Maka kata Ustaz Khalid Basalamah, mensyukuri musibah yang menimpa dirinya adalah tingkatan tertinggi dalam menghadapi musibah.
“Ini hanya bisa dilakukan oleh hamba-Nya yang selalu bersyukur kepada-Nya, yang selalu mengingat banyaknya nikmat yang telah Allah berikan dan menyadari bahwa setiap ujian musibah yang menimpanya dapat menghapuskan dosa-dosanya,” jelasnya.
Hal senada juga dijelaskan dari hadis berikut ini.
Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah rasa capek, rasa sakit (yang terus menerus), kekhawatiran, rasa sedih, bahaya, kesusahan menimpa seorang muslim sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan musibah tersebut.” (HR. Bukhari:5641)
Sementara Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
Janganlah membenci ujian atau musibah yang menimpamu, karena terkadang ada perkara yang engkau tidak senangi tapi itu adalah sebab keselamatanmu. Sebaliknya, ada perkara yang engkau harapkan tapi menjadi sebab kehancuran bagimu. (Syifa’ul Alil, hal. 117)
Load more