tvOnenews.com - Setiap muslim yang ingin menunaikan ibadah shalat diwajibkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Setelahnya, mungkin ada kebiasaan yang sering Anda lakukan, yakni mengelap wajah yang terkena air wudhu, baik itu menggunakan tisu atau handuk dengan maksud untuk mengeringkannya.
Di kalangan masyarakat kerap kali terdengar mengenai larangan mengelap air wudhu yang membasahi wajah atau bagian tubuh lainnya. Sebab, hal itu akan menjadi cahaya di surga nantinya.
Apakah hal itu benar? Lantas, bagaimana jika seseorang sudah kebiasaan mengelap air wudhu yang membasahi wajah?
Dalam sebuah video, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan mengenai hukum mengelap wajah yang sudah terkena air wudhu. Dengan tegas sang ustaz pun mengatakan jika tidak apa-apa jika seseorang mengelap bekas air wudhu.
Lebih lanjut, pendakwah itu juga menjelaskan, bahwa apa yang dikerjakan saat sebelum dan sesudah ibadah itu tidak saling berkaitan satu sama lain. Kecuali, hal tersebut ternyata dapat membatalkan ibadah yang sebelumnya. Misalnya, setelah berwudhu keluar kentut, hal itulah yang akan langsung membatalkan wudhunya.
"Misal, setelah wudhu ada sesuatu yang bunyi yang keluar dari bagian tubuh yang diketahui itu memang membatalkan wudhu, maka itu langsung berpengaruh," kata Ustaz Adi Hidayat.
Contoh lainnya adalah ketika seseorang yang sudah berwudhu malam memakan makanan-makanan tertentu yang mengandung bau, seperti pete atau jengkol. Sebab, hal itu akan bersifat makruh jika dibawa dalam shalat.
Di sisi lain, contoh yang diperkenankan untuk dilakukan setelah mengambil air wudhu, salah satunya adalah mengelap air yang menempel pada tubuh.
Apalagi jika sedang dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya, akan mengadakan rapat, toh tidak mungkin masuk ke dalam ruangan dengan kondisi tubuh yang basah. Sebab, itu sudah tidak sesuai.
Ustaz Adi Hidayat juga menjelaskan, jika air wudhu yang bisa menjadi cahaya karena tidak dilap itu dipahami oleh orang-orang sebagai metafora.
"Maksudnya, wudhu yang dikerjakan tersebut akan memberikan pengaruh kepada keadaan atau suasana batin kita, diri kita menyucikannya, sehingga menggerakkan bagian anggota tubuh untuk bersikap baik," ujarnya. (ism)
Load more