Dari Rib'iy bin 'Amir Radhiyallahu 'Anhu pernah berkata kepada Rustum panglima Persia saat perang Al Qadisiyah mengenai kehendak Allah SWT memerdekakan siapa pun yang selalu menyembah-Nya, begini bunyinya:
اللهُ ابْتَعَثَنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ العِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللهِ، وَمِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا إِلَى سَعَتِهَا، وَمِنْ جُوْرِ الأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الإِسْلَامِ
Artinya: "Allah telah mengutus kami untuk memerdekakan siapa saja yang dikehendakinya dari penghambaan kepada makhluk kepada penghambaan kepada Allah, dari sempitnya dunia kepada keluasannya, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam." (al Bidayah wan Nihayah 7/49)
Sidang Jumat yang khatib cintai dan dirahmati Allah SWT
Sesungguhnya kemerdekaan melalui ibadah kepada Allah SWT tidak hanya menjalankan shalat, puasa, zakat dan haji.
Allah SWT telah mengatur segala aspek kehidupan yang harus diterapkan ketika mewujudkan berbangsa dan bernegasa melalui muamalah yang berkah.
Tak hanya itu, kita harus memunculkan akhlak yang mulia dan menaati hukum secara bijaksana.
Menurut khatib, cara menjaga kemerdekaan sesungguhnya ketika kita terus menjalankan segala perintah-Nya.
Kita juga senantiasa menghindari berbagai larangan-Nya sebagai bentuk kesuksesan dalam meraih kemerdekaan sesungguhnya.
Hal ini menunjukkan Allah SWT terus mengingatkan ketika Kaum Qurays menentang segala kebenaran dan aturan-Nya agar bisa menyembah kepada-Nya, begini bunyinya:
فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَٰذَا ٱلۡبَيۡتِ
Artinya: "Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah)."
Load more