Jakarta, tvOnenews.com - Setiap Muslim pastilah berharap dapat melaksanakan haji atau minimal umrah.
Saat itulah seorang Muslim dapat mengunjungi dua Tanah Suci dalam Islam, yakni Makkah dan Madinah.
Namun dalam kenyataannya, untuk menjalani haji dan umrah tidaklah mudah.
Selain karena jauh, ibadah haji dan umrah juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Oleh karenanya, haji dan umrah disebut juga ibadah fisik dan harta.
“Siapa yang ingin disegerakan berangkat haji dan umroh? Yuk amalkan doa ini!” kata Aa Gym dalam akun Instagramnya.
Berikut doa yang dianjurkan untuk rutin dibaca oleh seorang Muslim yang ingin lekas naik haji atau umrah.
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya:
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan (ibadah) haji kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang."
Doa ini ternyata tercantum dalam Al-Qur’an, Surah Al Baqarah ayat 128.
Berikut tafsir dari Surah Al Baqarah ayat 128 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).
Dalam tafsir tahlili, dijelaskan bahwa ini adalah doa Nabi Ibrahim As.
Doa Nabi Ibrahim As ini melanjutkan doanya, agar keturunannya menjadi umat yang tunduk dan patuh kepada Allah.
Di dalam perkataan "Muslim" (tunduk patuh) terkandung pengertian bahwa umat yang dimaksud Ibrahim a.s. itu mempunyai sifat-sifat:
1. Memurnikan kepercayaan hanya kepada Allah SWT
Hati seorang Muslim hanya mempercayai bahwa yang berhak disembah dan dimohonkan pertolongan hanya Allah Yang Maha Esa.
Kepercayaan ini bertolak dari kesadaran Muslim bahwa dirinya berada di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah.
Allah SWT saja yang dapat memberi keputusan atas dirinya.
2. Semua perbuatan, kepatuhan dan ketundukan, dilakukan hanya karena dan kepada Allah saja.
Bukan karena menurut hawa nafsu, bukan karena ingin dipuji dan dipandang baik oleh orang, bukan karena pangkat dan jabatan, dan bukan pula karena keuntungan duniawi.
Bila kepercayaan dan ketundukan itu tidak murni kepada Allah SWT, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung bagi mereka.
Sebagaimana Allah berfirman:
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ ٤٣ (الفرقان)
Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? (al-Furqan/25:43)
Allah membiarkan sesat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan mengunci mati hatinya, karena Allah mengetahui bahwa mereka tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
Allah berfirman:
اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? …. (al-Jasiyah/45:23)
Pada ayat 124 yang lalu, Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya dijadikan imam.
Allah menjawab, “Keturunan Ibrahim yang zalim tidak termasuk di dalam doa itu.”
Karena itu pada ayat 128 ini Ibrahim a.s. mendoakan agar sebagian keluarganya dijadikan orang yang tunduk patuh kepada Allah SWT.
Dalam hubungan ayat di atas terdapat petunjuk bahwa yang dimaksud dengan keturunannya itu ialah Ismail As dan keturunannya yang akan ditinggalkan di Makkah.
Sedang Nabi Ibrahim As sendiri kembali ke Syam.
Keturunan Ismail As inilah yang menghuni Mkkah dan sekitarnya, termasuk Nabi Muhammad SAW.
Inilah yang dimaksud dengan firman Allah.
مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا
…. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang Muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini… (al-Ḥajj/22:78)
Ibrahim dan Ismail memohon kepada Allah SWT agar ditunjukkan cara-cara mengerjakan segala macam ibadah dalam rangka menunaikan ibadah, tempat wukuf, tawaf, sa‘i, dan sebagainya.
Sehingga dia dan anak cucunya dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT.
Di dalam ayat ini, Ibrahim As memohon kepada Allah agar diterima taubatnya.
Padahal Ibrahim adalah seorang nabi dan rasul, demikian pula putranya.
Semua nabi dan rasul dipelihara Allah dari segala macam dosa (ma‘sum).
Karena itu maksud dari doa Ibrahim dan putranya ialah:
1. Ibrahim As dan putranya Ismail a.s. memohon kepada Allah agar diampuni segala kesalahan yang tidak disengaja, yang tidak diketahui dan yang dilakukannya tanpa kehendaknya sendiri.
2. Sebagai petunjuk bagi keturunan dan pengikutnya di kemudian hari, agar selalu menyucikan diri dari segala macam dosa dengan bertaubat kepada Allah dan menjaga kesucian tempat mengerjakan ibadah haji.
“Allah Maha Penerima taubat” ialah Allah sendirilah yang menerima tobat hamba-hamba-Nya, tidak ada yang lain.
Dia selalu menerima taubat hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertobat serta memberi taufik agar selalu mengerjakan amal-amal yang saleh.
"Allah Maha Penyayang" ialah Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat dengan menghapus dosa dan azab dari mereka.
Selanjutnya Ibrahim As berdoa agar Allah SWT mengangkat seorang rasul dari keturunannya yang memurnikan ketaatan kepada-Nya, untuk memberi berita gembira, memberi petunjuk dan memberi peringatan.
Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan mengangkat dari keturunannya nabi-nabi dan rasul termasuk Nabi Muhammad saw, nabi yang terakhir.
Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah saw bersabda:
اَنَا دَعْوَةُ إِبْرَاهِيْمَ وَبُشْرَى عِيْسَى (رواه أحمد)
Aku adalah doa Ibrahim dan yang diberitakan sebagai berita gembira oleh Isa. (Riwayat Aḥmad).
Wallahu’alam
(put)
====
Load more