tvOnenews.com - Shalat dhuha memiliki keistimewaan meski hukumnya sunnah dikerjakan pada pagi hari.
Salah satu keutamaan shalat dhuha membawa manfaat bagi umat Islam yang mengerjakannya mendapat rumah di Surga oleh Allah SWT.
Shalat dhuha memunculkan tantangan untuk umat Islam senantiasa mengerjakan amalan sunnah ini di rumah.
Dari Zaid bin Tsabit RA menjelaskan melalui riwayat hadits terkait anjuran shalat sunnah salah satunya dhuha dikerjakan di rumah, Rasulullah SAW bersabda:
"Shalatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baiknya shalat adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib." (HR. Bukhari Nomor 731 & Muslim Nomor 781)
Ilustrasi shalat dhuha dalam rumah atau kantor. (Freepik)
Namun, masih banyak tidak menyempatkan shalat dhuha di rumah dan mengharuskan dikerjakan dalam kantor saat baru memulai kesibukannya untuk bekerja setiap hari.
tvOnenews.com mengutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya dalam suatu ceramah mengambil tema tentang shalat dhuha.
Buya Yahya memiliki alasan menerangkan tentang shalat dhuha sebagai ibadah sunnah terpopuler memberikan keutamaan yang selalu dicari banyak orang.
Pria pengasuh Ponpes Al Bahjah, Cirebon itu menambahkan shalat dhuha sebaiknya harus dikerjakan meski hukumnya sunnah.
Hal ini menunjukkan keutamaannya dahsyat selain didapatkan dari sunnah tahajud pada sepertiga malam.
Ia mempercayai berbagai keberkahan langsung didapatkan bagi orang menyempatkan shalat dhuha di tengah kesibukannya setiap pagi.
Keberkahan tersebut meliputi bila diisi dengan berbagai amalan lain di antaranya doa, zikir, dan sebagainya.
Ia pun menyoroti terhadap orang-orang selalu menyempatkan dhuha dikerjakan di dalam kantor daripada dalam rumah.
Ia menilai dan mewajarkan kantor sebagai opsi ruangan untuk mengerjakan shalat dhuha agar tetap khusyuk jika tidak sempat dalam rumah.
Karena kerja juga menjadi bagian ibadah penting tidak boleh ditinggalkan yang mengharuskan setiap orang berangkat ke kantor.
Terutama bagi yang mendapatkan jadwal kerja pada pagi hari dan tidak boleh telat sesuai jam kerjanya.
Meski demikian, ia tetap berpegang teguh bahwasanya keutamaan shalat dhuha lebih baik dilaksanakan ketika di rumah.
Saran tersebut membuktikan dari penjelasan hadits di atas sebaik-baiknya shalat sunnah dikerjakan dalam rumah.
"Lebih bagus dilakukan di rumahnya," ungkap Buya Yahya.
Namun, ia menganjurkan sunnah dhuha paling baik apabila dikerjakan dalam masjid, kenapa bisa begitu?
Anjuran tersebut menjadi kabar baik bagi orang yang sudah berada di kantor jika ada masjid atau mushola sebagai ruangan ibadah untuk para pekerja.
"Kecuali shalat dhuha bagi yang saat itu ada di masjid," katanya.
Sebaliknya, ia mengatakan bagi orang yang telah shalat Subuh di masjid sebaiknya tidak bergegas memindahkan dirinya untuk pulang ke rumah.
Menurutnya, harus ditunggu sebentar sampai waktu shalat dhuha tiba dan langsung dikerjakan jika shalat Subuh berjamaah dalam masjid.
"Jika setelah shalat Subuh tetap berdiam di masjid, lalu dhuhanya di masjid tak apa," imbuhnya.
Ia mengutarakan hal ini masih masuk dalam penjelasan kaidah pertama terkait keutamaan shalat dhuha di rumah atau kantor.
Jika mengacu pada keutamaan terbaiknya di rumah dibandingkan dalam kantor, Buya Yahya mengungkap kaidah kedua dimana sesuai dengan kenyamanan masing-masing individu.
Ia tidak mempermasalahkan karena shalat dhuha masih tetap sah dan meraih keutamaan dahsyatnya jika dilakukan di kantor.
Hal itu menunjukkan seseorang diharapkan tetap khusyuk ketika menambah amalan melalui sunnah dhuha.
"Kaidah kedua yang paling nyaman bagi Anda, yang bisa mendorong kekhusyuk-an," jelasnya.
"Jika kantor Anda membuat ibadah Anda khusyuk silahkan. Asal ibadah tidak mengganggu kerja," sambungnya.
Kemudian, ia mengingatkan seseorang jangan sampai meninggalkan pekerjaan hanya demi mendapat keutamaan dhuha.
"Jika Anda kerja ibadahnya kerja, jangan shalat terus," tegasnya.
Namun, ia berpendapat jika kerja dan sunnah dhuha mampu dikerjakan sebagai pilihan terbaik untuk menambah amalan hidup.
Ia pun menyarankan shalat dhuha cukup dikerjakan dua rakaat agar kedua ibadah ini tetap diraih seorang Muslim.
"Minimal dua rakaat, paling sempurna delapan rakaat," tandasnya.
Wallahu A'lam Bishawab.
(hap)
Load more