Jakarta, tvOnenews.com-- Kabar terbaru soal banyaknya jemaah haji yang syahid di Tanah Suci. Ternyata ada banyak faktor jadi penyebabnya, mengapa bisa?.
Fenomena ini, tentu memicu rasa khawatir terhadap para jemaah Indonesia di sana.
Melansir dari Guardian kalau per Kamis, 20 Juni 2024, total jemaah haji yang syahid kurang lebih sebanyak 1.081.
Dengan asal yang tersebar di antara 10 negara. Disebut Mesir paling banyak.
Kemudian, tvOnemews.com mencoba cari tahu apa penyebab utamanya. Mencoba kontak Dokter Kesehatan Haji Indonesia Kloter JKG 35, dr Ngabila Salama, katanya cukup banyak faktor sebabkan jemaah wafat.
Ternyata selain karena suhu yang ekstrem capai 52 derajat, tapi juga ada pemicu lainnya.
Kondisi kesehatan lah yang dikatakan dr Ngabila jadi penyebab wafatnya jemaah haji di Tanah Suci, terutama asal Indonesia.
Berdasarkan informasinya, dr ngabila sebut ada lima gangguan kesehatan tersebut, antara lain: kelelahan, dehidrasi, serangan panas atau heat stroke, sesak nafas dan penyakit jantung.
"5 masalah gangguan kesehatan yang sering terjadi sampai saat ini sama yaitu: kelelahan, dehidrasi sampai serangan panas (heat stroke), sesak nafas (pneumonia), penyakit jantung, dan linglung atau demensia atau pikun," kata dr Ngabila kepada tvOnenews.com, Jumat (21/6/2024)
"Untuk penanganan gangguan kesehatan sangat cepat dilakukan dokter kloter. Dilanjutkan ke pos kesehatan Indonesia," sambungnya
"Dan jika diperlukan rujuk ke RS arab saudi untuk tatalaksana lebih lanjut dan ini berjalan cepat," jelas dr Ngabila.
Namun, kondisi para jemaah haji indonesia memang sudah memiliki penyakit bawaan, katanya.
Kondisi tak sehat, sudah terlihat juga saat mereka masuk fase puncak haji Armuzna.
"Pasca puncak haji armuzna gangguan kesehatan yang muncul mayoritas adalah kelelahan atau pegal-pegal, batuk pilek (ISPA), dan beberapa diare," kata dr Ngabila pada Senin (24/6/2024)
"Semua jamaah haji kloter JKG 35 sehat sebanyak 393 orang, sejak awal keberangkatan sampai saat ini," ungkapnya
Sehubungan dengan kondisi kesehatan jemaah haji Indonesia, dr Ngabila tegaskan penanganan sangat cepat dilakukan dokter kloter.
"Dalam penanganan juga dilanjutkan ke pos kesehatan Indonesia," sambungnya
"Dan jika diperlukan rujuk ke RS arab saudi untuk tatalaksana lebih lanjut dan ini berjalan cepat," jelas dr Ngabila. (klw)
Load more