Jakarta, tvOnenews.com - Dalam sebuah ceramah, Buya Yahya mengupas tuntas sejarah wafatnya cucu kesayangan Rasulullah SAW, Sayyidina Husein di Karbala pada 10 Muharram.
Buya Yahya menjelaskan, awal mula perginya Sayyidina Husein ke Kufah hingga akhirnya wafat di Karbala adalah karena mendapatkan sepucuk surat.
Saat itu kata Buya Yahya karena telah dibaiatnya Yazid sebagai pengganti Muawiyah.
Isi surat itu kata Buya Yahya adalah sebagai berikut.
Bismillahirohmanirohim.
Kepada Imam Husein pemimpin kami kami warga kufah menanti kedatanganmu, kami butuh pemimpin adil sepertimu. Cepat dan cepatlah datang.
“Tandatangan diterima oleh Imam Husein terkumpul dari ratusan hingga ribuan,” kata Buya Yahya.
Namun Sayyidina Husein tidak peduli dengan tanda tangan.
Hal ini karena beliau tidak ingin menginginkan kekuasaan.
“Tetapi semakin hari terkumpul semakin banyak tanda tangan itu. Tercatat sampai 4.000 tanda tangan dalam riwayat sampai 16.000 tanda tangan, dikirim yang isinya akan membaiat Imam Husain,” kata Buya Yahya.
Kemudian Sayyidina Husein berpikir bagaimana jika benar sungguh kasihan.
Namun jika tidak Sayyidina Husein berpikir dapat kembali dengan selamat.
“Akhirnya Imam Husein mengambil keputusan untuk mengutus satu orang yang saat itu diutus adalah anak paman beliau yang bernama Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein memerintahkan Muslim bin Aqil untuk pergi ke kufah dan melihat seperti apa yang terjadi di kufah dan mencari kebenaran.
“Yang sebetulnya Sayyidina Muslim bin Aqil saat itu sudah ragu-ragu,” kata Buya Yahya.
Muslim bin Aqil mengingatkan kepada Sayyidina Husein mengenai kejadian yang menimpa ayah dan kakaknya akibat perbuatan orang Kufah.
Namun Sayyidina Husein mengatakan jika benar yang dikatakan oleh Kufah maka ia malu dengan Rasulullah.
“Tandatangan ini jika benar alangkah kasihannya mereka, beban aku di hadapan kakekku Rasulullah,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Hasan juga mengatakan jika harus dibunuh tak ingin di Mekkah.
“Sungguh aku tidak mau kalau ternyata aku harus mati di Mekkah, aku tidak ingin darahku tertumpah di Makkah,” kata Buya Yahya saat menjelaskan perkataan Sayyidina Hasan.
Oleh karenanya, sepupunya tersebut yakni Muslim bin Aqil menerima tugas tersebut dan pergilah ke Kufah.
Di tengah perjalanan, penunjuk jalan Muslim bin Aqil meninggal.
Ia pun memberi kabar kepada Sayyidina Hasan dan berharap akan dibatalkan tugasnya.
“Akan tetapi Imam Husein tetap mengatakan lanjutkan wahai Muslim bin Aqil,” kata Buya Yahya.
Setelah tersesat, akhirnya sampailah Muslim bin Aqil di kufah.
“Biarpun Muslim bin Aqil datang dalam sembunyi-sembunyi akan tetapi di sana mendapatkan sambutan yang luar biasa,” ujar Buya Yahya.
Muslim bin Aqil tinggal di rumah seorang warga Kufah dan datanglah orang satu per satu dan memberikan lembaran surat kepada Sayyidina Husein.
“Tercatat lebih dari 20.000 bahkan tertulis sampai 60.000 orang ingin membaiat Imam Husein,” kata Buya Yahya.
Akhirnya, Muslim bin Aqil membuat surat dan dikirimkan kepada Sayyidina Imam Husein.
Adapun isi surat tersebut:
Wahai Imam, ketahuilah sungguh masyarakat Kufah benar-benar telah menantimu. Segeralah datang
“Surat berjalan, Sayyidina bin Aqil berada di Kufah yang kebetulan hadir di masjid saat itu penguasa yang bernama Ibnu Ziyad,” kata Buya Yahya.
