Kisah Nabi Ayub adalah kisah yang diceritakan di dalam Al-Quran sehingga umat Muslim wajib mengetahuinya. Kualitas utama Nabi Ayub yang masyhur hingga kini adalah mengenai ketabahannya dalam menghadapi ujian dari Allah SWT.
Sama seperti nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya, Nabi Ayub juga ditugaskan untuk menyeru dan mengajarkan kepada umat manusia nilai-nilai mulia serta ketauhidan. Semua nabi dan rasul, termasuk kisah Nabi Ayub, harus dan dapat menjadi teladan bagi siapapun.
Nabi Ayub AS dalam beberapa literatur disebutkan sebagai keturunan Nabi Ibrahim dan juga sebagai bapak bangsa Romawi. Ia hidup sekitar tahun 1420 hingga 1540 sebelum masehi. Nabi Ayub memang dikaruniai usia yang cukup panjang jika dibandingkan dengan Nabi Muhammad SAW dan umat setelahnya. Ia diutus untuk membimbing kaumnya yang berada di Huran (sekitar wilayah Yordania dan Suriah) agar kembali menyembah Allah SWT.
Nama Nabi Ayub pertama kali disebut di dalam Al-Quran pada surah An-Nisa ayat 163:
"Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman."
Sebelum ditimpakan ujian yang berat oleh Allah SWT, Nabi Ayub dianugerahi kenikmatan duniawi. Ia disebut-sebut merupakan seorang hartawan dan juga dikaruniai wajah serta bentuk fisik yang rupawan. Ia juga memiliki banyak anak yang baik dan seorang istri yang setia.
Tak hanya uang, ia juga memiliki banyak aset berupa tanah dan bangunan yang banyak di salah satu wilayah di negeri Huran. Kekayaannya di sektor peternakan juga hebat. Nabi Ayub dikatakan memiliki hewan ternak yang angkanya sulit ditandingi. Ia memiliki unta, kuda, sapi, kambing, dan keledai.
Sebagai salah satu kekasih Allah yang beriman, Nabi Ayub pun termasuk orang-orang yang bersyukur dan tak pernah berlaku sombong, selalu rendah hati, serta selalu siap membantu orang-orang yang membutuhkan.
Namun di balik anugerah tersebut, iblis yang telah bersumpah akan menyesatkan manusia hingga akhir zaman mulai membisiki Nabi Ayub dengan pikiran-pikiran jahat namun ia tak pernah berpaling dari Allah.
Dengan izin Allah Yang Maha Mengetahui, iblis lalu mengganggu Nabi Ayub lebih kuat. Allah mengizinkan iblis menghancurkan kekayaan dan segala apa yang telah dimiliki Nabi Ayub. Semuanya diizinkan Allah agar iblis mengetahui bahwa Ayub adalah hamba-Nya yang selalu bersyukur dan berserah diri kepada Allah SWT walaupun dalam cobaan yang sangat berat.
Saat kekayaannya telah habis, iblis pun menyamar sebagai lelaki tua yang tampak bijak. Ia mendekati Nabi Ayub dan mengatakan bahwa kekayaannya yang habis adalah akibat Nabi Ayub terlalu banyak bersedekah serta terlalu banyak beribadah.
Menjawab hal itu, Nabi Ayub berkata Allah akan memberi kepada siapapun yang Ia kehendaki dan Allah akan mengambil pula dari siapapun yang Ia kehendaki. Nabi Ayub pun terbukti menjadi hamba yang sabar, berserah diri, dan selalu bersyukur.
Tak menyerah, iblis pun meminta kepada Allah agar Nabi Ayub terkena penyakit. Iblis beralasan, dengan penyakit dan ketidakmampuan untuk hidup secara normal maka Nabi Ayub akan berpaling dari Allah. Untuk membuktikannya, Allah pun menurunkan ujian berupa penyakit judzam atau kusta. Ibn Katsir bahkan meriwayatkan tak ada satu pori-pori pun di tubuh Nabi Ayub yang luput dari penyakit tersebut.
