Jakarta, tvOnenews.com - Ustaz Adi Hidayat menyarankan agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai sarana penengah soal penyelesaian perkara nasab Ba'alawi.
"Saya sarankan akan lebih baik bila di sini seperti MUI menjadi wadah misalnya wadah yang baik untuk menguji berbagai macam masalah-masalah yang diajukan khususnya terkait dengan polemik nasab ini," ungkap Ustaz Adi Hidayat dikutip dari kanal YouTube Adi Hidayat Official, Jumat (16/8/2024).
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan MUI sebagai wadah yang tepat untuk pengujian berbagai karya ilmiah, misalnya tesis yang membahas nasab Ba'alawi.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, berbagai macam tesis yang sudah dibuat terutama membuat pembahasan tentang nasab Ba'alawi harus teruji kebenarannya.
Ilustrasi memasang logo Majelis Ulama Indonesia (MUI). (ANTARA)
"Silahkan diujikan di tempat yang baik, tentu tidak bisa disebut sebuah pemikiran yang komprehensif," tuturnya.
"Apakah itu namanya tesis atau yang lainnya kalau belum diuji?," tanya dia.
Ia pun meminta berbagai pihak yang terlibat dan mempunyai ilmu pengetahuan tinggi tentang nasab bisa menyelesaikan perkara perbedaan pandangan tersebut.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu berpendapat bahwa, para ulama harus berdikusi perihal polemik nasab Ba'alawi.
Ia berasumsi para ulama menjadi sosok yang tepat agar perkara nasab Ba'alawi dapat memicu konflik segera diselesaikan secepatnya.
"Untuk itu ada baiknya hal-hal yang dipersoalkan baik itu pihak penyoal atau pun juga yang disoal lalu duduk di situ sebagai penengah para ulama-ulama," jelasnya.
"Untuk menilai dengan standar-standar keilmuan yang memang pakemnya telah kita ketahui bersama," sambungnya.
Ia menyampaikan sarannya MUI menjadi wadah untuk menghadirkan para ulama menyelesaikan perkara nasab karena polemik ini semakin meluas.
Tak hanya itu, ia melihat berbagai pandangan liar akibat perbedaan pandangan nasab Ba'alawi sudah menyebar baik di media sosial hingga masyarakat Indonesia.
Pendakwah asal Pandeglang, Banten itu menyayangkan banyak pihak menyampaikan pendapatnya masing-masing tentang nasab Rasulullah SAW.
Terutama bagi orang-orang yang mempunyai pendapatnya disampaikan di berbagai tempat yang memicu konflik.
Menurutnya, pendapat tersebut hanya melebarkan persoalan nasab dan konflik bisa dibawa secara nyata.
"Setiap orang bisa bikin acara, yang satu buat podcast, yang satu membuat tayangan tertentu," imbuhnya.
Ia mengatakan konflik tidak bisa terkontrol akibat perbedaan pandangan yang memicu beberapa pihak tidak terima terhadap pendapatnya.
"Sehingga benturannya terasa sampai di akar masyarakat saling berbalas komentar yang tidak menemukan titik temu dan ini terasa sangat mengganggu," paparnya.
Ustaz Adi Hidayat menyampaikan pandangan tersebut juga membuat masalah perilaku dan etika terpaksa disatukan yang padahal harus dibuat secara terpisah.
Ia mengatakan pandangan-pandangan terhadap nasab Ba'alawi sebaiknya dibahas secara internal.
Pendakwah usia 39 tahun itu menyarankan apabila mempunyai bukti-bukti adanya keraguan terhadap nasab sebaiknya disimpan hanya untuk internal tanpa disebarkan ke publik.
"Tentu bila ada yang menyoal ini menjadi catatan secara internal, pihak yang tersoal dari kalangan-kalangan tertentu," terangnya.
"Ada baiknya mendata dengan bukti-bukti yang ada, video-video atau laporan-laporan menjadi satu perbaikan internal yang sangat disyukuri," lanjutnya.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu menyatakan apabila bahan ilmiah tidak dilakukan secara internal sangat berbahaya terhadap orang-orang awam mengenai nasab Ba'alawi.
"Dalam pandangan Islam nasab ini persoalan yang sangat sensitif mau kita melakukan pendekatan dengan hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim yang tersambung pada sahabat Abu Dzar Al-Ghifari saking sensitifnya Nabi memberikan pengingat jika nasab yang benar itu kemudian sengaja diputus maka risikonya adalah kufur," tandasnya.
Ustaz Adi Hidayat menyoroti perkara nasab Ba'alawi atas pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.
Sebelumnya, Gus Yahya sapaan akrabnya menyampaikan dugaan motif pemicu kasus pengeroyokan Rais Syuriah MWC Nahdlatul Ulama (NU) Cikarang, Bekasi, Kiai Ikhsanudin Al-Badawi dan dua anggota Banser.
Puluhan orang tidak dikenal (OTK) tiba-tiba menyerang sebuah mobil Pajero Sports ditumpangi Kiai Ikhsan di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Sabtu (10/8/2024) malam.
Gus Yahya menyampaikan rombongan Kiai Iksahnudin dan dua anggota Banser yang ingin menghadiri pengajian Manaqib diserang puluhan OTK diduga karena pemicu perkara nasab Ba'alawi.
Hal ini mengingat Kiai Ikhsanudin diduga menjadi target sasaran puluhan OTK tersebut berdasarkan video pengeroyokan yang viral di media sosial.
Meski demikian, rombongan mobil Kiai Ikhsanudin menjadi target pengeroyokan salah sasaran dari puluhan OTK.
(hap)
Load more