Ibnu Ziyad belum lama berkuasa. Namun ia membenci Sayyidina Ali dan Sayyidina Husein.
“Ibnu Ziyad menyampaikan khotbahnya, ia berceramah di situ dan di dalam ceramah itu memberikan ancaman kepada siapapun yang melindungi Husein,” kata Buya Yahya.
Siapapun yang melindungi Sayyidina Husein dan berhubungan akan mendapatkan ancaman berat dari negeri.
“Dikumandangkan di mimbar. Bahkan termasuk Sayyidina Husein dan Sayyidina Ali adalah orang yang biasa dikutuk mimbar saat itu,” kata Buya Yahya.
Lama kelamaan, Ibnu Ziyad akhirnya mengetahui bahwa Muslim bin Aqil berada di Kufah.
“Maka Ibnu Ziyad segera marah besar lalu menyuruh kepada siapapun yang bisa menangkap Muslim bin Aqil akan mendapatkan hadiah dan siapapun yang melindungi akan dihukum,” ujar Buya Yahya.
Saat Muslim bin Aqil ditangkap, surat kepada Sayyidina Husein yang ia kirimkan sampai.
“Berangkatlah Sayyidina Husein dengan membawa keluarga dan para Ansor,” kata Buya Yahya.
Total rombongan Sayyidina Husein saat itu adalah 73 orang.
“Di saat itu, Sayyidina Husein juga mengirim surat balasan yang isinya ‘Assalamualaikum kepada saudaraku Muslim bin Aqil dan kaum muslimin yang berada di kufah, Alhamdulillah saat ini kami berada di perjalanan-perjalanan dan insya Allah kami akan segera ketemu dengan engkau semua,” ujar Buya Yahya.
Surat itu dibawa oleh satu orang yang sangat dipercaya oleh Sayyidina Husein yang bernama adalah Qais bin Mashar.
Namun setelah menangkap Muslim bin Aqil, Ibnu Ziyad mengerahkan pasukan untuk menjaga tempat masuknya orang dari penjuru Mekkah.
“Ibnu Ziyad memerintahkan pasukannya untuk memeriksa orang yang datang membawa berita mengenai Sayyidina Husein atau beliau datang,” kata Buya Yahya.
Qais bin Mashar ditangkap lalu digeledah. Kemudian ditemukan surat dari Sayyidina Husein.
Maka bangga sekali orang yang bernama Al Hurr, waktu itu mendapatkan surat ini aku akan mendapatkan hadiah dari Ibnu Ziyad,” kata Buya Yahya.
Kemudian Qais bin Mashar dibawa ke tempat Ibnu Ziyad dengan membawa surat tersebut.
Saat itulah, Qais bin Mashar dan Muslim bin Aqil syahid.
Namun sebelum dibunuh, Muslim bin Aqil sempat membisikkan permohonan kepada seseorang yang ia percaya.
“Tolong sampaikan kepada Imam Husein bahwa keadaanku seperti ini,” kata Buya Yahya.
Surat itu diterima Sayyidina Husein saat beliau mendekati Karbala.
“Sayyidina Husein berlinang air mata dan di depannya ternyata mereka pasukan kuda dipimpin Al Hur,” kata Buya Yahya.
Kemudian Sayyidina Husein melihat ke Ahlul Bait dan akhirnya meminta semua mundur.
“Beliau maju sendiri,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein kemudian menanyakan siapa pemimpin pasukan dan apa tugas yang diberikan.
“Kami mendapat perintah dari Ibnu Ziyad untuk tak sampai ke Kufah,” kata Buya Yahya.
Sayyidina Husein ternyata ditipu oleh orang yang mengaku cinta kepadanya.
Itulah kisah terbunuhnya cucu Rasulullah di Karbala.
Disarankan bertanya langsung kepada ulama atau ahli agama Islam agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.
Wallahu’alam
(put)
Load more