Jakarta, tvOnenews.com--Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli, mengingatkan setiap orang tua soal pola asuh.
Melansir dari Antara, kalau Hari Anak Nasional wajib diperingati bertujuan berikan wawasan baru bagi orangtua dalam mendidik, serta ajang kebebasan bagi anak-anak untuk mengekspresikan hak-haknya serta mengembangkan potensi kemampuan dirinya.
Perlu diketahui, Hari Anak Nasional pertama kali dirayakan pada Era Presiden Soeharto.
Ditetapkan dalam keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1984, Presiden Soeharto menetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional. Keputusan tersebut ditandatangani langsung oleh Presiden Soeharto pada tanggal 19 Juli 1984.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menjadi landasan bagi upaya peningkatan kesejahteraan anak di Indonesia disahkan pada 23 Juli 1979.
Pandangan Islam dalam Mendidik Anak
Sehubungan dengan ini, Hari Anak Nasional mengingatkan kita pada ceramah Ulama Buya Yahya soal cara mendidik anak dalam islam. Sehingga anak terlindungi dari kenakalan remaja, begini tiosnya ala Buya Yahya dikutip dari Youtube Al Bahjah Tv.
Menurut Buya Yahya yang dikenal sebagai Pendakwah ini, kalau mengasuh anak tentu kuncinya di orang tua.
Orang tua harus bisa jadi role model (contoh) bagi anak-anaknya, terutama mereka yang memasuki usia remaja atau pubertas.
"Berikan jaminan kepada anak anda, agar mereka bisa bertukar cerita dan menjadikan anda sebagai kawan atau sahabat yang baik untuk anak anda. Agar dia tidak cerita ke orang lain," kata Buya Yahya, dikutip Selasa (23/7/2024).
Sebab peluang anak berubah untuk berperilaku buruk terjadi saat usia pubertas.
Pada usia atau masa pubertas, kata Buya ibarat masa pancaroba, yang berubah dari masa anak-anak ke menuju kedewasaan itu berproses.
"Sehingga usia saat itu adalah usia sensitif, di mana rasa kritis belum ada yang ada adalah keinginan ataupun kagum terhadap yang dilihat zahir 'secara baik dinilai dari keindahan semata cantik,dll'," sambungnya.
Dengan begitu, sebagai orang tua menghadapi usia anak yang sedang sensitif. Artinya mudah terpengaruh atau ikut-ikutan saja di masa pubertas.
Lebih lanjut, orang tua harus mengikuti dan memahami itu. Buya Yahya mengingatka ada sesuatu selama ini tidak pernah ada dimiliki saat usia remaja atau anak-anak.
"Seperti saat dewasa sudah ada syahwat, nah kecenderungan dulu ketemu perempuan biasa saja. Saat ini sudah ada perubahan, inilah ada upaya orang-orang untuk merusak," terang Buya.
"Naudzubillah, seperti bagaimana cara melampiaskan nafsu sampai dengan cara melecehkan ataupun yang haram, sampai kena lgbt. Maka orang tua harus waspada keadaan seperti ini," tuturnya.
Kendatinya, Buya berharap agar setiap orang tua jangan sampai punya sikap lembut tapi tidak ada ketegasan, atau ketegasan tidak ada kelembutan. Keduanya harus seimbang kata Buya.
"Disaat mereka sendiri tidak terpantau orang tua maka bisa terjadi kerusakan. Maka disaat orang tua terbuka dan bersahabat dengan anak akan jadi rem bagi dia," pesan Buya untuk semua orang tua. (Klw).
Load more