Nabi Ayub sangat menderita dan kesehatannya memburuk. Kulit dan dagingnya digerogoti belatung dan meluruh sehingga memperlihatkan beberapa bagian tulangnya. Namun atas izin Allah, dua organ tubuhnya yakni jantung dan lidahnya, yang mana Nabi Ayub selalu gunakan untuk beribadah, tetap tak terpengaruh oleh kusta. Namun akibat penyakit ini, Nabi Ayub akhirnya ditinggalkan banyak orang kecuali Rahma, istrinya yang tercinta.
Bertahun-tahun Nabi Ayub beserta istrinya menanggung penyakit tersebut. Semenjak Nabi Ayub jatuh sakit, Rahma-lah yang harus bekerja mencari nafkah. Namun penyakit Nabi Ayub yang mengerikan membuat warga kota tak mengizinkan Rahma untuk bekerja terlalu sering karena takut tertular penyakit suaminya. Nabi Ayub, di sisi lain, terus berdoa kepada Allah untuk memberinya kekuatan dan kesabaran untuk menanggung ujian yang ditimpakan kepadanya.
Suatu hari, iblis menampakkan diri kepada Rahma dan mengungkit-ungkit kisah saat ia dan keluarganya sehat dan serba berkecukupan. Ia pun menangis dan meminta kepada suaminya yang merupakan kekasih Allah agar penyakit suaminya segera diangkat.
Mendengar permohonan Rahma, Nabi Ayub berkata, “Aku telah diberi kesehatan selama 70 tahun. Sakit ini masih derita sedikit yang Allah timpakan sampai aku bisa bersabar sama seperti masa sehatku yaitu 70 tahun." Jawaban tersebut mengindikasikan betapa besar rasa sabar, syukur, dan tawakkal Nabi Ayub sehingga ujian sedemikian berat tak membuat keimanannya goyah.
Karena telah membuktikan keimanan dan ketauhidannya, Allah pun memerintahkan Nabi Ayub menginjakkan kakinya ke tanah dengan keras. Allah lalu membuat mata air tersembur dari tanah yang diinjak tersebut dan memerintahkan Nabi Ayub mandi dan minum dari air tersebut.
Dengan kekuasaan Allah, air tersebut dapat menyembuhkan penyakit kulit serta membuat organ-organ tubuhnya pulih kembali.
Kisah Nabi Ayub ini termaktub dalam Al-Quran surah Al-Anbiya ayat 83-84:
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.’
Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.”
Rahma yang baru kembali dari suatu tempat lalu terkejut karena mendapati sosok asing di rumahnya. Sosok asing yang entah mengapa menyerupai suaminya di kala sehat. Ia pun bertanya, "Dimana Ayub? Siapa kamu? Mengapa kamu begitu mirip dengannya?"
Mendengar pertanyaan tersebut Nabi Ayub hanya menanggapinya dengan senyuman lalu berkata, "Akulah Ayub." Rahma pun segera berlari dan mendekap Nabi Ayub seraya bersyukur kepada Allah SWT atas kasih sayang yang telah dicurahkan-Nya kepada Nabi Ayub dan keluarganya.
Sesuai firman Allah tersebut, Allah juga memberikan keturunan kembali kepada Nabi Ayub dan mengembalikan hartanya dalam jumlah yang berlipat ganda. Dalam beberapa riwayat dikisahkan Allah mengirimkan dua awan yang daripadanya diturunkan belalang dari emas dan perak (HR Bukhari dan Nasa'i).
Dari kisah Nabi Ayub tersebut, kita dapat melihat betapa tingginya keimanan Nabi Ayub AS. Kemampuannya untuk bersyukur dan bersabar walaupun ditimpa ujian yang sangat berat menjadi teladan bagi seluruh manusia.
Selain itu, berprasangka baik dan selalu menggantungkan diri kepada Allah juga merupakan kualitas yang harus diamalkan setiap waktu. Insya Allah, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan selalu memberikan balasan terbaik atas umatnya yang mau bersyukur, bersabar, dan bertawakkal kepada-Nya. (afr)
Load more