyembelihan hewan kurbannya akan mendapat sejumlah hikmah di dalamnya.
"Amalan yang menyertainya hendaklah ia menuju proses penyembelihan kurban itu tidak memotong kuku yang melekat pada tubuhnya, tidak juga dia memotong bagian-bagian rambut yang ada pada tubuhnya," jelasnya.
Ia menjelaskan hal tersebut dari Hadits Riwayat Imam Muslim dalam Kitab Al-Hajj dengan Nomor Hadits 1977 terkait larangan potong kuku dan rambut, Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang ingin melaksanakan kurban, hendaklah ia tidak memotong kuku dan rambutnya sejak masuknya Bulan Dzulhijjah hingga selesai menyembelih." (HR. Muslim Nomor 1977)
Pendakwah asal Pandeglang itu juga merincikan terkait bagian kuku dan rambut yang tidak boleh dipotong yang didasari dari penjelasan para ulama.
"Ulama ada yang merinci bahkan dari kepala sampai misalnya, mohon maaf, ketiak sampai seluruh rambutnya yang melekat di tubuh, dia tahan dulu untuk dia enggak potong sampai hewan kurbannya disembelih," paparnya.
Ia menegaskan bahwasanya tafsir tersebut dikarenakan sudah banyak orang yang lupa bahkan tidak tahu sama sekali saat berkurban.
Kemudian, ia memaparkan larangan tersebut sesuai dengan hikmah dari pelaksanaan wukuf ibadah haji saat jemaah lempar jumrah di Arafah.
"Para ulama menjelaskan bahwa di antara hikmahnya, satu ingin memberikan pendekatan amal seperti orang-orang yang sedang menunaikan haji, wukuf di Arafah sampai dengan dia melontar jumrah," jelasnya.
"Ada renungan dalam wukuf ada kontemplasi, ada permohonan ampunan, ada doa-doa yang disampaikan dan itu dilakukan dalam keadaan mengenakan pakaian ihram," sambungnya.
"Di antara larangannya enggak boleh potong kuku ya, enggak boleh cukur rambut yang melekat di tubuh, baik itu kumis atau pun rambut di kepala dan yang lainnya," tambahnya.
Ia memaparkan secara detail hikmah larangan potong kuku dan rambut setara pahala wukuf di Arafah karena melihat dari segi implementasinya.
Misalnya pengimplementasian wukuf ibadah haji memiliki kesamaan bagi yang tidak bisa berangkat menuju Tanah Suci, salah satunya puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah.
"Jadi bila yang di sana wukuf, yang tidak menunaikan Haji dia puasa, puasanya pun diberi dengan nama yang serupa yaitu wukufnya di Arafah, ini puasanya puasa di hari Arafah," imbuhnya.
"Di sana menggunakan kain ihram, yang di sini puasa juga kemudian mengevaluasi dirinya, di sana kontemplasi di sini kontemplasi, di sana ingin mendekatkan diri kepada Allah, di sini ingin mendekatkan diri pada Allah," lanjutnya.
Uniknya, Pekurban juga mempunyai kesamaan terkait larangan potong kuku dan rambut tidak dianjurkan saat ibadah haji.
"Menariknya yang di sana tidak potong kuku tidak potong rambut, di sini pun tidak potong kuku tidak potong rambut bagi yang ingin berkurban hewannya sudah ada," tegasnya.
Oleh karena itu, hikmah larangan potong kuku dan rambut menyerupai pahala wukuf di Arafah, seperti penghafur sifat buruk dan hewani manusia.
"Jadi kalau di sana melontar menghilangkan sifat buruknya dan sifat hewaninya, maka di sini menyembelih sehingga sifat hewaninya dia hilangkan dalam kehidupan setelah itu dia menghadap kiblat untuk berdoa," ungkapnya.
Ia pun menyarankan agar umat Muslim yang memberikan hewan kurban selalu mengisi istighfar dan tawakal.
Larangan tersebut menjadi bentuk pembuktian perubahan sifat yang dimiliki manusia saat kurban.
"Perubahan pada diri kita yang melahirkan sifat takwa yang mendekatkan diri kita kepada Allah," tandasnya.
Kesimpulan: Amalan larangan potong kuku dan rambut sebelum penyembelihan hewan kurban saat berkurban memang memiliki hikmah setara wukuf ibadah haji.
Wallahu A'lam Bishawab.
(hap)
Load more